Meminta Restu

1.5K 44 10
                                    

Hari pertama di tahun yang baru membawa harapan yang baru juga. Satria begitu senang dengan kedatangan Kahiyang ke kediamannya malam tadi. Kejutan itu sangat berhasil. Dan sampai pukul 10.00 pagi, ketiganya masih terlelap di atas ranjang.

Satria masih setia memeluk Kahiyang, dengan wajah yang ia sembunyikan di balik punggung kekasihnya itu. Sedangkan Hanna memunggungi.

Tepukan di pundak, mengganggu tidur Satria. Namun duda tampan itu mengacuhkan, kembali tidur. Karena kesal di acuhkan, kini telinga Satria di tariknya cukup kuat. Sampai-sampai Satria langsung membuka matanya dan mengaduh. Kahiyang ikut terkejut.

"Mama ..." seru Satria. Orang yang menjewernya ternyata Mamanya sendiri, Melani.

Kahiyang buru-buru turun dari ranjang, berdiri lalu menundukkan kepalanya. Kahiyang takut.

"Kita bicara diluar!" ucap Melani ketus, berjalan keluar melewati Kahiyang tanpa menatap.

"Mas ..." ucap Kahiyang lirih. Wajahnya gelisah. Kahiyang sangat takut.

"Tenang. Justru ini kesempatan baik untuk hubungan kita," Satria berusaha menenangkan, memberikan kekuatan untuk Kahiyang.

"Apa tidak terlalu terburu-buru?" tanya Kahiyang.

"Lebih cepat lebih baik. Aku tidak mau menunggu terlalu lama," ujar Satria lalu menarik Kahiyang ke dalam pelukan.

Hati Melani sangat kesal, mendapati putranya tidur satu ranjang dengan kekasih yang ditentangnya. Rasanya Melani ingin meluapkan semua emosinya.

"Kami sudah disini," ucap Satria, tangan kanannya menggenggam tangan Kahiyang.

"Duduk!" titah Melani. Dan keduanya duduk di sofa ruang keluarga, berseberangan dengan Melani.

"Kami-" belum selesai Satria bicara, Melani buru-buru memotong ucapan putranya.

"Mama yang bicara lebih dulu!" sahutnya.

Satria mengangguk. Kahiyang masih menunduk karena tidak berani menatap mata calon ibu mertuanya itu.

"Perempuan seperti apa yang datang malam-malam lalu menginap di rumah laki-laki?" tanya Melani ketus. Kahiyang mengadu ujung-ujung kukunya, tidak mampu menjawab. Ia merasa malu dan bersalah.

"Ma ... Hanna yang meminta Kahiyang untuk menginap," Satria berusaha membela kekasihnya.

"Lalu? Apa harus kalian tidur bersama satu ranjang? Jangan karena kamu sudah bercerai dengan Inggrid, lalu kamu bisa bertingkah semaunya! Kamu punya nama besar keluarga. Apa susahnya menahan sebentar?" perkataan Melani membuat Satria bingung, apa maksud dari ucapan ibunya.

"Kalau sudah tidak tahan, temui keluarganya. Minta ijin. Minta restu!" sambung Melani.

"Ma ... Maksud Mama ..." Satria masih belum mengerti.

"Kamu tuli? Temui orang tua Kahiyang. Mintalah dengan baik-baik. Jangan coba-coba untuk menikah tanpa restu dari keluarganya!" ucap Melani lantang. Kahiyang dan Satria terkejut, mereka saling bertatapan.

"Jadi ... Mama setuju kalau Kahiyang menjadi istri sekaligus Mama sambung Hanna?" tanya Satria, menegaskan.

"Hemm ..." jawab Melani dengan deheman. Ia memilih menyerah melihat gelagat Satria yang tidak mau melepaskan Kahiyang. Melani mengalah.

"Serius, Ma?" Satria langsung menghambur memeluk Melani. Senang bukan main. Melani memukuli paha Satria, hatinya kesal tapi mau bagaimana lagi.

"Kemari!" Satria menarik Kahiyang untuk lebih dekat dengan Melani. Memberi kode untuk mengucapkan terimakasih pada calon ibu mertua.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang