"Kakak ada urusan mendadak, kalian pulang naik taksi online!" ucap Kahiyang di telefon saat menghubungi Brenda. Adiknya itu sudah sibuk menghubunginya karena tidak juga datang menjemput.
"Urusan apa? kakak punya pacar?" celetuk Bitna di samping Brenda. Kahiyang mendengarnya.
"Ngaco kamu dek! udah, pulang naik taksi aja. Bilang sama Mama, kakak ada urusan penting. Bye!" Kahiyang memutus sambungan sepihak. Ia tidak mau mendengar kecerewetan adik-adiknya. Sudah cukup tadi mendengar Bumi banyak bicara.
Kahiyang menaiki taksi lagi ke arah sekolah Bitna dan Brenda. Ia yakin, pria tua itu sudah pergi bersama mobilnya.
"Pak, nanti masuk saja sampai ujung. Senior lobby." pesannya pada sopir taksi.
"Baik, Non." jawabnya.
Jarak antara rumah sakit milik Ayahnya dengan sekolah tidak terlalu jauh, tapi cukup memakan waktu karena padatnya kendaraan. Bertepatan dengan jam pulang sekolah.
Sekolah sudah terlihat sepi dari awal taksi yang ditumpangi Kahiyang masuk ke area sekolahan. Kahiyang semakin yakin pria itu sudah pulang. Melihat lahan parkir yang sangat luas sudah terlihat kosong tanpa kendaraan.
Namun, kekecewaannya muncul saat melihat dari kejauhan. Dua mobil yang masih terparkir sama persis saat ia tinggalkan tadi pagi.
Kahiyang memandang lesu ke arah mobilnya. Pria tua itu belum juga pergi. Mobilnya masih ada disana. Masih terparkir melintang.
"Menyebalkan! sudah hampir sore begini, masih belum keluar juga? Freak! kayak nggak punya keluarga," gerutunya. Lobby yang dimasuki pria tadi sudah tertutup. Kahiyang mondar mandir.
Kahiyang terus menggerutu sampai seseorang menghampirinya dengan seragam khas putih biru dan tongkat hitam di pinggangnya.
"Mbak, cari siapa ya?" tanya seorang satpam.
"Emm ... yang punya mobil ini, pak. Semua guru sudah pulang, tapi kenapa cuma dia yang belum pulang?" tanya Kahiyang sambil menunjuk mobil yang melintang di hadapannya.
"Oh, ini mobil pak Satria. Beliau sudah pulang tadi, dijemput istrinya. Mungkin memang sengaja di tinggal disini," terang pak satpam. Kahiyang melongo. Sudah berjam-jam ia menunggu. Ternyata pria itu sudah pulang dari tadi. Sialan, batin Kahiyang.
"Terus mobil saya, gimana pak? ini nggak bisa keluar," tanya Kahiyang frustasi. Menunjuk-nunjuk mobil Satria.
"Sebentar mbak, saya coba dorong. Siapa tahu mobilnya tidak di rem tangan," ujar pak satpam, berjalan ke bagian belakang mobil. Ia mencoba mendorong dan hasilnya...
"Yah mbak, di rem tangan. Nggak bisa ini," -mendorong lagi- "udah, gini aja mbak. Mbak besok kesini lagi aja. Dari pada disini sampai pagi," sarannya. Saran yang membuat Kahiyang semakin jengkel.
"Nggak bisa! saya harus pulang sekarang juga sama mobil saya ini," -menunjuk mobil- "Tolong, bapak hubungi dia. Suruh datang kemari, bawa pergi mobilnya! saya nggak mau kalau harus menunggu besok. Saya maunya sekarang!" Kahiyang menendang ban mobil karena sudah sangat kesal. Waktunya terbuang sia-sia.
"Tapi mbak-" ucapan bapak itu terpotong.
"Saya nggak mau tau. Pokoknya sekarang! Right now! " potong Kahiyang tegas.
"Iya ... iya mbak," pak satpam mengangguk, lalu merogoh ponselnya dalam saku celana. Mencoba menghubungi nomor ponsel Satria.
Dering pertama...dering kedua, baru diangkatnya.
"Halo, ada masalah apa di sekolah pak?" tanya Satria langsung tanpa berbasa basi. Di pikiran hanya soal keadaan sekolahnya saja.
"Anu ... ini, pak. Ada perempuan yang mengaku mobilnya di halangi mobil bapak," terangnya. Kahiyang kesal dengan ucapan satpam itu.
"Saya nggak ngaku-ngaku. Ini mobil saya!" sela Kahiyang, nada membentak lalu mengeluarkan kunci dan memencetnya. "See! ini mobil saya." menunjuk mobilnya sendiri yang berbunyi bip bip.
"Ah, benar pak. Ini benar mobil mbak nya. Bagaimana ini pak?" tanya satpam lagi.
"Lho kok tanya bagaimana? suruh dia datang kemari. Pindahkan mobilnya!" sela Kahiyang lagi. Satria yang mendengarnya dari sana, menjauhkan ponsel dari telinga. Suara Kahiyang sangat nyaring.
"Sebentar dong, mbak. Jangan di potong terus! Gimana saya bisa denger omongannya pak Satria?" protesnya. Satpam bernama Suryo itu ikut kesal dengan ulah Kahiyang.
"Yaudah, cepat!" desak Kahiyang.
"Iya, iya mbak,"
"Halo, bagaimana pak?" tanyanya lagi pada Satria." ..............................." titah Satria lalu menutup sambungan itu langsung. Satria sedang bersama istri dan anaknya makan malam. Tidak mau di ganggu. Apalagi ia ingat siapa yang dimaksud satpam sekolah. Gadis cantik yang angkuh dan tidak memiliki otak. Menurutnya.
"Gimana, pak? apa kata dia? dia mau kesini, kan? bawa ini mobil?" rentetan pertanyaan yang diajukan Kahiyang.
"Ya ampun, mbak. Mbak ini nggak sabaran banget. Satu satu ngomongnya!" ujar Suryo.
"Ini sudah hampir malam, pak. Mama saya pasti sudah menunggu di rumah. Saya harus segera pulang!" jawab Kahiyang. Persoalan mobil sejak pagi tadi, tidak juga selesai.
"Iya, saya juga tau sekarang sudah petang. Maka dari itu, mbak pulang ke rumah saja. Saya antar atau saya pesankan taksi?" Suryo bertanya dengan santainya. Wajah Kahiyang semakin kesal.
"Kenapa jadi bapak yang mau antar saya? kenapa harus pesan taksi? saya kan minta, suruh orang itu datang kemari. Pindahkan mobil ini!" menunjuk mobil Satria dengan penuh amarah.
"Tapi itu pesan dari pak Satria, mbak. Beliau sibuk, tidak bisa datang dan mengurus hal kecil seperti ini," ungkap Suryo. Sesuai dengan apa yang di ucapkan Satria padanya.
"Hah?? hal kecil? Sinting!" umpat Kahiyang, Pria tua itu benar-benar menyebalkan.
"Oke ... kalau tidak mau pindahkan mobil ini, saya pakai cara saya sendiri. Bapak jangan protes! Diam!" ancam Kahiyang. Lalu ia menghubungi seseorang.
"Halo, bantu gue sekarang! Cepat! sekolah Brenda." ucapnya.
Hanya menunggu waktu sekitar lima belas menit, sebuah truk derek sampai di depan gerbang sekolah.
"Ada apa ini, mas?" tanya satpam jaga di pos utama.
"Saya diberi tugas oleh pak Satria untuk mengangkut mobilnya. Katanya mogok." jawab sopir derek. Perkataan itu didapatnya dari pesan yang dikirimkan Kahiyang. Dan ternyata ampuh.
Truk derek diperbolehkan masuk. Suaranya terdengar sampai dimana Kahiyang berdiri saat ini. Berdiri di samping mobilnya. Kahiyang tersenyum kemenangan. Sedangkan Suryo terheran-heran oleh kelakuan Kahiyang.
"Mbak, nggak salah?" tanya Suryo.
"Kata dia ini hal kecil, bukan? oke ... saya selesaikan sendiri! jadi saya tidak salah!" jawab Kahiyang.
"Bang ... sekarang!" teriaknya pada sopir truk derek.
"Siap, mbak!"
Mobil Satria sudah di naikkan ke atas truk derek. Kahiyang menepuk tangannya, tanda masalah kecil ini sudah ia selesaikan.
"Beri alamatnya sama dia!" tunjuk Kahiyang pada sopir truk. Suryo mengangguk. Mau tidak mau memberikan alamat Satria.
"Thankyou ... bye, pak Suryo," melambaikan tangan lalu pergi mengendarai mobilnya keluar sekolah. Suryo membalas lambaian perlahan, baru kali ini ia bertemu dengan gadis cantik yang keras kepala.
Kahiyang melantunkan lagu ceria. Rasanya sangat lega mengatasi si pria tua menyebalkan itu.
To be Continued...
*Pengen baca next bab lebih cepat? Author update di Karyakarsa 😊 (anggrainigita)
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal
RomanceWARNING 21++ Terdapat adegan dewasa. Tidak diperuntukan anak dibawah umur !! Kahiyang Prasojo. Pelukis cantik berusia 20 tahun, putri sulung Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dan Perilaku, dr. Rozi Prasojo Sp.KJ. Kisah cintanya dimulai sejak ia ber...