Perseteruan Satria dan Inggrid (2)

845 30 0
                                    

Satria keluar kamar setelah Hanna terlelap. Ia menghampiri Inggrid di dalam kamar mereka. Terdengar samar suara tawa istrinya itu. Satria membuka pintu lalu menutupnya lagi perlahan.

"Iya, Abangku sayang ..." ucap Inggrid tanpa tahu Satria sudah berdiri tegap di depan pintu. Lampu kamar sudah temaram. Sosok Satria tidak terlihat.

Inggrid sedang menelungkupkan badannya sambil menelfon seseorang yang dipanggilnya Abang.

Satria mengepalkan dua tangannya. Bukti-bukti yang dikirimkan orang suruhannya memang benar. Dan Satria tahu siapa pria itu.

"Emm ... aku juga mau. Pengen dipeluk, dikecup, di ... ah pokoknya semua," ucap Inggrid centil bak anak ABG.

"Iya, iya Abangku sayang. Emmuah, dah ..." panggilan itu usai.

Inggrid meletakkan ponselnya ke atas nakas lalu memposisikan dirinya bersiap tidur.

"Ehem ..." Satria berdehem. Inggrid terduduk langsung menyibakkan selimutnya. Jantungnya berdegup kencang.

"Ka ... kamu. Baru masuk?" tanya Inggrid gugup. Dikepalanya timbul pertanyaan apa Satria mendengar pembicaraan dirinya dengan selingkuhannya.

"Baru masuk. Kenapa?" Satria berpura-pura.

"E ... nggak papa. Aku mau tidur dulu, pusing," Inggrid kembali ke posisi semula. Menarik selimut sampai ke batas dada.

Satria memilih masuk ke dalam kamar mandi, lalu berganti pakaian. Setelahnya Satria keluar kamar, turun ke lantai bawah untuk berbicara dengan orangtuanya.

"Apa yang ada di pikiranmu?" Melani langsung bertanya saat Satria masih menuruni dua anak tangga terakhir.

"Maksud Mama apa?" timpal Satria.

"Kenapa kamu tinggalin istrimu di bandara? Kemana kamu?" tanya Melani lagi dengan nada yang cukup lantang.

"Ma ..." Nendra menegur istrinya. Melani mengerucutkan bibirnya kesal.

Satria menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa. Rasanya lelah sekali hari itu. Perjuangannya sia-sia saat menemui Kahiyang tadi.

"Sebenarnya ada masalah apa antara kamu dengan Inggrid?" tanya Nendra.

"Pasti gara-gara gadis muda itu, Pa," Melani langsung menuduh putranya.

"Ma!" Satria berkata sedikit lantang.

"Apa? bener kan dugaan Mama?" Melani sangat yakin dengan pikirannya.

"Ma, biar Satria jawab dulu pertanyaan Papa," Nendra menginterupsi. Satria duduk tegap, bersiap menjelaskan. Sedangkan Melani hanya berdehem.

"Ayok, jawab pertanyaan Papa," sambung Nendra.

"Satria belum bisa ceritakan semua. Mama Papa cukup diam, lihat hasilnya nanti," ujar Satria. Ia tidak mau sesumbar soal Inggrid yang berselingkuh. Ia akan bergerak dengan caranya sendiri.

"Terus gadis itu? bener kamu temuin dia?" tanya Melani.

"Mama jangan bahas ini lagi. Satria nggak mau dengar Mama bahas dia didepan Inggrid atau pun Hanna. Satria akan selesaikan semua. Jadi ... Mama Papa jangan ikut campur! Sudah malam, lebih baik kita istirahat. Besok Satria harus ke sekolah. Banyak pekerjaan yang terbengkalai." terang Satria, bangkit lalu pergi meninggalkan kedua orangtuanya yang masih saling berpandangan.

Melani dan Nendra bingung sekaligus kesal dengan perkataan putranya. Menantunya sedang hamil tapi putranya terlihat tidak menyukai hal itu. Mereka tau betul bagaimana Satria menginginkan anak kedua. Tapi setelah satu tahun berlalu, putranya benar-benar berubah.

Perubahan yang diyakini Melani sejak bertemu dengan Kahiyang. Gadis muda, cantik dan juga putri pemilik Rumah Sakit besar di Jakarta. Melani tidak tinggal diam, ia ingin mengetahui latar belakang Kahiyang lebih dalam lagi.

Satria memilih masuk ke dalam kamar Hanna. Ia tidur disana, disamping putrinya.

"Mungkin bagi Hanna, Papa egois. Tapi Papa tidak bisa terus dibohongi. Papa mau Hanna juga bahagia. Bahagia yang sesungguhnya." -membelai rambut Hanna- "papa cinta kakak cantik itu. Papa sedang berusaha membujuknya. Papa yakin dia akan jadi Mama yang baik untuk Hanna. Maafin Papa karena terlalu egois," ujar Satria, mengecup kening putrinya yang tertidur pulas.

Satria akan terus berusaha menemui Kahiyang. Ia tidak mau Kahiyang bertunangan dengan Bumi.

Dan keesokan paginya, Satria masuk ke dalam kamarnya untuk mandi. Ia berpapasan dengan Inggrid yang hanya memakai pakaian dalam seksi. Satria mengerutkan keningnya melihat pemandangan itu.

"Kenapa? Aku seksi?" Inggrid mendekati berusaha menggoda, namun Satria menghindar, memundurkan langkahnya.

"Apa gadis itu lebih seksi dari aku?" tanya Inggrid, menyentuh dada Satria dengan telunjuknya. Satria terkejut.

"Nggak usah kaget gitu. Udah ciuman?" -mengusap bibir Satria- "atau udah remas payuudaranya?" tanya Inggrid sambil menarik tangan Satria lalu mendaratkan ke atas dadanya.

Satria menepis. "Gila kamu!"

"Oh ... atau kamu udah cicipin badannya? IYAA?" Inggrid melantangkan suaranya.

"Sinting!" Satria mendorong Inggrid dan akan masuk ke dalam kamar mandi, tapi dicegah.

"Breng*sek! Kamu selingkuhin aku. Aku lagi hamil! Aku istri kamu! Tega-teganya kamu selingkuh!" Inggrid membentak.

Satria berbalik lalu menunjuk wajah istrinya. "Nggak usah banyak omong kamu, Inggrid!"

"Kenapa? Emang bener kan, kalau kamu selingkuh?" Inggrid menantang Satria sambil menekan nekan dada Satria dengan telunjuknya.

"Kamu pikir aku nggak tau tingkahmu di luar sana? Hamil? Ya ... tapi bukan anakku! Kapan aku menyentuhmu? Berani-beraninya kamu menipuku juga keluargaku!" Satria mencengkeram pergelangan tangan istrinya. Inggrid meringis kesakitan.

"Ini anak kamu! Aku hamil anakmu, Satria!" Inggrid tetap bersikeras meyakinkan Satria.

"Sinting kamu! Aku punya banyak bukti perselingkuhanmu dengan laki-laki itu! Lebih baik kita akhiri sandiwara ini lebih cepat! Aku nggak mau Hanna semakin kecewa dengan ulahmu!" ujar Satria, menyentak tangan Inggrid.

Saat melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi, Inggrid kembali melemparkan kata yang membuat Satria berbalik dan geram.

"Kahiyang Prasojo. Putri sulung pemilik Rumah Sakit Pelita. Anak haram dokter Rozi Prasojo!" ungkap Inggrid.

"Jaga bicaramu, Inggrid!" bentak Satria.

"Cih ... kamu selingkuh sama perempuan macam itu? sampai Mama tau siapa perempuan itu, habislah kamu! Kamu nggak akan bisa ceraiin aku! Ingat itu! Aku juga punya bukti dan ini akan meledak. Karirmu yang akan hancur! Satria Arsyanendra, pemilik Yayasan ternama sekaligus suami artis terkenal Inggrid Mahira berselingkuh disaat sang istri sedang mengandung putri keduanya." Inggrid mengerahkan semua upayanya untuk mengancam Satria.

"Bi*tch!!" umpat Satria lalu ia membanting pintu kamar mandi. Inggrid tersenyum puas, merasa menang dan ia lah yang mengendalikan situasi saat ini.

Satria membuka keran air dingin begitu kencang untuk mengguyur kepalanya. Amarahnya pagi itu berada di level teratas. Ternyata Inggrid sudah mengetahui perselingkuhannya dengan Kahiyang.

"Untung Romi tengah malem tadi kirim informasi soal gadis itu," -menyerahkan handbag pada Arila- "Gue berhasil bikin dia mati kutu! Enak aja mau nyerain gue. Sebelum semua jadi hak milik, gue nggak bakal setuju buat pisah. Rugi bandar," ujar Inggrid, menuruni anak tangga menuju ruang makan dimana mertuanya dan Hanna sudah duduk menunggu.

"Selamat, Mba," kata Arila.

"Thankyou ... Entar lu yakinin mertua gue. Jangan sampe mereka curiga," Inggrid mengingatkan perihal dirinya akan pergi menemui laki-laki yang ia panggil Abang semalam.

"Siap, Mba."

To be Continued...

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang