Takdir Tuhan

1.4K 49 4
                                    

Malam itu Kahiyang mengambil keputusan bahwa ia tidak akan menuruti keinginan Satria. Ia memilih pergi ke rumah sakit. Soal keributan yang dikatakan Satria, tidak Kahiyang gubris. Biarkan saja pria tua egois itu mempermalukan dirinya sendiri. Pikir Kahiyang.

"Hari ini mau kemana?" tanya Brisia pada Kahiyang di sela-sela sarapan bersama.

"Kahi mau urus beberapa berkas, Ma" jawab Kahiyang, menyendokkan nasi goreng ke dalam mulut.

"Ah, ya. Mama lupa, akhir bulan sudah ke London lagi. Padahal Mama masih kangen. Kenapa cepat sekali liburmu, nak?" Brisia tidak rela harus berpisah lagi dengan putri sulungnya.

"Iya, kak. Padahal kita belum ke Vila, tapi kakak udah mau ke London lagi." celetuk Brenda.

"Gimana kalau sabtu besok kita ke Vila? kak Alsya sore ini sampai di Indonesia. Jadi kita liburan ke Vila sama-sama. Gimana kak?" usul Bitna.

"Kak Alsya pulang?" tanya Kahiyang. Bitna mengangguk.

Alsya yang berbeda satu tahun lebih tua darinya, pergi menuntut ilmu ke negri Paman sam. Alsya yang menyukai seluk beluk bisnis, memutuskan untuk mengambil jurusan Business Analytics di UMB (University of Massachusetts Boston).

"Papa Mama ikut juga kan ke Vila?" tanya Kahiyang.

"Mama ikut dong, tapi kalau Papa?" tanya Brisia pada suaminya.

"Maaf sayang-sayangku ..." sudah dapat dipastikan Rozi tidak turut ikut berlibur ke Vila. Ke empat wanita cantik dalam hidup Rozi itu sudah menduga, mereka kompak menghela nafas.

"Yaudah deh, Bitna mau ajak Papa Reza sama Mama Nata aja. Mereka pasti mau," menjulurkan lidah, mengejek Papanya Rozi.

"Maafkan, Papa. Kalian tau kalau weekend justru Papa sibuk. Jangan marah. Nanti Papa pesankan barbeque untuk makan malam disana. Oke?" Rozi meminta maaf dengan menyogok pesta barbeque.

"Ah, Papa nggak asik. Kakak masih mau punya suami dokter kaya Papa? lebih baik Kakak cari yang lain aja deh. Pengusaha atau pemilik sekolahan," celetukan Brenda anak ingusan itu mampu membuat Kahiyang terbatuk dan salah tingkah.

"Brenda ... Jangan pengaruhi Kakak! Keputusan Papa Mama menjodohkan Kakak dengan Bumi sudah final. Tidak ada calon menantu yang lain! Kahi, ngerti kan ucapan Papa?" Kahiyang mengangguk, menuruti perkataan Papanya.

"Bagus. Yasudah, Papa mau berangkat ke rumah sakit. Kalian berdua juga berangkat ke sekolah, nanti terlambat. Dan Kahi tetap belum boleh menyetir! minta sopir untuk mengantar." ujar Rozi tegas. Bangkit lalu mencium pipi Brisia dan ketiga putrinya.

Rozi pergi terlebih dulu lalu disusul oleh Bitna dan Brenda bersama sopir mereka. Tertinggal Kahiyang dan Brisia.

"Maafin Papa ya nak. Papa lakukan ini semua hanya untuk Kahiyang, putri sulung kesayangan kami," ujar Brisia, merangkul putrinya.

"Iya, Mama. Kahi ngerti." tersenyum.

Kahiyang kembali ke kamarnya. Ia akan pergi mengurus berkas pukul sembilan pagi. Masih ada waktu untuk bermalas-malasan diatas kasurnya.

Kahiyang membuka pesan dari Satria. Pesan yang dikirim dari subuh tadi. Kahiyang sengaja belum membukanya.

Ada lima chat yang berisi untuk datang nanti siang, lalu beberapa chat lagi mirip sebuah ancaman secara halus. Kahiyang melempar ponselnya ke atas kasur.

"Argh .... menyebalkan!" teriak Kahiyang, menutup wajahnya dengan bantal lalu menendang udara.

Suara ponselnya berdering, Kahiyang menyambarnya tanpa melihat lagi siapa yang menghubungi. Pikir Kahiyang siapa lagi yang akan mengganggunya sepagi ini, pasti Satria.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang