Pertemuan Ketiga

1.3K 55 0
                                    

"Satria berangkat dulu, Ma," mencium pipi kanan dan kiri Melani.

"Hanna juga berangkat sekolah dulu, Oma," mencium punggung tangan.

"Mama tunggu dirumah nanti siang!" ucap Melani pada Satria.

"Soal apa lagi? Satria ada urusan lain, Ma. Hari ini Satria sibuk. Lain kali Satria mampir ke rumah. Mama nggak perlu pusing soal berita itu. Satria nggak macem-macem," Satria mengusap bahu Melani lalu masuk ke dalam mobil lainnya. Mobil kemarin sudah dibawa orang suruhannya ke bengkel.

"Anak bandel! awas aja kalau macam-macam. Mama cari gadis itu!" gerutu Melani, terus menatap mobil Satria keluar gerbang.

Hanna menatap ayahnya terus. Satria melirik. "Kenapa lihat Papa terus? ada yang salah sama muka Papa?" tanyanya.

"Maksud Oma tadi apa? emangnya ada berita apa, Papa?" tanya Hanna. Satria bingung harus menjawab apa.

"Emm ... bukan apa-apa. Itu hal kecil. Hanya salah paham. Kamu belum cukup mengerti," jawab Satria, seraya mengusap kepala putrinya.

"Apa karena itu, Papa kemarin lupa dengan Hanna?" tanya Hanna lagi. Memiringkan kepala, ingin melihat reaksi apa yang diberikan Ayahnya.

"Emm ... maafin Papa, sayang. Papa bersalah, Papa sudah minta maaf," jawab Satria. Ia memilih tetap memandang lurus jalanan.

"Jadi benar ya, karena itu. Lalu, mobil Papa kemana? kenapa kita pakai mobil ini?" tanya Hanna lagi.

"Mobil Papa ada sedikit masalah. Harus diperbaiki. Sudah ya? Hanna fokus sekolah hari ini. Papa ada pertemuan penting," balas Satria. Pagi ini Mr. Kyle akan datang kembali.

"Iya, Papa." Hanna mengubah posisi duduknya lurus ke depan.

"Good girl." Satria kembali mengusap puncak kepala putrinya.

Pagi itu berjalan lancar. Satria sampai di sekolah tepat waktu. Lima menit kemudian, Mr. Kyle datang bersama asisten dan timnya.

"Thank you, Sir, for the joyous news. I was so grateful and so happy to hear it. I hope this partnership goes well" ujar Satria. Kabar bahagia ini benar-benar yang diharapkannya. Berharap jalinan kerja sama itu akan terus berjalan lancar.

"You're welcome, Mr. Satria. I also thank you for the meal. Nice hotel and nice food. Thank you very much," balasnya, bangkit dari duduknya, berjabat tangan.

Pertemuan singkat selama tiga puluh menit itu berlangsung begitu saja. Sampai Mr. Kyle harus segera kembali ke negara asalnya, Inggris.

"Iren, tolong pesankan makan siang untuk saya," ujar Satria pada Iren saat stafnya itu membereskan meja diruang meeting.

"Baik, pak." Iren mengangguk, lalu keluar membawa nampan. Memanggil office boy untuk mengurus sisanya.

Satria berdiri di jendela kaca ruangannya, dua tangannya masuk ke dalam saku celana. Ruangannya menghadap persis ke arah parkiran.

Satria kembali teringat awal pertemuannya dengan Kahiyang kala itu. Perdebatan sengit yang justru saat ini membuatnya tersenyum.

"Apa kamu sudah lebih baik?" tanyanya sendiri. Satria ingin tahu kabar terkini Kahiyang.

Suara ketukan pintu terdengar. Satria membalikkan badannya.

"Masuk!" titahnya.

Beberapa menu diantar oleh karyawan yang bertugas di kantin Senior High School ditemani Iren. Iren membantu meletakkannya ke atas meja.

"Terimakasih," ujar Satria.

"Sama-sama, Pak." jawab Iren. Keduanya keluar ruangan.

Saat Satria menikmati makan siangnya, Iren mengetuk pintu ruangan kembali.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang