33. BERTEMU MANTAN PACAR

59.8K 2.6K 158
                                    

"Maa aku berangkat," teriak Safa menuruni tangga membawa tas serta botol minum menuju pintu depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Maa aku berangkat," teriak Safa menuruni tangga membawa tas serta botol minum menuju pintu depan.

Ketika membuka pintu ada mobil Liam terparkir di depan rumahnya beserta lelaki itu ada di dalam mobil.

"Abian mager bangun pagi jadi dia nyuruh gue," ucap Liam menghilangkan kebingungan Safa.

"Oh." Safa membuka pintu mobil dan duduk di sebelah kemudi, setelah cekcok kemarin Safa belum bertegur sapa pada Liam.

"Kita jalan sekarang?" Tanya Liam dan diangguki Safa.

Mobil melaju di jalanan raya, Liam sesekali melirik Safa sibuk bersama ponselnya.

"Kenapa gak minta tolong ke gue aja?"

"Hah?" Safa mengalihkan pandangan dari ponselnya, "gue fikir lo sibuk nyari kerja, lagian Abian mau kok gue ajak."

"Gue selalu free, kalo ada apa-apa kabarin gue dulu baru Abian."

"Kan sama aja lo berdua temen gue, kebetulan Abian ada disekitar gue waktu itu makanya minta tolong," jelas Safa nada bicaranya terdengar ketus.

"Iya Lun, galak banget." Liam terkekeh mengusak rambut Safa.

"Ish! Jangan dirusak dong harus tampil cantik di depan anak murid!" Protes Safa memukul lengan Liam, kemudian keduanya tertawa bersama.

***

Di sekolah Safa dan Liam memasukki salah satu kelas yang dijadikan sampel penelitian, Safa mengajar murid-murid menggunakan alat dan bahan ajar sesuai judul skripsinya.

Tugas Liam berada dipojok atau belakang kelas mendokumentasikan kegiatan belajar mengajar dimulai dari Safa menjelaskan di depan kelas, interaksinya bersama murid-murid, dan bagaimana pemahaman murid tentang materi yang diajarkan semua harus direkam dan difoto dijadikan sebagai bukti.

Pada jam istirahat Safa dan Liam ikut makan di kantin sekolah, mereka memilih tempat dipojokkan supaya tidak menarik perhatian.

"Lo tau?" Liam memulai pembicaraan, "lo cocok jadi guru."

Safa tiba-tiba terkekeh, "emang iya?"

"Iya, di depan anak-anak lo berubah jadi penyabar biasanya hobi teriak bikin rusuh."

"Gue juga males tau sebenernya tapi pas dijalani jadi menikmati, beruntung anak yang gue ajar nurut-nurut gak bandel."

"Bu gurunya cantik pasti nurut lah anak-anaknya," puji Liam.

"Sa ae lo!"

"Pulang dari sini mau kemana? Ikut gue ngumpul sama temen kampus mau gak?" Tawar Liam memperhatikan Safa.

"Duh kayaknya gak bisa deh, Mama nyuruh pulang cepet tadi," tolak Safa kembali beralasan.

"Oh gitu." Liam menggangguk ia sudah mengerti saat melihat raut wajah Safa, perempuan ini berbohong padanya.

Safaluna Cakrawala (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang