Enam Puluh Tiga

1.8K 187 4
                                    

Jisoo melihat pemandangan itu dan tersenyum simpul, tuan Kim berlalu menuju Jisoo dan memeluk Jisoo erat

"Mianhae, appa bersalah. Maafkan appa" Ujar tuan Kim masih menangis dan memeluk Jisoo

"Sudah appa, Jisoo sudah memaafkan appa" Ujar Jisoo berusaha untuk tidak menangis tapi sia-sia. Jisoo sudah pasrah akan semuanya tadi, tapi Tuhan berpihak padanya

"Kau mau pukul appa? Hukum appa nak" Ujar tuan Kim melepas pelukan keduanya dan memegang pundak Jisoo

"Anni, aku menyayangimu. Bagaimanapun juga, kau appaku" Ujar Jisoo memilih memeluk tuan Kim dengan sangat erat. Setelah acara maaf-maafan, kini semuanya kembali duduk diruang tamu rumah keluarga Kim

"Jadi, Alice ini kakakmu?" Tanya nyonya Kim yang baru mengetahui bahwa Alice dan ChaeYoung adalah kakak beradik

"Ne, eomma. Mianhae, kami merencanakan semua ini karna kami tau bahwa Jennie dan Jisoo eonni tidak ingin melepas perusahaan keluarga mereka begitu saja" Ujar ChaeYoung, nyonya dan tuan Kim tidak mempermasalahkan hal tersebut sekarang

"Ehem" Dehem tuan Marco, tuan Marco memperbaiki duduknya kemudian menatap tuan Kim

"Maaf sebelumnya, kedatangan saya kesini bukan ingin ikut andil dalam rencana mereka tapi kedatangan saya kesini karna anak tunggal saya meminta untuk melamarkan Kim Jennie, anak kedua kalian. Kami tidak sempat membawa apa-apa karna kami dari Thailand dipaksa kesini, sebenarnya tidak terpaksa sih soalnya calon menantuku sangat cantik" Ujar tuan Marco dengan kekehan diakhir kalimatnya

"Terimakasih Marco atas kedatangan kalian kemari, tapi mungkin biar lebih enak. Kami serahkan saja pada keduanya untuk berbicara satu sama lain" Ujar tuan Kim, Limario menghela nafasnya kemudian berdiri mendatangi Jennie dan menariknya agak ketepi sedikit agar semuanya dapat menyaksikan

"Sebelumnya mohon izin daddy, tuan Kim, mommy, dan nyonya Kim. Mungkin kedatangan Lim dengan orang tua Lim terkesan sangat buru-buru dan tidak terkesan siap tapi Lim sudah memikirkan hal ini" Ujar Limario menatap keluarganya dan juga keluarga Jennie kemudian Limario beranjak menatap Jennie dan memegang kedua tangannya

"Jen, mungkin kamu masih marah sama aku karna masalah kemarin? Aku minta maaf, maaf karna tidak berani memulai segalanya. Aku cuman takut, takut hal yang dulu akan terjadi lagi. Aku takut memulai segalanya, aku tidak ingin kehilangan lagi. Jennie, maukah kau menjadi pendamping hidupku? Maukah kau menjadi orang yang pertama ku lihat ketika aku bangun? Maukah kau menjadi ibu dari anak-anakku kelak? Maukah menjadi alasan aku ingin pulang kerumah?" Tanya Limario pada Jennie, Limario menatap mata kucing Jennie begitupun dengan Jennie menatap mata Limario

"Yes, i will" Ujar Jennie dengan tetesan air mata yang membasahi pipinya. Jennie tidak pernah menyangka, kisahnya akan berakhir seperti ini. Jennie berpikir, Limario tidak memiliki perasaan padanya karna Limario tidak ikut menyusul kesini tapi ternyata dia salah

"Pakai ini" Ujar Limario mengeluarkan box cincin berwarna merah, membukanya kemudian memasukkan ke jari manis tangan kiri Jennie

"Gomawo" Ujar Jennie kemudian memeluk Limario, Limario tersenyum dan mengelus pelan punggung Jennie. Semua disana merasa bahagia atas keduanya. Setelah selesai acara lamaran dadakan, kini Limario dan Jennie tengah berada ditaman belakang rumah Jennie

"Aku sangat bahagia" Ujar Jennie sembari memperhatikan jari manis tangan kirinya yang terdapat cincin disana, Limario tersenyum dan membawa Jennie ke pelukannya

"Aku juga sangat bahagia" Ujar Limario sembari mengelus rambut Jennie

"Apa ini juga bagian dari rencana kalian?" Tanya Jennie karna mengenai Alice yang menemui mereka, Alice hanya meminta agar keduanya ikut pulang ke New Zealand dan membiarkan urusan perusahaan diserahkan pada Alice

"Ne" Ujar Limario masih fokus mengelus rambut Jennie

"Tapi Alice eonni tidak mengatakan ini" Ujar Jennie dengan polosnya, Limario terkekeh atas ucapan Jennie. Bagaimana mungkin Alice memberitahukannya, tidak akan menjadi kejutan untuk Jennie nanti

"Kenapa?" Tanya Jennie yang merasa aneh dengan Limario

"Anni, tadi ada nyamuk yang mengelitik kakiku" Ujar Limario dengan asal

"Tapi kakimu berada didalam kolam, apa nyamuknya sedang berenang?" Tanya Jennie, Limario seketika tertawa atas pertanyaan dari Jennie. Entah Jennie yang polos atau Limario yang salah dalam pengucapan

"Kenapa tertawa sih?" Tanya Jennie sembari melepaskan pelukannya pada Limario dan menatap kesal calon suaminya tersebut

"Anni, aku mencintaimu" Ujar Limario, Jennie yang mendengar ungkapan cinta dari Limario sontak saja membuat kedua pipinya memanas

"Kenapa dengan pipimu? Kenapa menjadi merah seperti tomat?" Tanya Limario dengan kekehannya, Jennie yang merasa malu menyembunyikan mukanya pada dada Limario

"Ada apa sayang?" Tanya Limario sembari terkekeh, entah mengapa membuat Jennie salting akan menjadi hobi favorit untuknya

"Aku pikir ini mimpi" Celutuk Jennie masih dengan posisi yang sama

"Jika ini mimpi, aku tidak ingin bangun" Ujar Limario sembari mengelus rambut Jennie

"Iya, aku tidak akan pernah bangun" Ujar Jennie, Limario tersenyum dalam pelukan keduanya. Limario sangat senang, senang dengan keputusannya dan senang karna Jennie menerimanya dengan sangat baik

CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang