Duda Anak Satu

1.5K 43 10
                                    

Satria kembali mencumbu Kahiyang. Bathrobe putih yang dipakainya sudah teronggok di lantai, tersisa bikini berwarna pink yang melekat di tubuh seksi Kahiyang.

Satria begitu menggebu. Menyerbu bibir, tengkuk, tulang selangka dan berakhir pada puncak dada.

Kahiyang kembali dalam pangkuan Satria. Duda tampan itu terus menikmati payu*dara Kahiyang. Desah*an lembut keluar dari mulutnya. Satria benar-benar ingin melakukannya sekali lagi. Pengalaman pertamanya bersama Kahiyang, seperti candunya.

Satria memuja tubuh Kahiyang dengan sebenarnya. Menciumi setiap lekuk tubuh seksi dan putih mulus itu di atas sofa. Untuk kedua kalinya, Satria pemegang kendali.

Kedua tubuh polos mereka, kembali menyatu. Kahiyang berpegangan pada lengan sofa yang berada di atas kepalanya.

Beruntung putrinya Hanna sudah tertidur pulas. Suara kegaduhan di depan kamar tidak akan terdengar.

Kembali kata-kata cinta dan pujian terlontar dari bibir Satria. "Kamu cantik banget," pujinya seraya mengecupi bibir Kahiyang dan tubuh bagian bawahnya terus bergerak. Kahiyang hanya memberi tanggapan dengan wajah sayunya, menerima gempuran hangat itu.

Malam merangkak semakin gelap. Dua insan yang sedang di mabuk cinta masih melakukan aktifitas panasnya.

Sudah dua bungkus pengaman di robeknya, masih tersisa beberapa bungkus dalam kotak yang dibeli Satria tadi. Dan sejak awal, Satria lah yang mendominasi. Kahiyang yang tidak memiliki pengalaman, mengikuti saja bagaimana arahan Satria.

Entah sudah berapa babak, stamina pak duda dan Kahiyang masih ada. Hingga suara rengekan Hanna terdengar menggedor pintu, minta dibukakan pintu.

"Papa ..." serunya lalu menangis.

"Mas," Kahiyang menahan dada Satria untuk berhenti.

"Sebentar lagi, sayang," ucapnya, terus bergerak dan menyerbu leher jenjang Kahiyang. Menghiraukan Hanna yang terus menangis.

Suara gedoran pintu itu masih terdengar, sampai akhirnya Satria dan Kahiyang mengerang bersama.

Tanpa aba-aba, Kahiyang dan Satria berlari masuk ke dalam kamar mandi. Keduanya tertawa saat terburu-buru untuk membersihkan inti tubuh mereka masing-masing.

"Kenapa sayang?" tanya Satria pada putrinya, saat pintu kamar dibukanya. Sedangkan Kahiyang berpura-pura membuat kopi.

"Kenapa lama sekali? Hanna sampai ketiduran. Kakak mana?" tanya Hanna, mencari sosok Kahiyang.

"Hai, Hanna. Kakak sedang buatkan kopi untuk Papa," ujarnya sambil mengaduk kopi instan.

"Kakak habis mandi?" tanya Hanna, melihat Kahiyang memakai bathrobe dan rambutnya sedikit basah.

"Hah?" -terkejut, saling bertatapan- "ah iya, kakak baru selesai mandi," jawabnya bohong.

Kahiyang meletakkan secangkir kopi ke atas meja. "Kakak pakai baju dulu ya?" mencubit pipi lalu berjalan cepat masuk ke dalam kamar. Satria tersenyum tipis sekaligus mesum, mengedipkan satu mata.

"Papa kenapa matanya gitu-gitu? Mata Papa sakit?" celetuk Hanna, melihat tingkah Satria.

Kahiyang menahan tawanya saat sekilas mendengar pertanyaan Hanna.

"Emm ... ada debu masuk ke dalam mata Papa," jawabnya, lagi-lagi berbohong.

"Hanna tiupin ya?" ucapnya, mendekatkan bibir pada mata Satria. Satria menuruti saja.

"Kenapa Hanna bangun? Ini masih malam. Ayok kita tidur lagi!" ajak Satria, menggendong putrinya masuk ke dalam kamar.

Kahiyang yang sedang memakai piyamanya terlonjak saat tangan nakal Satria meremas bokongnya.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang