Tidur Bersama

1.9K 38 11
                                    

"Satria, Mama mau bicara," ucap Melani, setelah selesai makan malam.

Satria tidak mau lagi menghindar, ia harus katakan malam itu juga.

"Mau bicara apa, Ma?" tanya Satria. Mereka masih di ruang makan. Hanna sudah terlebih dulu ke kamarnya diantar oleh pengasuh.

"Apa benar kamu bertemu dengan gadis itu?" tanya Melani.

"Kahiyang?" balas Satria. Melani mengangguk pelan. Setelah ditipu mentah-mentah oleh mantan menantunya, Melani sedikit berubah, tidak berapi-api seperti dulu.

"Bukan hanya bertemu. Aku, Hanna dan Kahiyang satu kamar, satu ranjang!" ujar Satria lantang tanpa perduli ibunya akan naik pitam.

"Jangan sembarangan kamu, Satria! Kamu tau latar belakang gadis itu. Bagaimana dengan nama baik keluarga kita?" mendengar jawaban putranya, Melani tersulut emosi. Suaranya meninggi.

"Nama baik keluarga yang mana? Menantu kesayangan Mama dulu yang sudah mencoreng nama keluarga kita! Kahiyang gadis yang baik dan aku cintai. Hanna juga suka dengan Kahiyang. Mereka sangat dekat." terang Satria dengan nada yang sama tingginya.

"Karena itu, jangan kamu tambah lagi Satria! Kali ini demi Mama. Berkorbanlah kali ini demi Mama. Tolong jangan lanjutkan lagi hubunganmu dengan gadis itu," pinta Melani, kedua tangannya memohon.

Satria kesal, "tidak! Kalau Mama terus seperti ini, aku akan pergi membawa Hanna dan menikahi Kahiyang sekarang juga!"

Setelah berkata seperti itu, Satria pergi ke kamarnya. Melani diam terpaku menutup mulutnya. Air matanya sudah turun sejak tadi. Kali ini Satria tidak akan merubah keputusannya. Ia akan tetap menikahi Kahiyang.

Sejak perdebatan dengan Melani, Satria tidak mau bertemu atau mengunjungi rumah orang tuanya. Satria benar-benar bertekad untuk menikahi Kahiyang nanti.

Satria memilih menyibukkan diri dengan bekerja dan mengurus Hanna, agar rasa rindunya pada Kahiyang teralihkan. Bagaimana tidak rindu? jarak London dan Indonesia begitu jauh. Terlebih Kahiyang sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan kuliahnya.

Hari berganti hari, begitu juga bulan berganti bulan. Dan tahun pun akan segera berganti. Satria dan Hanna hanya dirumah saja untuk menghabiskan malam pergantian tahun.

Keduanya duduk di taman belakang dengan jagung bakar di tangan.

"Papa, Hanna rindu kakak cantik," celetukannya sukses membuat raut wajah Satria semakin di tekuk.

"Papa juga," jawabnya singkat, kembali menggigit jagung bakar.

"Kakak juga rindu Hanna," suara khas yang sangat mereka kenal.

Hanna dan Satria menoleh ke arah belakang. Kahiyang sudah berdiri di ambang pintu dengan dress selututnya dan rambut yang di pangkas sebahu. Sangat cantik dan segar.

"Kakak ..." seru Hanna.

"Kahi ..." seru Satria, bebarengan.

Keduanya menghambur dalam pelukan. Satria terus menciumi puncak kepala kekasihnya itu, sedangkan Hanna memeluk pinggang Kahiyang. Rasa rindunya sedikit terobati.

"Boleh kakak bergabung?" tanya Kahiyang pada Hanna yang masih memeluknya.

"Tentu boleh," -mengangguk- "ayok, ikut Hanna! Kami buat jagung bakar. Seruuuu sekali," celotehnya sambil terus menarik tangan Kahiyang. Dan Satria turut mengikuti di belakang dengan senyuman merekah.

Satria melihat dua punggung orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Kahiyang dan Hanna sibuk membakar jagung lalu mengolesinya dengan saus manis pedas.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang