Hari yang dinanti tiba. Kahiyang sedang di rias oleh MUA terbaik ibu kota. Sedangkan Satria sedang melakukan beberapa adegan untuk kebutuhan video pernikahan di kamar hotel yang berseberangan dengan kamar calon mempelai wanita.
Di kamar itu, Kahiyang ditemani Hanna. Tidak ada satupun keluarganya yang mendampingi. Terbersit rasa kecewa dan sedih, namun inilah jalan yang Kahiyang pilih.
Menikah tanpa persetujuan dari Rozi, menjadi keputusan yang cukup berat. Satria tidak akan melepaskan Kahiyang, begitupun sebaliknya.
Perjalanan keduanya untuk sampai di titik ini, sangat berliku. Berawal dari pertemuan yang tidak menyenangkan, lalu berubah menjadi ketertarikan Satria pada Kahiyang. Meskipun status Satria masih memiliki seorang istri, tidak mengubah hatinya untuk tetap mengejar gadis muda.
Perbedaan usia 15 tahun tidak menghalangi mereka untuk bersatu. Keduanya sudah mantap membina biduk rumah tangga bersama. Ditambah adanya Hanna, putri satu-satunya yang teramat Satria sayangi.
"Kakak cantik sekali," celetuk Hanna, melihat pantulan wajah Kahiyang yang masih di rias.
"Terimakasih. Hanna juga cantik sekali hari ini," balas Kahiyang.
"Sebentar lagi kakak cantik jadi Mamamu, panggil Mama dong. Jangan kakak," ledek perias sembari menyapukan pipi dengan perona berwarna peach.
Hanna meringis, lalu berseru, "Mama ... Mama Kahi,"
Kahiyang tersenyum lebar, "Ah ... Anak Mama Kahi. Sini sini peluk," melambaikan tangan pada cermin. Hanna mendekat, menghambur dalam dekapan hangat calon ibu sambungnya.
"Mau kemana kamu?" tanya Melani saat melihat Satria berjalan ke arah pintu kamar. Ia baru saja menyelesaikan pembuatan video.
"Ke kamar Kahi," jawab Satria santai.
"Mama sudah bilang, jangan dulu! Kenapa bandel sih?" Melani kesal, menarik lengan Satria yang sudah bersiap menekan handel pintu.
"Tapi, Ma. Satria rindu Kahi. Sudah dua hari kami tidak bertemu," rengek Satria seperti anak kecil.
Melani memukul bahu Satria, "anak nakal! Baru dua hari. Kamu sudah dewasa, sudah punya anak. Kelakuan masih seperti anak muda yang baru jatuh cinta," Satria meringis, malu.
Saat Kahiyang dan Hanna saling berpelukan, terdengar suara ketukan dari arah pintu kamar. Asisten perias menghampiri untuk membuka pintu. Keduanya menunggu siapa yang datang. Kahiyang pikir calon Mama mertuanya, namun hal yang sangat diluar ekspektasi.
Brisia berdiri di ambang pintu dengan pakaian yang rapih dan anggun. Diikuti Natasha, Alsya, Bitna dan Brenda.
Kahiyang menutup mulutnya, matanya mengembun. Benar-benar diluar dari perkiraan. Kahiyang sangat terharu.
"Mama ...," serunya kemudian memeluk Brisia.
"Putri Mama cantik sekali," puji Brisia, mengendurkan pelukan, meneliti wajah ayu putrinya.
"Papa?," pertanyaan penuh keraguan dari bibir Kahiyang.
Brisia menggelengkan kepalanya perlahan, menjawab tanpa mengeluarkan suara. Kahiyang mengerti. Papanya Rozi tidak semudah itu menghilangkan amarahnya.
Brisia mengusap kedua lengan putrinya, "Yang terpenting ada kami disini," ujar Brisia.
"Ada Mama Nata juga Papa Reza," sahut Natasha dibelakang punggun Brisia. Kahiyang mengangguk senang sembari menganggukkan kepalanya berkali-kali.
Tak mengapa jika Ayahnya tidak datang. Kahiyang akan terus berusaha untuk meluluhkan hati Rozi, nanti.
Acara sakral itu akan segera dimulai. Satria yang terlihat tampan seribu kali lipat, sudah siap menunggu kedatangan calon istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal
RomanceWARNING 21++ Terdapat adegan dewasa. Tidak diperuntukan anak dibawah umur !! Kahiyang Prasojo. Pelukis cantik berusia 20 tahun, putri sulung Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dan Perilaku, dr. Rozi Prasojo Sp.KJ. Kisah cintanya dimulai sejak ia ber...