Kebaikan Seorang Satria

1.6K 64 2
                                    

Satria kembali ke mobilnya setelah melihat Kahiyang pergi bersama Bumi.

"Mr. Kyle, I'm sorry for leaving you so long. There's a very serious problem there. I have to take care of this accident first. Can Mr. Go to the restaurant without me? My assistant will accompany. I am truly very sorry," ujar Satria pada Mr. Kyle. Ia sungguh merasa tidak enak hati pada rekan bisnisnya itu. Tapi ia sudah berjanji untuk mengurus kecelakaan yang terjadi, meskipun bukan salahnya.

"Okay, Mr. No problem. I understand. I'm going to Mr. Satria office tomorrow," jawab Mr. Kyle.

"Okay, Sir. I'll see you in the morning. I hope you brought good news to the foundation," ujar Satria. Satria menjabat tangan Mr. Kyle. Ia berharap esok pagi ada kabar baik untuk Yayasannya.

Mr. Kyle berpindah mobil bersama timnya dan juga staf Satria, Iren. Mereka pergi menuju restoran tanpa Satria.

Setalah kepergian Mr. Kyle, Satria menghampiri petugas kepolisian yang baru saja datang.

Para korban sudah mengerumuni petugas itu untuk saling melaporkan apa yang sebenarnya terjadi.

"Baik ... baik. Tenang dulu bapak-bapak semua! saya tidak bisa mendengar dengan jelas, kalau bapak-bapak semua berbicara bebarengan seperti ini." keluh petugas. Dan semua mendadak terdiam, begitu juga dengan Satria yang memang sedari tadi hanya memperhatikan saja tanpa ikut berbicara.

"Apa ada yang mau mewakili?" tanya petugas itu yang bernama Handoko.

"Saya. Saya yang mewakili pelaku untuk menyelesaikan semua." ujar Satria lantang.

"Lho! bapak kan juga korban disini. Kenapa jadi mewakili pelaku?" protes salah satu korban.

"Iya ... iya. Bagaimana sih, bapak ini?" seru korban lainnya. Situasi kembali riuh.

"Tenang! tenang bapak-bapak!" -mengangkat dua tangan, untuk menenangkan- "bapak, siapanya pelaku? keluarga?" tanya Handoko pada Satria.

"Bukan, Pak. Tapi pelaku terluka dan sudah dibawa ke rumah sakit. Sepertinya pelaku mengalami luka psikis yang serius. Maka dari itu, saya yang akan mewakilinya." ujar Satria. Entah mengapa, ia berubah baik dan iba pada Kahiyang.

Seharusnya Satria tidak perlu sejauh ini untuk melindungi Kahiyang. Gadis angkuh yang belum dikenalnya.

"Baik. Bapak ikut saya sebagai saksi. Pelaku harus tetap saya periksa!" keputusan akhir dari Handoko, membawa Satria dan juga korban lainnya untuk dimintai keterangan lebih detail lagi.

Satria membawa mobilnya yang rusak dibagian depan dan belakang ke kantor polisi.

Di rumah sakit, Kahiyang tengah berbaring di ranjang IGD. Luka di dahinya tidak terlalu berat, namun trauma itu kembali datang. Bayang-bayang Soni, asisten Papanya memenuhi kepalanya. Rasanya Kahiyang ingin meminum obat penenang sekarang juga.

"Kamu terus berkeringat. Ada apa? Apa yang kamu cemaskan?" tanya Bumi. Sejak tadi menemani Kahiyang.

Kahiyang menggelengkan kepalanya.

"Papa ... tolong hubungi Papa!" pintanya. Bumi merogoh saku jasnya, mengeluarkan ponsel lalu mendial nomor Rozi. Lalu Kahiyang merampasnya setelah dering pertama terdengar.

"Papa ... Papa ..." suara Kahiyang bergetar. Kebiasaannya kembali lagi, menggigit kuku karena cemas.

"Kahiyang, anak Papa. Kamu baik-baik saja, nak? Bagaimana keadaanmu?" tanya Rozi.

"Papa, Kahi takut. Tolong Kahi, Papa!" Kahiyang benar-benar sangat membutuhkan Rozi saat ini.

"Oke ... oke. Papa dan Mama terbang sekarang juga. Tunggu Papa, nak!" ucap Rozi. Ia tahu jika putrinya sedang tidak baik-baik saja.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang