64. MABUK

37.3K 1.6K 73
                                    

___ *** ___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___ *** ___

Kebulan asap keluar dari sup daging di atas meja, Cakra menyendok sayuran pada sup sebelum itu lalu mengigitnya sedikit merasakan suhu makanan agar bisa diberikan ke Safa.

"Masih panas, gak mau," tolak Safa, wanita ini berada direngkuhan suaminya.

"Enggak panas, coba dulu," balas Cakra membuat Safa membuka mulut menyuap sayuran.

Cakra meletakkan sendok ke dalam sup menatap Safa sedang mengunyah sembari memejamkan mata. Istrinya merengek kesulitan makan ditambah perutnya yang besar membuatnya sering mengalami sesak nafas.

Posisi Safa saat ini terduduk di karpet sembari bersandar dipada suaminya, Cakra berada dibelakang Safa bisa merengkuh istrinya sembari mengusap pinggang Safa.

"Nanti kalo udah lahiran aku mau makan mie, sushi, steak, aku mau jajan makanan pedes, beli semua varian ice cream sama minum alkohol!" ucap Safa membuka matanya, makanan di dalam mulut berhasil ia telan.

Cakra menangkup kedua pipi gembul ini, "tidak boleh minum alkohol, kamu masih harus menyusui."

"Lupaaa," rengek Safa, "kamu enak banget bisa minum sedangkan aku harus nahan berapa lama." Sekali dua kali Safa sering mendapati mulut suaminya tercium bau alkohol sepulang dari bekerja.

"Aku minum karna lagi ada kerjaan, aku gak pernah minum di depan kamu yang lain aja ya sayang, jangan alkohol."

"Kalo misalnya nih kamu minum, terus ciuman sama aku otomatis mulut kamu rasa alkohol boleh gak ya?"

"Jangan bilang kamu mau nyoba begitu?"

"Aku nanyaaa, kamu kan suka cium cium aku."

"Gak boleh, kecuali alkohol diganti ice cream aku lahap mulut kamu sampe ilang."

"Ngeri orang tua satu ini," ucap Safa memukul suaminya.

"Makan lagi sayang, udah satu jam kamu makan gak habis-habis." Cakra kembali menyuapi istrinya.

"Kamu sendiri yang bilang pelan-pelan aja nanti keselek, ble."

"Tuan putri ini bandel sekali," ucap Cakra merendahkan wajah mengusalkan hidung di leher istrinya. Tangan Cakra bergerak menyusuri tubuh istrinya sampai diperhentian terakhir tangannya memegang bulatan kembar yang semakin membesar itu.

"Sayang liat Papa, nenen kamu mau diambil," ucap Safa tidak bisa menyembunyikan tawanya.

"Ini punya aku, semuanya punya aku," ucap Cakra menciumi pipi Safa.

"Ergh, udaahhh dongg gimana mau selesai makan kamu dari tadi gini terus." Safa mencoba menghindar namun usahanya sia-sia.

"Hei? Giliran kamu nempel ke aku emang pernah aku marahin? Aku gemesin sayang
kalo gak dimainin."

Safaluna Cakrawala (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang