Satria menghentikan mobilnya di perempatan jalan. Lampu lalu lintas berganti berwarna merah. Hitungan detik yang cukup lama, mampu membuat Satria kembali mengingat kejadian siang tadi. Ia berpegangan tangan dengan Kahiyang. Gadis angkuh yang cantik tetapi rapuh.
Satria menggelengkan kepalanya lalu memijat pelipis. "I'm fine, i'm good," -menenangkan pikiran- "aku hanya tidak sengaja memikirkannya. That is all! Nothing more!" tepisnya.
Tapi sungguh sayang, wajah Kahiyang yang sedang menatap dirinya tadi dari atas ranjang rumah sakit kembali melintas.
"Sangat polos dan alami," gumamnya lagi.
Lamunannya itu dibuyarkan suara klakson dari arah belakang. Lampu lalu lintas telah berganti warna. Satria segera menginjak pedal gas.
Pikirannya benar-benar kacau. Hanya ada Kahiyang, Kahiyang dan Kahiyang. Sampai ia dirumah, Satria memilih langsung masuk ke kamarnya, mendinginkan kepalanya dengan guyuran air dingin dari shower.
Hanna mengetuk pintu kamar mandi. Putri kecilnya itu marah karena di acuhkan oleh Satria seharian tanpa kabar.
"Papa ... Papa ..." serunya sambil terus mengetuk.
Satria masih dibawah guyuran shower. Kedua tangannya berpegangan pada dinding kamar mandi. Sungguh wajah Kahiyang sulit untuk dilupakan.
Satria tidak mungkin menghianati istrinya dan menyakiti Hanna. Kahiyang hanya gadis muda yang sekedar hadir sepintas lalu. Bukan sesuatu yang istimewa.
Hanna lelah setelah panggilannya tidak digubris Satria. Hanna meninggalkan kamar, masuk ke dalam kamarnya lalu menguncinya dari dalam. Hanna akan mogok bicara dengan Satria.
Suara dering ponsel Satria terdengar di atas nakas. Satria baru saja mengambil pakaiannya. Buru-buru ia memakai baju lalu mengangkat panggilan yang ternyata dari istrinya, Inggrid.
"Halo, ada apa? aku baru selesai mandi," ujar Satria setelah menggulir tanda telefon berwarna hijau.
"Apa apaan kamu? kamu selingkuh?" Inggrid langsung menuduh Satria.
"Maksudnya? siapa yang selingkuh?" tanya Satria, ia bingung.
"Siapa lagi? ya kamu. Siapa gadis muda yang ada disebelahmu? kamu selingkuh dariku!" tanya Inggrid kembali.
"Gadis mana? aku benar-benar nggak ngerti apa yang kamu omongin. Kamu jangan asal menuduhku!" Satria tersulut emosinya. Ia memang tidak tahu apa-apa.
"Kamu jangan pura-pura nggak ngerti, Satria! wajah kamu, juga gadis itu ada di akun jakarta hari ini. Untung Mami kasih tau aku. Kalau enggak, aku ditipu mentah-mentah sama kamu!" ujar Inggrid. Ibu kandungnya memberitahunya sore tadi.
"Siang tadi aku kecelakaan. Aku cuma bantu gadis itu, nggak lebih." ungkap Satria jujur.
"Cuma bantu? sampai pegangan tangan segala? kamu pikir aku bodoh, Satria?" Inggrid tetap saja tidak mau mengerti.
"Terserah apa mau mu. Aku sudah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Aku capek! Aku mau tidur!" ucap Satria, ia lelah. Makan malam sudah terlewat, begitu juga soal menemui Hanna. Putrinya pasti sudah tidur.
"Capek? mau tidur? gila kamu, Satria! kita belum selesai bicara," Inggrid masih tidak terima tentang pemberitaan suaminya bersama seorang gadis.
"Kalau mau dibicarakan lagi, pulang sekarang!" Satria mengucapkan dengan lantang lalu mematikan ponselnya, menon-aktifkannya. Bagaimana mungkin Inggrid pulang ke Jakarta dan meninggalkan proses syuting film. Inggrid tidak akan mungkin melakukannya.
"Brengsek!" melempar ponsel ke atas sofa lalu menjatuhkan dirinya ke atas kasur.
Pandangannya menatap langit-langit kamar. "Sungguh hari yang melelahkan. Maafkan Papa, Hanna. Hari ini Papa belum sempat meminta maaf." gumamnya pada diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal
RomanceWARNING 21++ Terdapat adegan dewasa. Tidak diperuntukan anak dibawah umur !! Kahiyang Prasojo. Pelukis cantik berusia 20 tahun, putri sulung Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dan Perilaku, dr. Rozi Prasojo Sp.KJ. Kisah cintanya dimulai sejak ia ber...