Sisa Rasa

722 34 0
                                    

📩 Aku cuma mau bilang maaf. Please, angkat dulu telfonnya.

Pesan masuk dari Bumi. Kahiyang melempar ponselnya ke sofa lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Kahiyang baru saja sampai di apartemennya.

"Sinting! Maaf ... Maaf. Gampang banget ngomong maaf." gerutunya. Kahiyang tentu saja masih kesal dengan Bumi. Laki-laki pembohong. Entah apa yang sudah merasukinya dan akhirnya luluh pada mulut manis Bumi.

Belasan kali ponselnya berdering, dan ada sekitar sepuluh pesan yang Bumi kembali kirimkan. Kahiyang terganggu juga semakin kesal. Ia terpaksa mematikan ponselnya.

Kahiyang menelungkupkan badannya dan tidur. Rasanya lelah seharian di kampus, mengurus banyak hal. Kahiyang melewatkan makan malam dan juga mandi.

"Hai ... Apa kabar?" sapa Satria. Kahiyang diam membeku. Bagaimana bisa Satria datang ke kampusnya?.

"Keliatannya baik ya ..." sambung Satria karena tidak ada balasan. Kemudian ia duduk di samping Kahiyang.

Taman kampus yang cukup luas, di bawah pohon rindang. Mereka duduk berdua. Kahiyang kebingungan.

"Kenapa bingung gitu?" tanya Satria lagi. "I miss you ..." ucap Satria.

Kahiyang menoleh, menatap Satria.

"Aku rindu," sambungnya lagi.

Kahiyang mengulurkan tangannya, meraba pipi Satria. Jambang yang selalu rapih itu masih sama. Justru semakin tampan. Ya, Satria semakin tampan dan matang.

" Did you miss me too?" tanya Satria, ia tidak sabar menunggu jawaban setiap pertanyaannya tadi.

Kahiyang mengangguk, tersenyum kecil. Satria merengkuh pinggang gadis yang sangat dirindukannya. Satria memeluknya erat.

"I miss you so much," akhirnya Kahiyang mengatakannya.

Satria menghujani begitu banyak ciuman di seluruh wajah Kahiyang. Dan terakhir ciuman panjang pada bibir yang sudah lama tidak ia rasakan.

Rindu berat yang membuncah, mengalahkan semua rasa di dunia. Kahiyang dan Satria hanyut dalam perasaan mereka sendiri. Ciuman itu begitu panjang dan menuntut.

Tepukan di pundak Kahiyang menginterupsi. "Kahiyang ..." suara Jarvas terdengar di telinga. Bibir Satria dan Kahiyang masih saling menempel, mereka masih berciuman.

Dan tepukan kedua terasa.

"Astaga ..." Kahiyang terbangun dari tidurnya dan langsung terduduk.

Ternyata semua hanya mimpi. Pertemuannya dengan Satria hanya sebuah mimpi. Mimpi yang terasa nyata.

Kahiyang berlari masuk ke dalam kamar mandi. Membasuh mukanya. Mimpi itu kembali muncul dalam pikiran. Kahiyang mengusap bibirnya. Rasa bibir Satria begitu nyata.

"Aku bisa gila! Kenapa sesulit ini?" teriaknya, sambil meremas rambut.

Kahiyang memutuskan untuk mengguyur kepalanya. Meskipun tidak berpengaruh apapun. Satria masih dan tetap akan dalam pikirannya.

Keinginan untuk memberi tahu Satria tentang keadaannya saat ini begitu besar. Namun Kahiyang kembali bimbang. Kahiyang masih ingat jelas perihal kehamilan Inggrid. Semua terasa sia-sia. Untuk apa memberitahukan semua, pikir Kahiyang. Sungguh menyiksa.

Di tempat lain. Satria juga mengalami hal yang sama. Bermimpi sedang memeluk Kahiyang di atas ranjang. Saat kebersamaan mereka di apartemen dulu, seperti kembali terjadi.

Aroma rambut dan tubuh Kahiyang masih di ingatnya. Sangat harum, seakan terendus.

"Aku salah. Nggak seharusnya aku mimpikan kamu, Kahiyang." gumamnya.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang