Satria kembali ke rutinitasnya seperti dulu. Ia kembali fokus mengurusi yayasan. Selama dua bulan semua pekerjaan dan urusan ia limpahkan pada Iren. Kembalinya Satria membawa angin segar untuk Iren. Keruwetan dan lelahnya mengurus semua sendiri sudah cukup dirasakannya.
"Gimana liburannya, Pak?" tanya Iren dengan maksud menyindir.
"Harusnya saya libur satu tahun, biar kamu seneng," Satria membalas sindiran Iren lalu tertawa.
"Ah, bapak bisa saja," balas Iren.
"Mana scedule saya?" tanya Satria setelah melepaskan jasnya dan menggantungnya di standing hanger.
"Ini pak," -menyodorkan tablet- "jadwal bapak selama satu minggu," sambung Iren.
Satria memeriksa scedulenya lali teringat Kahiyang.
"Besok siang, ada pertemuan dengan Mr. Aldric dari Kedutaan Inggris. Ini soal pameran seni kontemporer bulan depan," terang Iren.
"Kita akan bertemu di pameran itu?" Satria bermonolog dalam hatinya.
Pameran yang di buat oleh Kahiyang dan timnya. Satria baru teringat akan hal itu.
"Pak! Kok diam? Bapak nggak bisa datang? Atau saya utus perwakilan yayasan untuk pertemuan besok?" tanya Iren, melihat pimpinannya malah diam dan melamun.
"Hah?? Nggak, nggak perlu. Biar saya saja," -tersadar- "Ya sudah, tolong siapkan saya kopi susu!" ujarnya.
"Baik, pak," jawab Iren lalu undur diri.
Satria berdiri menghadap jendela kaca besar, ia melihat ke arah parkiran saat pertemuan pertamanya dengan Kahiyang beberapa bulan yang lalu. Pertemuan pertama yang cukup sengit. Hanya ada pertengkaran saat itu.
"Sungguh, aku nggak bisa lupain kamu. Aku begitu bodoh waktu itu." gumamnya.
Iren kembali masuk ke ruangan, meletakkan saru cangkir kopi susu yang diminta Satria tadi.
"Pak, mengingatkan untuk sabtu besok ada acara Market Day di Senior High. Bapak diminta untuk datang memberi sambutan sekaligus membuka acara," terang Iren.
"Oke. Ah ya, siang ini saya makan diluar. Kamu nggak perlu siapkan makanan untuk saya," ujar Satria.
"Baik, pak," jawab Iren, mengangguk lalu keluar ruangan.
Satria menyeruput kopinya perlahan. Kemudian fokus memulai pekerjaannya yang sedikit menumpuk.
*****
Kahiyang duduk sendiri disebuah kedai kopi. Ia diam mengamati orang berlalu lalang siang itu. Kahiyang baru saja menyelesaikan kelas Kuratorial. Dimana kelas itu mempelajari ilmu, pengetahuan serta pemahaman tentang kerja kurator dan kurasi.
Bulan depan tugas dari kelas Kuratorial akan diselenggarakan di Indonesia. Kahiyang bersama timnya akan terbang ke Indonesia. Pertemuannya dengan Satria yang saat ini sedang dipikirkannya. Kahiyang tau betul kalau Satria salah satu promotor pameran seninya bersama tim.
"Semoga kita nggak bertemu. Aku nggak akan sanggup bertemu denganmu. Aku malu dengan keadaanku," gumam Kahiyang.
Meskipun Satria tidak tahu yang sebenarnya terjadi, Kahiyang tetap merasa tidak sanggup jika harus bertemu dengan mantan kekasihnya itu. Kahiyang takut melakukan kesalahan dalam pameran seninya nanti.
Kahiyang membuka notebook sedang. Halaman kosong dibukanya lalu ia mulai membuat sketsa sepasang kekasih yang sedang duduk di bangku luar kedai kopi.
"Mereka terlihat saling mencintai dan jatuh cinta. Semoga selamanya," ucapnya sambil terus menggerakkan pensil dan bolak balik memandang sepasang kekasih itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal
RomanceWARNING 21++ Terdapat adegan dewasa. Tidak diperuntukan anak dibawah umur !! Kahiyang Prasojo. Pelukis cantik berusia 20 tahun, putri sulung Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dan Perilaku, dr. Rozi Prasojo Sp.KJ. Kisah cintanya dimulai sejak ia ber...