Perseteruan Satria & Inggrid (1)

997 35 0
                                    

Warning only for 21++
Anak dibawah umur jangan disini!!

Kurang puas baca di Wattpad? Makin penasaran dan pengen baca duluan? Langsung datang ke Karyakarsa.

Aku bakal update duluan di KaryaKarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bakal update duluan di KaryaKarsa. Join langsung kesana.

Caranya gampang banget :
1. Instal aplikasi Karyakarsa di appstore atau playstore.
2. Login menggunakan email yang kamu punya.
3. Cari namaku Anggrainigita.
4. Pilih bab yang pengen kalian baca.
5. Isi koin di aplikasi kalian, ikuti semua petunjuknya. Pembelian bisa melalui bank, indomaret, alfamart dll.

-------
Kahiyang menutup tirai, menghempaskan tubuhnya ke kasur. Menenggelamkan wajahnya ke bantal. Kahiyang berteriak sekeras mungkin. Rasa rindu bercampur kecewa. Ingin rasanya berlari memeluk Satria dan percaya dengan ucapan kekasihnya itu tapi keputusannya sudah bulat. Ia akan memilih Bumi sebagai calon suaminya.

Sakit hatinya dibohongi Satria telah menyadarkannya akan perkataan Papanya, Rozi. Pilihan Papanya yang terbaik. Bumi pria dewasa yang belum menikah dan memiliki karir yang baik juga. Sosok laki-laki yang sama keras kepalanya seperti Satria.

Suara ketukan pintu terdengar. Bitna membawa ponselnya untuk ia berikan pada kakaknya, Kahiyang. Alsya sepupunya menelfon.

"Halo, kak," sapa Kahiyang setelah menyeka air mata.

"Kahi, adikku. I miss you so much. Kemana handphonemu? Aku telfon nggak aktif." sungut Alsya. Kesal, beberapa kali menelfon tapi tidak tersambung.

"Handphoneku rusak, kakak," jawab Kahiyang, berbohong. Ponselnya masih disita Rozi.

"Tebak sekarang aku dimana?" tanya Alsya, suaranya begitu ceria.

"Dimana?" Kahiyang tidak bisa menebak.

"Aku di Bali ..." jawabnya. Kahiyang malas mendengar kota itu disebut. Mengingatkannya akan Satria.

"Bali? Since when?" tanya Kahiyang lagi.

"Ssstt ... Jangan bilang siapa pun! Cuma kamu yang tau," -Kahiyang berdehem, tanda mengerti- "Nice, good sister. I've been in Bali with my boyfriend for three days," papar Alsya. Seketika Kahiyang menutup mulutnya.

"Kenapa, kak? Ngomong apaan? Kenapa sama Bali? Kak Alsya di Bali? Wah, pasti Mama Nata nggak tau. Ish ... aku bilang ke Mama ah," ancam Bitna.

"Apa sih? Udah sana pergi! Awas aja kalau sampe bilang ke Mama! Ini rahasia!" -menunjuk- "ini urusan orang dewasa. Kamu masih kecil." Kahiyang mengusir adiknya dengan mengibaskan tangan.

"Itu handphoneku. Jadi aku tunggu disini." Bitna tetap duduk di sofa yang ada di dalam kamar Kahiyang.

"Ada apa? Bitna kenapa?" tanya Alsya dari sebrang sana.

"Dia kepo. Udah lanjut aja, aku dengerin." sahut Kahiyang.

"Oke ... Aku diam-diam pulang ke Indonesia. Mama Papa tau aku landing di Jakarta sabtu besok. Gimana dong? aku udah kangen banget sama pacarku. Bayangkan Kahi, satu tahun aku nggak ketemu dia. Jadi aku sama dia liburan berdua," terang Alsya. Kahiyang kembali menutup mulutnya. Bitna memilih membaca buku.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang