Dua Puluh Tiga

2.2K 157 0
                                    

Mereka semua sudah sampai dirumah Limario, Jisoo memilih menginap dirumah Limario karna tidak harus bersembunyi lagi dari ChaeYoung

"Aku ke kamar duluan" Pamit Alice, Jisoo memilih ikut pamit dan mengikuti Alice

"Aku juga deh, ngantuk" Ujar ChaeYoung, Suho ikut pamit juga mengikuti ChaeYoung

"Istirahatlah Jen" Ujar Limario langsung berlalu menuju ke taman belakang, Jennie mengikuti Limario. Jennie memilih kedapur dulu untuk membuatkan kopi susu untuk Limario

"Lim" Panggil Jennie sembari membawa secangkir kopi susu dan meletakkan disamping Limario

"Minumlah" Ujar Jennie kemudian memilih duduk disamping Limario, Limario mengambil kopinya dan meminumnya

"Sudah mendingan?" Tanya Jennie, Limario menghela nafasnya kemudian mengangguk

"Kita boleh membenci seseorang, Lim tapi kita juga harus memberikan ruang untuk orang itu bicara. Aku tau kamu kecewa, aku tau kamu sakit hati tapi kamu pasti tau kan alasan kenapa Bambam ngelakuin itu semua? Coba kamu bayangin kalau Bambam nggak tanggung jawab? Coba bayangin kalau Bambam milih masa bodoh? Apa Alice eonni nggak bakalan tambah sakit? Justru misal Bambam diam doang, itu malah makin parah Lim. Kamu paham kan? Jangan lama-lama disini, malam nanti kita harus ke rumah Bambam" Ujar Jennie langsung bergegas pergi membiarkan Limario memikirkan apa yang baru saja dia ucapkan

"Huft, susah juga mau masa bodoh sama tuh anak. Dia udah nemenin masa kecilku dari dulu tapi ketika ngeliat dia. Bayang-bayang wajah Alice eonni benar-benar membuatku ingin marah" Ujar Limario sembari menatap kearah depan dengan tatapan kosong. Limario kemudian bangkit untuk masuk dan istirahat tapi Limario melihat Alice duduk diruang tengah sedang menonton tv tapi entah kenapa Limario melihat Alice hanya memandang kosong kearah tv

"Eonni" Panggil Limario mendekat dan duduk disamping Alice

"Eh?" Kaget Alice karna tiba-tiba sudah ada Limario disampingnya

"Eonni, baik-baik saja?" Tanya Limario karna melihat Alice kembali fokus ke depan

"Baik, kau tidak istirahat Lim?" Tanya Alice berusaha mengalihkan pembicaraan

"Haish, eonni sangat tidak pandai menyembunyikan sesuatu dariku" Ujar Limario sembari menyandarkan punggungnya pada sofa

"Entahlah Lim, mungkin aku harus merelakannya. Aku tidak mungkin berdiam diri saja, seolah tidak terjadi apa-apa. Aku akan merasa sangat bersalah jika aku membiarkan anak itu lahir tanpa seorang ayah disisinya" Ujar Alice kemudian menghela nafasnya, rasanya Alice benar-benar sudah pasrah dengan semuanya

"Berbaikanlah dengannya Lim, kau tidak mungkin memusuhinya terus menerus apalagi dia adalah sahabatmu dari dulu" Ujar Alice kemudian berdiri dan pamit ke kamarnya. Limario terdiam dan mengingat bagaimana persahabatannya dengan Bambam

Flashback on

"Eonni, Bambam belum datang?" Tanya Limario, hari ini adalah hari pelantikan resmi Limario menjadi seorang pilot

"Belum, masih dijalan tadi" Ujar Alice sembari membuka ponselnya untuk melihat hasil foto yang diambil dihari pelantikan Limario

"Akhirnya" Ujar seseorang, Limario langsung menoleh kebelakang dan mendapati Bambam yang tampak pucat dengan keringat membasahi wajahnya. Bambam benar-benar tidak terlihat seperti seorang penerus perusahaan ayahnya melainkan seperti seseorang yang habis dikejar setan

"Yakk, kau darimana? Kenapa kau nampak buruk sekali?" Tanya Limario mendekati sahabatnya itu

"Ban mobilku pecah, dan aku berlari untuk kesini" Ujar Bambam sembari mengatur nafasnya. Alice kemudian menghampiri Bambam untuk menenangkan dan juga mengelap keringat yang jatuh diwajah Bambam

"Haish, benar-benar pabo. Kau itu penerus perusahaan ayahmu, apa gunanya kau menelfon ayahmu untuk mengurus mobilmu" Ujar Limario karna tidak habis pikir dengan tingkah bodoh Bambam

"Aku tidak ingin terlambat kesini" Ujar Bambam sembari mengatur nafasnya, Limario terdiam. Apa Bambam rela melakukan semua itu deminya? Demi bisa datang ke pelantikannya?

Flashback Off

"Haish, nantilah aku pikirkan lagi" Ujar Limario kemudian mematikan tv dan berlalu ke kamarnya. Limario membuka pintu kamarnya dan tampaklah dua manusia yang sedang bermain game online. Satu berada disofa dan satu lagi dikarpet

"Apa kalian tidak memiliki pekerjaan lain selain bermain game itu?" Tanya Limario dengan nada kesalnya. Ketahuilah, Limario adalah satu-satunya orang yang menganggap game sangat tidak berguna

"Diamlah oppa" Ujar ChaeYoung yang masih fokus dengan ponselnya

"Game itu tidak berguna" Celutuk Limario dan langsung membaringkan tubuhnya

"Yakk, oppa. Kenapa oppa selalu mengatakan game itu tidak berguna? Itu sangat berguna untuk mengisi waktu luang" Ujar ChaeYoung menatap Limario sekilas kemudian fokus kembali ke ponselnya

"Terserahmu lah" Ujar Limario hendak menutup matanya tapi tiba-tiba...

"Yakk" Teriak ChaeYoung karna dia kalah bermain game, suara ChaeYoung benar-benar sangat keras bahkan Limario yang jaraknya agak berjarak dengan ChaeYoung harus membuka matanya

"Haish, paboya. Kenapa kau berteriak? Kau ingin membuat jendela dikamarku jadi pecah?" Tanya Limario, ChaeYoung kemudian mengaruk belakang kepalanya yang tak gatal

"Hehehe, mian oppa" Ujar ChaeYoung, Limario mengusap gusar rambutnya dan memilih ke balkon kamarnya karna jika dia terus-terusan berada dikamar yang ada dia bisa stress sekarang. Limario membuka pintu yang mengarah langsung ke balkon kamarnya, Limario kemudian duduk dikursi yang ada disana tapi pandangan Limario bertemu dengan Bambam. Posisi balkon kamar Limario dan Bambam memang saling berhadapan karna dulu ketika mereka kecil, mereka mengobrol disana sembari memandang bintang

"Aku jadi merindukan bocah itu, dia tampak tertekan dengan wajah sialannya itu" Ujar Limario dalam hati, Limario kemudian memilih fokus memandang awan. Dia jadi merindukan penerbangannya, sedangkan Bambam menatap sendu sahabatnya itu. Bambam tidak pernah mengira semuanya akan berakhir seperti sekarang ini

CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang