Pergi

790 32 0
                                    

Bumi mengetuk ruangan. Panggilan tadi saat makan siang berasal dari Rozi. Bumi diminta untuk datang ke ruangannya.

"Silahkan duduk," ujar Rozi, setelah Bumi masuk.

Bumi duduk di sofa panjang di ruangan itu, menghadap Rozi.

Rozi memegang sebuah amplop putih panjang lalu ia letakkan di meja di hadapan Bumi. "Kamu serius?" tanya Rozi.

Bumi mengangguk mantap. "Iya, dok. Saya serius," jawabnya.

"Apa ini karena masalah kemarin?" tanya Rozi lagi.

"Emm ... Salah satunya," jawab Bumi. Ia tidak bisa membantah. Salah satu alasannya juga karena masalahnya dengan Kahiyang.

"Sebenarnya saya masih berharap kamu tetap di rumah sakit ini. Masalah kemarin sudah saya lupakan. Dan juga, putri saya tetap meminta tidak memecat kamu. Tapi kalau keputusan ini sudah bulat, saya bisa apa?" ujar Rozi. Keputusan Bumi untuk mengundurkan diri dari rumah sakit memang terlihat sudah matang. Rozi tidak mau menahan Bumi.

"Keputusan ini, keputusan yang terbaik menurut saya. Terimakasih untuk semua pengalaman-pengalaman hebat selama saya bergabung di rumah sakit ini. Dan saya memohon maaf atas kejadian lalu. Saya akan berbenah diri," ujar Bumi dan Rozi terdiam.

"Maaf sekali lagi, dok." sambungnya.

Rozi berdehem, "sudah ada rencana selanjutnya?" tanya Rozi.

"Sudah, dok," jawab Bumi dengan cepat.

Rozi manggut-manggut. Ia tidak mau bertanya lebih detil lagi. Bumi sudah cukup dewasa untuk melakukan apa pun, termasuk masa depan karirnya.

Setelahnya, Bumi langsung keluar dari ruangan itu. Lusa pagi sekali, ia harus sudah terbang menuju negara dimana tempat tujuannya berada. Tawaran bekerja di rumah sakit khusus ibu dan anak. Karena pengalaman bedahnya yang mumpuni, Bumi langsung diangkat menjadi kepala bagian.

"Sudah saya rapikan, dok," ujar asisten Bumi yang ternyata sudah memasukkan barang-barang miliknya ke dalam kotak besar.

"Terimakasih banyak, Yuni," ujar Bumi.

"Sama-sama, dok. Semoga disana betah ya, dok," kata Yuni, asisten Bumi.

"Amin," balas Bumi.

"Dokter jangan capek-capek. Rajin olahraga. Saya doain dapet jodoh orang sana," ujar Yuni, terlihat meyakinkan. "disana kan ceweknya cantik-cantik, dok," sambungnya.

Bumi tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Ah iya, besok saya mau ajak kamu dan beberapa staf lain untuk merayakan hari terakhir saya di Indonesia," ujar Bumi.

"Siap, dok. Saya pasti datang," jawab Yuni.

"Oke, saya tunggu di restoran shabu-shabu jam 5 sore," kata Bumi.

"Restoran shabu yang di Mall depan, dok?" tanya Yuni.

"Iya. Jangan sampai terlambat!" pesan Bumi pada Yuni juga teman-temannya yang lain.

"Siap, dok!" balas Yuni.

Bumi sudah membawa beberapa barang miliknya dibantu Yuni dan Aryo ke mobil yang ada di basement. Cukup banyak staf yang merasa kehilangan. Sosok Bumi di rumah sakit terbilang sempurna. Selain pintar, tampan dan ambisius, Bumi dokter yang ramah dengan sekitar, termasuk dengan pasien-pasiennya. Kepergiannya meninggalkan banyak kenangan baik, meskipun pada akhirnya terdengar kabar antara dirinya dan putri pemilik rumah sakit yang batal menikah. Entah karena apa, mereka tidak tahu dan tidak mencari tahu atau pun ikut campur.

"Oke, terimakasih banyak untuk bantuannya. Saya tunggu besok sore di restoran Mall depan," ujar Bumi, selesai memasukkan barang-barang ke dalam bagasi.

"Sama-sama, dok. Baik. Kami akan datang tepat waktu. Dokter jangan khawatir," balas Aryo, staf perawat.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang