Dua Tahun Yang Lalu (Alsya)

932 35 0
                                    

Dua tahun yang lalu di sebuah pulau, utara Jakarta. Tepat di ulang tahun Alsya ke dua puluh. Alsya memilih merayakan ulang tahunnya bersama dengan sahabat-sahabatnya di sebuah pulau. Pulau pribadi yang memang dimiliki oleh keluarganya, keluarga Permadi.

Terdapat beberapa vila yang dibangun untuk disewakan. Alsya pergi tanpa bersama keluarganya. Mereka pergi ke pulau ber sepuluh menaiki speedboat.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba mesin speedboat mati. Terjadi kerusakan dan membuat semua panik. Di tengah laut dengan langit yang mendung dan juga angin berhembus kencang. Sepertinya akan turun hujan.

"Pak, kenapa bisa mati gini? Bapak nggak ngecek mesinnya dulu? harusnya bapak lebih teliti lagi!" Alsya kesal seraya memakai rompi pelampung berwarna oranye.

"Maaf, Non. Tadi saya buru-buru. Mendadak anak saya sakit, harus secepatnya dibawa ke rumah sakit. Maafin saya, Non. Tapi saya sudah menghubungi rekan yang lain untuk membantu kita," terang pengemudi speedboat.

"Ya sudah lah. Suruh cepat kemari! Ombak makin besar, mau turun hujan." ujar Alsya lalu pergi ke deck bawah.

Sahabat-sahabatnya menunggu di satu ruangan besar, masing-masing mengenakan rompi pelampung.

"Gimana?" tanya Sofi.

"Kita tunggu bala bantuan. Huh ..." -menghempaskan tubuh ke kursi- "kesel gue." keluh Alsya.

"Udah nyantai aja. Yang penting kita jadi party nanti malam," celetuk Ais.

Tiga puluh menit menunggu, tak kunjung datang bala bantuan. Alsya sudah uring-uringan.

"Ini sudah setengah jam, Pak. Tapi orang suruhan bapak belum juga sampai. Apa perlu saya telfon Papa saya?" ujar Alsya, kesabarannya sudah tidak bisa ia tahan lagi. Pikirnya dengan tidak menghubungi Papanya Reza, adalah jalan yang tepat agar si bapak tidak mendapatkan sanksi. Namun situasi sudah semakin mencekam. Hujan mulai turun cukup deras disertai angin laut dan ombak.

Hanya ucapan maaf yang bisa keluar dari mulut pengemudi speedboat. Alsya kembali meninggalkan ruang kemudi.

Dan suara deru mesin speedboat terdengar mendekat. Alsya kembali menaiki anak tangga untuk memastikan bahwa bala bantuan telah tiba.

"Kenapa, Pak?" seru seseorang dari pinggir speedboat.

"Mesin mati. Rusak, Mas," jawab pengemudi speedboat lantang, agar terdengar.

"Ada berapa orang di dalam?" tanya laki-laki itu lagi.

"Ada sepuluh orang, Mas," jawabnya lagi.

"Pindah! semuanya pindah kemari. Hujan makin deras. Bahaya," titahnya.

Alsya mengangguk cepat mendengar ucapan laki-laki itu. Ia langsung berteriak pada teman-temannya untuk segera naik dan berpindah ke speedboat lain.

Perpindahan mereka pun tidak semudah saat di daratan. Ombak membuat kapal bergoyang kencang. Situasi sangat mencekam. Alsya tak dapat menggapai tangan laki-laki itu saat akan berpindah, karena ombak kembali menghantam speedboat. Alsya terjatuh ke lantai deck.

"Aahhh ..." teriaknya.

"Non, nggak papa? ayok bangun. Saya bantu," ucap pengemudi. Membantu Alsya berdiri lalu mendekati pria tadi.

"Cepat! sedikit lagi, sedikit lagi," teriak laki-laki itu sambil terus mengulurkan tangannya.

Alsya berusaha meraih tangan pria itu dan berhasil. Alsya begitu ketakutan, memeluknya begitu kuat sambil menangis.

"Udah aman," -menepuk-nepuk punggung- "ikut aku!" menarik Alsya ke deck bawah. Alsya diam menunduk, mengikuti pria itu.

"Duduk!" titahnya.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang