13. GENGSI

52.6K 2.6K 44
                                    

___ *** ___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___ *** ___

Safa diantar Abian pulang dari apartement Liam, "thanks Bi, mau mampir dulu gak?" Tawar Safa.

"Lain kali, takutnya jadi fitnah kalau gue sendirian masuk ke rumah lo apalagi malem gini, Haha."

"Sialan, siapa juga yang mau bikin gosip rumah tetangga aja gak keliatan."

"Bener sih, tapi nanti gue ajak yang lain main ke rumah lo. Gue balik!" Pamit Abian menaikkan kaca mobilnya.

"Hati-hati Bi!" Teriak Safa seraya melambaikan tangan.

Mobil Abian melaju keluar dari gerbang rumahnya Safa membenarkan letak totebag di bahu dan berjalan memasukki rumah.

Saat membuka pintu Safa tersentak melihat Cakra duduk di sofa menatap kedatangannya, entah apa maksud lelaki ini Safa memilih untuk mengabaikan tidak menyapa sama sekali.

"Kamu dari mana?" Tanya Cakra, Safa tidak membalas ucapan itu membuat Cakra berdiri dari duduknya menahan gadis itu.

"Safa?"

"Gue abis dari luar," jawab Safa ketus.

"Dari mana? Jawab yang jelas."

"Dari jenguk temen sakit."

"Sampai semalam ini?"

"Dia tinggal sendirian, kasian gak ada yang jagain." Safa melepaskan genggaman Cakra.

"Kenapa tidak memberi tahu saya? Telpone dan pesan saya tidak kamu balas."

"Gak tau, handphone gue mati. Lagian ngapain sih? Tumben pulang cepet."

"Mama kamu menelpone saya menanyakan kabar kamu, saya tidak mau membuat beliau khawatir," jawab Cakra.

"Tinggal jawab aja gue lagi ngapain kek, apa susahnya. Udah Om gue mau istirahat," ucap Safa berbalik menuju tangga, ia bisa merasakan Cakra mengikutinya.

"Kamu lupa dengan perjanjian kita?" Ucapan Cakra membuat langkah Safa terhenti. Safa merotasikan matanya malas, perjanjian sialan!

"Safa?"

"APAAA!" Begitu tiba di lantai atas Safa berbalik menghadap Cakra, ia sangat kesal pada lelaki ini.

"Kabari saya kalau kamu pergi." Sejak awal nada bicara yang Cakra gunakan sangatlah tenang.

"Males, Om sendiri aja gak pernah ngabarin aku."

"Saya bekerja dan kamu tahu itu."

"Oh iya kerja ya, sibuk banget pasti. Gini aja Om, Om urus hidup Om dan gue bakal urus hidup gue. Gak perlu ada saling tukar kabar atau basa-basi lagian gak penting jugakan? Kalau Mama nanya tinggal bohong aja pasti Mama percaya kok sama Om. Udah ya? Gue capek," putus Safa langsung memasukki kamar.

Safaluna Cakrawala (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang