Merencanakan Pernikahan

1.1K 34 6
                                    

Satria mengantarkan Hanna pulang ke rumah, setelahnya ia pergi ke hotel dimana Kahiyang menginap. Selama perjalanan Satria dan Kahiyang diam saja. Suasana hening. Namun tangan Satria terus menggenggam erat tangan Kahiyang.

Meski keputusan mereka tetap menikah tanpa persetujuan Rozi, hati keduanya diliputi rasa kecewa. Terlebih Kahiyang, ayah kandung yang sangat ia sayangi setelah mendiang ibunya Kiran. Kekecewaan itu sungguh mendalam. Kahiyang menahan tangisnya.

Satria membelokkan mobilnya ke kiri, memasuki basement hotel. Kebisuan diantara mereka, masih tercipta. Satria membukakan pintu mobil lalu mengulurkan tangannya, menggandeng Kahiyang ke arah lift menuju lobby, kemudian berganti lift menuju kamar yang berada di lantai lima.

"Maaf," ucap Satria, memeluk Kahiyang setelah menutup pintu kamar. Kahiyang diam.

"Kita urus semuanya secepatnya," ujar Satria, mengecup puncak kepala. Kahiyang mengangguk tanda setuju.

Mereka sama-sama diam setelah pembicaraan singkat itu.

Malam berjalan seperti biasanya. Satria dan Kahiyang tidur di atas ranjang yang sama saling berpelukan. Keduanya tidak mau berpisah, namun kejadian sore sebelumnya membuat hati gusar, tidak tenang.

"Selamat pagi ..." suara parau Satria menyapa kekasihnya yang masih setia dalam pelukan.

"Pagi," balas Kahiyang lalu mengecup dagu Satria yang dipenuhi jambang.

"Apa rencanamu hari ini?" tanya Satria lagi.

"Seharian sama kamu, Mas," jawab Kahiyang sambil meringis, memamerkan deretan giginya yang rapih.

Satria tergelak, "serius? Seharian sama aku?" -Kahiyang mengangguk- "hanya berdua?" Kahiyang kembali menganggukkan kepala.

Satria senang bukan main, merubah posisinya dan saat ini Kahiyang berada dalam kuasanya, dibawah tubuhnya.

"Stop! Belum mandi, Mas. Bau," ucap Kahiyang, seraya menutup hidungnya yang mancung saat Satria akan menciumnya.

"Kalau gitu kita mandi bersama," Satria langsung membopong Kahiyang masuk ke dalam kamar mandi.

Hari itu Satria langsung menghubungi temannya yang memiliki satu butik besar di kawasan Kemang. Satria memesan satu gaun pengantin dan satu stel jas dengan warna yang senada. Satria tidak mau mengulur-ulur waktu lagi.

Satu venue di rooftop hotel mewah menjadi pilihan Satria dan Kahiyang untuk menggelar pesta pernikahan sederhana. Pesta yang hanya di hadiri keluarga dan kerabat dekat saja.

"Satria akan menikahi Kahiyang akhir minggu ini, Ma," ucapnya pada Melani melalui sambungan telefon.

"Hah? Secepat ini? Apa keluarganya sudah setuju?" Melani cukup terkejut. Baru saja kemarin ia mengatakan pada putranya untuk meminta restu pada orang tua Kahiyang, dan hari ini menyampaikan berita yang terdengar sangat terburu-buru.

"Tidak perlu menanyakan soal itu. Satria mau, Mama datang bersama Papa akhir minggu ini," ucap Satria, lalu sambungan itu ia tutup. Satria tidak mau mendengar pertanyaan-pertanyaan lain. Ia akan fokus mempersiapkan semua secepat mungkin.

"Permisi ... Nona Kahiyang sudah siap," ujar pegawai butik yang membantu Kahiyang menjajal gaun pernikahan.

Satria mengangguk, mempersilahkan untuk membuka tirai yang menutupi calon pengantinnya.

Gaun putih tulang tanpa lengan dengan potongan di bagian dada yang cukup rendah, mengekpos kulit putih Kahiyang dan sebagian dadanya yang menyembul.

Satria menelan ludahnya, melihat pemandangan eksotis didepannya.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang