Pertemuan Kedua

1.7K 67 0
                                    


Pagi harinya setelah mendapati mobilnya sudah terparkir rapih di dalam garasi, Satria kembali memikirkan Kahiyang. Gadis angkuh yang belum ia ketahui namanya.

Bagaimana bisa gadis muda itu dengan beraninya mengantarkan mobil miliknya dengan mobil derek. Sungguh di luar dugaan Satria. Angkuh sekaligus pemberani.

"Pakai sabuk pengamannya sayang," ucap Satria pada putri semata wayangnya, Hanna.

"Iya, Papa," Hanna menarik safetybelt dan langsung memasangnya melindungi dada dan juga perutnya. "Hanna, sudah siap Papa," ucapnya lagi.

"Oke, Papa juga sudah pakai sabuk pengaman. Kita berangkat ke sekolah," ujarnya lalu memindahkan persneling kemudian menginjak pedal gas.

Satria membunyikan klaksonnya pada penjaga rumah setelah pintu gerbang terbuka otomatis.

"Papa, sejujurnya Hanna ingin Mama berhenti syuting. Hanna ingin diantar Mama ke sekolah. Hanna ingin di pentas akhir semester nanti, Papa dan Mama datang bersama melihat penampilan Hanna di atas panggung," keluh Hanna.

Bukan hanya Hanna, Satria pun menginginkan hal yang sama. Ia ingin istrinya berhenti menjadi selebritis, berhenti syuting. Satria ingin Inggrid memiliki waktu yang banyak untuknya dan juga putrinya, Hanna.

Hanna membutuhkan perhatian lebih dari Inggrid. Masa-masa kecilnya terlewati begitu saja tanpa kehadiran Inggrid. Mamanya itu hanya sesekali mengurusinya. Selebihnya Hanna diurus oleh suster Mia.

"Papa juga maunya Mama berhenti syuting. Tapi, Hanna tau bagaimana sifat Mama. Mama tidak mau di larang," papar Satria. Hanna menganggukkan kepalanya lemah. Ia kecewa.

Inggrid memang sangat keras kepala dan tidak mau menuruti permintaan Hanna maupun Satria.

"Jangan sedih begitu," -mengusap kepala- "Papa janji, akan berusaha membujuk Mama untuk melihat penampilan Hanna nanti," Satria berusaha menghibur putrinya.

"Janji ya, Papa. Awas kalau Papa berbohong!" ancamnya.

"Janji. Papa janji," ucap Satria.

Mobil terus melaju membelah jalanan ibu kota, sampai akhirnya mereka tiba di sekolah. Satria mengantarkan putrinya terlebih dulu ke Primary Lobby. Kemudian ia menjalankan lagi mobilnya sampai di area parkir miliknya. Area yang kemarin Satria dan Kahiyang perebutkan.

Satria masuk melewati Senior Lobby. Pagi itu Satria memiliki jadwal meeting dengan salah satu Universitas terkenal di London, Inggris. Yayasan Peduli Bangsa milik keluarga Satria akan menambah daftar kerja samanya dengan Universitas itu.

Karena beberapa murid Senior High berminat untuk melanjutkan pendidikannya ke Universitas tersebut, termasuk Bitna. Meski Bitna masih duduk di kelas 1 SMA, ia sudah mengisi angket jurusan apa yang akan diambilnya saat lulus SMA nanti.

Satria mengupayakan untuk melancarkan kerja sama ini. Banyak keuntungan yang di dapat dari kedua belah pihak.

"Mr. Kyle, we have prepared lunch at the nearest restaurant. Should we go now?" ujar Satria pada Mr. Kyle perwakilan dari Universitas. Asisten Satria sudah memesankan makan siang di restoran terdekat.

"Okay, I happen to be hungry. I have bread and omelettes for breakfast" jawab Mr. Kyle sambil tertawa. Dia memang merasa lapar, karena pagi tadi hanya sarapan roti dan omelet.

Satria dan Mr. Kyle pergi bersama dalam satu mobil. Sedangkan asisten dan beberapa tim dari Universitas, menaiki mobil yang lain.

"Sorry Mr. Kyle. We're stuck in traffic like this," ucap Satria memohon maaf. Mereka terjebak macet.

"It doesn't matter Mr. Satria. Because it is lunch. Everyone went out to get something to eat. Isn't it?," balas Mr. Kyle sambil mengetuk jam di pergelangan tangan kirinya.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang