___ *** ___
Saat hendak berganti pakaian Safa merasakan mual tak tertahan, isi perutnya sudah naik sampai ke kerongkongan. Safa berlari menuju kamar mandi membuka penutup closet dan muntah.
Tubuh Safa berkeringat dingin, ia menekan tombol closet dan duduk di lantai sembari memegang perutnya.
"Gak mungkin," gumam Safa membuka lemari mengambil salah satu tespack, diam-diam tanpa sepengetahuan suaminya Safa selalu melakukan tes kehamilan namun hasilnya selalu negative.
Safa mengumpulkan urinenya dan memasukkan testpack ke sana, ia menutup closet dan duduk di atasnya. Safa punya firasat tentang ini apalagi moodnya sering berubah.
Sekitar 2 menit Safa mengangkat tespack dan melihat tanda di sana. Air mata Safa jatuh begitu saja kenapa harus di saat seperti ini, saat Cakra tidak ada di sisinya.
Safa menangis ada rasa bahagia setelah penantiannya akhirnya terwujud namun Safa sedih Cakra tidak ada disini. Bagaimana Safa memberi tahu suaminya tentang ini, apa Cakra menerima atau malah menolaknya.
Tangisan Safa tersedu-sedu, kepalanya terangkat menyadari Cakra berdiri di ambang pintu. Safa terdiam, apa benar itu Cakra atau hanya khayalannya. Saat Cakra mendekatinya, kedua tangan Safa refleks mengenggam erat alat tes kehamilan itu belum siap menunjukannya.
Cakra mengusap air matanya bersimpuh di hadapan Safa, tangan Cakra memegang tangan Safa terasa begitu dingin dan gemetar.
"Boleh saya melihatnya?" pinta Cakra mendongakkan kepala menatap Safa.
Genggaman Safa perlahan melemah, Cakra melihat tanda dua garis pada alat tes kehamilan ini. Safa hamil, Cakra tidak dapat membendung tangisnya.
"Maaf, maafkan saya," tutur Cakra memegang tangan Safa menutupi wajahnya di pangkuan Safa.
Bahu Cakra naik turun, Cakra tidak mengeluarkan suara tapi Safa bisa merasakan tetesan air mata membasahi tangannya.
"Om?" panggil Safa, "aku hamil," tuturnya.
Cakra mengangkat kepalanya lalu mengusap air mata Safa, ia bertumpu dengan kedua lututnya menyeimbangi wajah Safa.
Cakra tidak menyesali keputusannya pulang ke rumah, ia mendapat berita bahagia. Andai Cakra tidak pulang malam ini, ia benar-benar menjadi pria brengsek. Cakra memeluk Safa erat, air matanya tak henti mengalir begitu pun Safa.
"Saya tidak pernah menepati janji, maafkan saya," ucap Cakra.
"Syukurlah, syukurlah kamu pulang," ucap Safa bersama isak tangisnya, "kamu baik-baik aja? Aku khawatir."
"Uhm, don't worry about me," balas Cakra menatap wajah Safa, "i always make you cry."
Safa kembali memeluk Cakra, tidak ada luka di wajah Cakra artinya Cakra tidak melukai dirinya sendiri. Safa bersyukur akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Safaluna Cakrawala (END)
Teen FictionSafaluna Anum Kaityln gadis berparas cantik ini dijodohkan dengan pria 10 tahun lebih tua darinya, lelaki itu bernama Cakrawala Atharrayhan seorang pengusaha yang sama sekali tidak percaya dengan cinta. Safa yang lelah terus menghadapi tugas akhir k...