29. TAK SEMUDAH ITU

46.1K 2.5K 371
                                    

___ *** ___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___ *** ___

Di dalam kamar Safa, Mama Lia menarik anaknya baru selesai mandi duduk di ranjang, "bekas luka kamu harus rajin dikasih salep biar gak berbekas."

"Poni aku udah panjang Ma sampe nutupin mata," adu Safa menatap Mamanya sedang mengoleskan salap dibagian bekas lukanya.

"Kenapa gak dibiarin panjang aja? Atau mau ganti style rambut?"

"Gak mau, dahi aku belum mulus jadi ditutupin pake poni."

"Ya sudah, tangannya masih sakit?"

"Masih Ma."

"Sesekali gerakkin sesuai dokter bilang, jangan ditahan terus sayang."

"Tapi sakit, nanti malah tambah parah." Safa mengusap lengannya meskipun tidak terasa sakit tapi Safa masih memperlakukan hati-hati.

"Itu yang bilang dokter bukan Mama, kapan sembuhnya kalau Safa begini terus."

Safa mengangguk, "iya iyaaa, Mama bisa ambilin laptop sama file skripsi aku?"

"Di rumah ya? Nanti Mama ambilin. Jangan kebanyakkan sedih, sedih memang boleh tapi sedikit. Pake bajunya nanti masuk angin, Mama keluar dulu ya?"

"Iya Mama, makasih." Safa tersenyum, sebelum keluar Mama Lia mengecup kepala anaknya.

Telpone Safa berdering ada telpone masuk dari Liam.

"Kenapa Li?"

"Good morning, sweetie," sapa Liam dengan kekehan.

"Geli banget, masih pagi udah bikin enek sama omongan lo!"

"Haha, udah mandi belum?"

"Udah dong jangan samain kayak lo."

"Bagus, 1 jam lagi gue jemput."

"Mau kemana?"

"Jalan, gue tau lo bosen di rumah. Naik mobil kita keliling kemanapun lo mau."

"Uhm boleh deh, enak juga ya jadi pengangguran kayak lo. Free terus," ledek Safa.

"Jelas, meskipun pengguran duit tetep masuk."

"Iya! Buruan sana mandi!"

"Siap bu bos!"

Safa menutup telpone beralih ke lemari pakaian, ia mengambil pakaian asal untuk dikenakan hari ini. Safa tidak mood mengatur outfit, lagi pula semua bajunya bagus dan mahal tentu saja cocok dipakai olehnya.

Safa mengenakan oneset berwarna pink, membiarkan rambut tergerai lurus dan memakai topi. Safa keluar dari kamar menghampiri Liam sudah menunggu di ruang tamu.

Liam tersenyum menatap kedatangan Safa. "Berangkat sekarang?" ucapnya.

"Iya." Safa mengangguk menunjukkan senyumannya.

Safaluna Cakrawala (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang