Sandiwara Inggrid

785 32 0
                                    

Kehamilan Inggrid sudah memasuki usia 4 bulan. Perutnya sedikit menonjol. Kehamilan keduanya ini tidak membuatnya mabuk atau ngidam. Semua berjalan lancar, seperti biasanya. Ucapan dokter pertama kali hanya sandiwara. Inggrid membayar dokter itu untuk membuat Satria luluh dan memberikan perhatiannya.

"Besok Satria pulang. Aku harus ada dirumah. Nggak apa-apa ya, malam ini aku nggak nginap," ujar Inggrid pada pria disampingnya yang ia panggil dengan sebutan Abang.

"Oke, tapi layani aku dulu," ucap pria itu sambil meremas bokong Inggrid.

"Semalam masih kurang?" tanya Inggrid, mencubit pipi.

"Selalu kurang," jawabnya dan langsung menarik dagu Inggrid, menciumnya kasar.

Malam itu Inggrid benar-benar pulang. Rasa letihnya setelah melayani nafsu selingkuhannya itu, membuat Inggrid memilih masuk ke dalam kamar.

Kamar tidurnya bersama Satria itu sudah satu minggu tidak ia tiduri. Selama itu Inggrid berada di apartemen kekasihnya.

Suara ketukan terdengar saat Inggrid baru saja keluar dari kamar mandi.

"Mama ..." seru Hanna dari depan pintu.

Inggrid kesal, menghela nafasnya kasar lalu menggerutu. "Ngganggu orang mau istirahat!"

Hanna terus memanggil sambil mengetuk pintu. "Mama ... Mama ..."

"APA?" -membentak- "Mama pusing. Mama mau istirahat!" ujar Inggrid kesal. Wajah Hanna terlihat kecewa.

"Hanna kangen. Hanna mau tidur sama Mama," ucap Hanna lirih.

"Nggak ada, nggak ada!" -menolak- "tidur di kamarmu sendiri! Mama pusing!" usir Inggrid lalu menutup pintu dan menguncinya.

Hanna masih berdiri didepan pintu dan menangis. Hanna kesepian. Kedua orangtuanya sibuk dengan dunianya sendiri. Seharusnya Hanna lah dunia mereka.

Hanna menyeka air mata yang terus menerus mengalir ke pipi, sambil berjalan masuk ke dalam kamarnya. Hanna menangis sesenggukan.

Diraihnya foto keluarga di atas meja belajar. Hanna membawanya dalam pelukan kemudian berbaring.

"Hanna rindu Mama Papa yang dulu," ujarnya lirih.

Hati seorang anak yang akan terluka oleh keegoisan orangtua. Hanna merasa tidak diperhatikan lagi.

*****

Seharian Inggrid ada dirumah. Bercengkrama dengan Hanna. Aktingnya memang luar biasa. Hanna yang semalam kecewa dan menangis, mampu di luluhkan hatinya.

"Maafin Mama, Hanna sayang," ujar Inggrid, duduk di samping ranjang Hanna. Inggrid masuk ke dalam kamar putrinya. Membelai serta mencium kedua pipi lalu memeluk.

"Iya, Mama. Hanna minta maaf. Apa Mama masih pusing? Gimana adik bayi? Adik bayi sehat kan, Mama?" tanya Hanna berentetan lalu mengusap perut Inggrid.

"Mama sudah baikan kok. Adik bayi juga sehat," jawab Inggrid, menyentuh tangan Hanna di perutnya sambil tersenyum.

"Hanna sayang Mama, Papa juga adik bayi," ucap Hanna, memeluk perut Inggrid lalu menciumi adik bayinya.

Inggrid membelai kepala Hanna, "Mama juga sayang Hanna. Putri kecilku,"

"Ayok kita sarapan! Mama sudah masakkan nasi goreng kesukaan Hanna, juga ayam goreng," ajak Inggrid. Sandiwaranya sungguh apik.

"Nasi goreng dan ayam goreng?" tanya Hanna, matanya berbinar.

Sudah sangat lama sekali Inggrid tidak memasakkan makanan kesukaan Hanna. Inggrid selalu sibuk dengan dunia keartisannya.

"Iya sayang. Mama bangun pagi sekali spesial untuk masak makanan kesukaan Hanna. Ayok turun! Hanna harus habiskan semua makanannya. Oke?" terang Inggrid, mengajak putrinya keluar kamar lalu turun ke lantai bawah ke ruang makan.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang