Memutuskan

1K 36 0
                                    

"Aku mau ketemu Mama Bri, aku belum say hi," ujar Alsya. Kahiyang dan Bitna saling memandang. Alsya terlihat buru-buru keluar dari kamar Kahiyang.

Alsya mengeluarkan ponselnya, mengirimkan pesan pada Bumi. Jantungnya berdegup kencang. Bisa-bisanya Bumi membohonginya selama ini.

Dua tahun berpacaran, dan sudah satu tahun belakangan mereka tidak bertemu. Kesibukan Alsya kuliah di Amerika, juga kesibukan Bumi mengejar karirnya di rumah sakit keluarga Prasojo. Membuat keduanya tidak bisa bertemu melepas rindu.

Kepulangannya dibarengi dengan kabar sepupunya Kahiyang akan melangsungkan acara pertunangan. Awalnya Alsya terkejut dan tidak percaya. Kahiyang sepupu yang sangat sulit didekati pria, secepat itu memutuskan untuk bertunangan. Alsya merasa cemburu dan di langkahi sepupunya.

"Kapan kamu mau ketemu Mama Papa? kita udah pacaran dua tahun, kapan kamu ngelamar aku?" tanya Alsya pada Bumi, setelah mereka selesai melakukan sex. Keduanya yang masih tanpa busana dan berkeringat.

"Aku belum bisa, sayang. Aku masih fokus sama kerjaan. Tapi aku janji tahun depan. Nggak perlu tunangan. Aku langsung lamar kamu dan besoknya kita nikah." ujar Bumi sambil mengusap kepala Alsya yang bersandar di dadanya. Lalu mengecup puncak kepala sesekali.

"Tahun depan? setelah kelulusanku? oke, oke. Aku mau," Alsya begitu senang, matanya berbinar. Tidak sia-sia pikirnya, kembali lebih awal ke Indonesia dan berlibur selama tiga hari bersama Bumi di Bali.

Alsya tertipu. Bumi licik dan pembohong yang handal. Wajahnya yang protagonis dan menampilkan sosok yang cerdas juga lembut, nyatanya berbeda. Bumi menutupinya dengan sangat rapih demi karirnya di rumah sakit milik Rozi.

Bumi dan kedua orangtuanya sudah begitu senang, sebentar lagi mereka akan menjadi orang kaya raya tujuh turunan. Menjadi menantu dan besan pemilik rumah sakit besar.

"Jangan membuat ulah! Mama nggak mau sampai batal berbesanan dengan keluarga Prasojo." Risa memperingatkan putranya, setelah mereka baru saja pulang dari kediaman Rozi. Setelah mendapatkan hasil yang menggembirakan. Kahiyang setuju menikah dengan Bumi.

"Iya, Ma. Mama tenang aja. Aku udah urus semua. Pernikahan lusa aku pastikan terjadi," jawab Bumi.

"Jangan lupa belikan mobil impian Papa!" sahut Fahmi.

"Iya, Pa. Semua yang Mama Papa mau, pasti aku kasih." balas Bumi.

"Besok Mama mau ke salon. Mama juga mau spa. Kemarikan kartu kredit kamu!" -menengadahkan tangan- "nanti berikan Mama kartu kredit yang unlimited. Minta sama Kahiyang." titah Risa, menyambar kartu kredit yang Bumi sodorkan.

*****

"Brenda, tolong Mama sayang. Berikan ini ke nak Bumi," pinta Brisia. Menyerahkan buotonniere (ornamen bunga yang disematkan di dada sebelah kiri pengantin pria).

"Siap!" memberi hormat lalu menerimanya. Brenda segera menuju kamar Bumi.

Sesampainya di kamar Bumi, Brenda hanya bertemu dengan Risa.

"Tante, aku disuruh Mama kasih ini," menyodorkan ornamen bunga itu.

"Bumi nggak ada di kamar. Kasihkan ini ke Bumi, sekalian bilang ke dia suruh cepat ke kamar. Acara mau dimulai," titahnya. Risa justru mengembalikan ornamen itu pada Brenda.

"Baik, Tante," Brenda segera pergi mencari keberadaan Bumi.

"Ngapain kamu disini? aku bilang, aku ada acara keluarga. Dari mana kamu tau tempat ini? kamu ngikutin aku?" cecar Bumi pada Alsya.

"Acara keluarga?" -meneliti penampilan Bumi dari atas sampai bawah- "style acara keluarga gini ya? kayaknya lebih pantes jadi mempelai pria. Iya kan?" ujarnya sambil menunjuk penampilan Bumi.

"Maksud kamu apa? kamu salah paham. Mending kamu pergi dari sini." usir Bumi, mendorongnya untuk segera pergi.

"Kamu jahat! setelah bertahun-tahun kita sama-sama tapi ternyata kamu bohongin aku! aku udah kasih semuanya, termasuk tubuhku. Tapi apa? mana janjimu?. You're a liar! I hate you!" Alsya memukuli dada Bumi.

Bumi menangkap tangannya. "Sorry, aku dijodohkan. Mama yang mau. Aku bisa apa," kilah Bumi.

"Dijodohkan? Bull*shit!" menampar lalu mendorong dan pergi.

Brenda menyaksikan pertengkaran itu. Ia merekamnya lalu berlari ke arah kamar Kahiyang.

"Lihat, kak!" ujar Brenda, menghidupkan video pertengkaran Bumi dan Alsya.

Kahiyang menutup bibirnya. Bitna sama terkejutnya.

"Jadi ... mereka pacaran? gila ... ini gila!" seru Bitna. Kahiyang duduk terdiam. Kakinya terasa lemah.

Alsya sepupunya yang sangat dekat dengan dirinya ternyata pacar dari calon suaminya, Bumi.

"Kak ... gimana ini?" -menggoyangkan lengan kiri- "jangan diam aja dong kak. Ayok ngomong! Kakak tetap lanjut atau batalin pernikahan ini?" tanya Bitna, mendesak kakaknya untuk berbicara.

"Kak," Brenda ikut mendesak.

"Kalian jangan berisik! Aku juga nggak tau harus gimana. Kakak nggak mau ngecewain Papa tapi ..." -menjeda- "tapi kakak juga nggak mau nyakitin perasaan kak Alsya." terang Kahiyang bimbang.

"Kalau aku jadi kakak, aku batalin pernikahan ini! Masalah Papa, urusan nanti." tegas Brenda.

"Kak Alsya keluarga kita, kak. Aku setuju sama Brenda," timpal Bitna.

Belum sempat Kahiyang mengeluarkan sanggahannya lagi, suara ketukan terdengar. Rozi sudah bersiap di depan pintu bersama Alsya.

Kahiyang berjalan menggandeng Papanya. Bitna dan Brenda saling menyikut lengan. Sedangkan Alsya lebih banyak diam, berjalan di belakang mereka.

Breng*sek kamu Bumi! Baji*ngan!. Alsya terus mengumpat dalam hati, sambil terus mengekori calon mempelai wanita.

Alunan lagu samar-samar terdengar. Kahiyang terus berjalan menuruni anak tangga menuju tempat acara akan berlangsung.

Aku nggak akan bahagia di atas penderitaan kakakku sendiri. Lebih baik Papa marah padaku, dari pada aku hidup bersama Bumi dengan membawa rasa penyesalan. Maafin Kahi, Pa. Ucap Kahiyang dalam hati sepanjang langkahnya semakin mendekati pelaminan.

Kahiyang menatap ke sekeliling lalu berhenti pada Bumi. Rasa benci kini lebih dominan. Benar apa yang dikatakan Satria. Bumi penipu dan pembohong besar.

Dan perkataan Satria kembali mengisi pikirannya. "Kembali padaku kalau kamu berubah pikiran. Aku akan selalu menunggu,".

Apa aku harus kembali padamu? Ah ... kamu nggak jauh beda sama Bumi. Aku yang terlalu bodoh harus percaya dengan pria sepertimu. Hubungan yang salah nggak akan berakhir bahagia. Aku nggak mau!. Batin Kahiyang.

"Papa, maaf," ucap Kahiyang tiba-tiba. Mereka berhenti tepat di depan meja. Tempat dimana Bumi akan mengucapkan janji.

"Untuk apa? Papa bahagia hari ini," ucap Rozi.

Kahiyang membalikkan badannya, menarik Alsya lebih dekat. Bumi membulatkan matanya.

"Maaf, kak. Aku nggak tau kalau dia pacar kakak. Aku nggak mau rebut dia dari kakak. Hari ini gantikan aku jadi mempelai wanitanya. Aku ikhlas," perkataan Kahiyang sontak membuat semua terkejut.

"Apa ini?" tanya Rozi. Alsya menatap ke arah Bumi.

"Apa-apaan ini?" gumam Risa pada putranya. Bumi masih diam. Wajahnya terlihat kesal.

"Maaf, aku nggak bisa." Alsya melepaskan tangan Kahiyang lalu berlari pergi meninggalkan tempat acara.

"Maaf, Pa. Kahi nggak bisa." Kahiyang ikut pergi.

Hari pernikahan berakhir tidak sesuai dengan rencana. Kahiyang batal menikah dengan Bumi.

Namun di lain tempat, ada pria beristri yang sedang galau. Satria patah hati. Kekasihnya Kahiyang memilih menikah dengan Bumi pada hari itu.

Satria berdiam diri di dalam apartemen. Apartemen dimana Kahiyang pernah menginap. Satria tidak pulang, ia memilih menyendiri.

"Selamat sayang, kamu sudah jadi milik orang lain. Aku nggak bisa membayangkan malam ini adalah malam pertamamu dengan laki-laki itu," menggenggam erat gelas berisi alkohol. Satria mabuk berat.

To be Continued...

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang