Malam ini, sesuai janjinya pada Jennie. Limario kini sudah siap dengan kemeja putih yang digulung hingga ke siku dan juga celana panjang berwarna hitam untuk melengkapi dinnernya dengan Jennie malam ini
"Kenapa aku jadi gugup seperti ini?" Tanya Limario sembari memasang jam pada pergelangan tangannya, Limario kemudian turun dan melihat ada ChaeYoung diruang tv sedang bermain game
"Yakk, kenapa kau disini?" Tanya Limario, ChaeYoung menoleh dan mendapati Limario berjalan dan duduk di sofa
"Aku baru pulang dari kampus jadi mampir kesini untuk main game" Ujar ChaeYoung dengan santainya sembari memakan cemilan yang ada didepannya
"Mwo? Kenapa tidak main dirumahmu saja?" Tanya Limario
"Haish, Alice eonni menyita semua peralatan gameku karna aku ketahuan bolos. Si Seulgi kampret itu malah dengan santainya bertanya padaku kapan akan bolos lagi tepat didepan Alice eonni jadinya begitulah" Ujar ChaeYoung menjelaskan bagaimana bisa Alice menyita semua peralatan gamenya
"Tunggu, kenapa Lim oppa sangat rapi?" Tanya ChaeYoung ketika baru sadar Limario sudah rapi
"Mau keluar dengan Jennie" Ujar Limario
"Jadi, aku akan ditinggal sendiri disini?" Tanya ChaeYoung, Limario mengangguk karna ya memang begitu keadaannya
"Haish, kau tega padaku oppa?" Tanya ChaeYoung dengan memasang tampang sedih yang dibuat-buat olehnya
"Tentu saja aku tega" Ujar Limario dengan santai, ChaeYoung menghela nafasnya dan memilih bermain kembali dengan gamenya. Tidak lama kemudian, Jennie muncul dengan balutan dress berwarna hitam
"Hai, maaf lama" Ujar Jennie kemudian berjalan mendekat kearah Limario
"Aku melupakanmu ChaeYoung, kami akan pergi. Kau mau ikut?" Tanya Jennie karna tadi ketika ChaeYoung datang, Jennie yang membukakan pintu untuknya
"Jennie eonni mengajakku?" Tanya ChaeYoung dengan penuh semangat. Belum sempat Jennie menjawab, Limario sudah menjawab terlebih dahulu
"Anni, kau tidak boleh ikut" Ujar Limario sembari berdiri
"Yakk, oppa. Aku bertanya pada Jennie eonni" Ujar ChaeYoung yang juga mulai berdiri
"Tak apa Lim, kasihan dia" Ujar Jennie, Limario mendengus tak suka pada ChaeYoung
"Tapi dia belum mandi, dia bau" Ujar Limario, ChaeYoung membulatkan matanya lalu melempar Limario dengan sisa cemilan ditangannya
"Yakk, aku wangi" Ujar ChaeYoung dengan nada kesalnya, Jennie terkekeh karna tingkah keduanya
"Yasudah, pergilah mandi. Kami akan menunggumu" Ujar Limario, ChaeYoung berbinar kemudian berlari ke lantai atas. Limario yang melihat itu kemudian tersenyum, Limario menarik lembut tangan Jennie
"Wae?" Tanya Jennie karna perlakuan tiba-tiba dari Limario, Limario mengisyaratkan agar Jennie jangan berisik. Jennie yang paham memilih diam, Limario kemudian memakai sepatunya dan bergegas keluar bersama dengan Jennie
"Kasihan dia Lim" Ujar Jennie ketika mereka sudah berada diluar apartemen, ChaeYoung yang merasa dilantai bawah tiba-tiba sepi segera keluar dan melihat pintu apartemen Limario tertutup
"Yakk, oppa. Kau mau kemana?" Tanya ChaeYoung dengan sedikit berteriak, Limario yang diluar apartemen tertawa puas karna mendengar suara ChaeYoung
"Oppa kau meninggalkanku? Akan ku ambil semua makanan milikmu oppa, lihat saja" Teriak ChaeYoung lagi, Limario kemudian menarik lembut tangan Jennie untuk pergi dari sana dengan segera. Mereka kini sudah diperjalanan menuju ke sebuah restoran
"Apa tidak masalah meninggalkan ChaeYoung begitu saja? Aku jadi kasihan padanya Lim" Ujar Jennie ketika mereka kini berhenti tepat disebuah lampu merah
"Gwenchana, tak perlu dipikirkan. Ya, kita cukup menganti semua makanan yang akan diambil olehnya" Ujar Limario mengingat ucapan ChaeYoung tadi, ChaeYoung jika sudah menyangkut makanan dia tidak akan hanya berkata saja tapi akan melakukan sebuah tindakan
"Kenapa kau tidak mengizinkan dia ikut? Jika dia ikut kan akan rame" Ujar Jennie, Limario menghela nafasnya
"Bukan begitu Jen, aku hanya ingin menikmati waktu berdua denganmu" Ujar Limario, Jennie yang mendengar itu langsung menoleh menatap Limario dari samping
"Aku tau jalanan Seoul tidak lebih menarik daripada aku" Ujar Limario sembari terkekeh karna melihat Jennie yang langsung memalingkan wajahnya kearah jendela
"Tak perlu begitu mandu, aku tau aku memang tampan. Iyakan?" Tanya Limario berusaha menggoda Jennie, Jennie berusaha untuk tidak menanggapi Limario tapi telinga Jennie mendadak panas apalagi mendengar Limario menggodanya
"Kau sangat lucu mandu" Ujar Limario ketika melihat Jennie yang berusaha menyembunyikan pipinya yang sudah memerah
"Kau sangat lucu apalagi pipi mandumu ini, aku jadi ingin menggigitnya" Ujar Limario sembari menusuk-nusuk pipi Jennie menggunakan jarinya
"Haish, sudahlah Lim. Fokus saja pada jalanan" Ujar Jennie melepaskan tangan Limario pada pipinya
"Mianhae" Ujar Limario sembari tersenyum, kemudian Limario fokus mengemudikan mobilnya. Setelah menempuh waktu kurang dari 20 menit, mereka kini sudah tiba disebuah restoran pilihan Limario
"Lim, apa kau yakin membawaku kesini?" Tanya Jennie memperhatikan sekitar restoran, Jennie dapat menebak dari luar saja bagaimana mewahnya restoran ini apalagi dari dalam
"Yakin, kajja" Ajak Limario sembari membuka seatbellnya dan kemudian membuka pintu mobilnya. Jennie menyusul Limario yang sudah menunggunya didepan mobil. Limario mengambil tangan Jennie dan menaruhnya pada lengan Limario
"Biar kau tidak hilang" Celutuk Limario, Jennie yang mendengar alasan Limario sontak membulatkan matanya. Bagaimana bisa Limario memberikan sebuah alasan yang bahkan anak kecil saja sudah tau dia berbohong
"Selamat datang dan selamat malam tuan dan nyonya, apa sudah reservasi?" Tanya pelayan yang berdiri didekat pintu masuk
"Sudah, atas nama Limario" Ujar Limario karna Limario telah memesan kursi untuk dirinya dan juga Jennie
"Baik, tuan Limario. Selamat datang, silahkan ikut saya" Ujar pelayan tersebut, kemudian mereka berjalan mengikuti pelayan itu ke sebuah meja
"Lim?" Panggil Jennie ketika melihat meja mereka, Limario hanya tersenyum saja
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain
RomanceMenceritakan tentang seorang pilot yang sangat mencintai pekerjaannnya tapi pilot tersebut mempunyai masa lalu yang sangat menyakitkan. Hingga dia bertemu dengan seseorang yang mengubah warna hidupnya. Akankah sang pilot bisa membuka hatinya kembali?