Ternyata perang itu betulan sulit. Meskipun nggak pakai zirah dan senjata, tapi tetap aja sensasinya super berat. Apalagi kalau lawannya orang macam Pak Arya, gue harus memutar otak karatan ini hingga akhirnya... jeng jeng jeng~~~ gue menang <( ̄︶ ̄)>
Iya, gue nggak bohong. Dengan pola pikir dan skill nipu modern milik gue, gue bisa menaklukkan paruh baya keras kepala yang bernama Arya apalah Gundopo. Fyi, gue tadi bisa nangkap Mama Tia super terkejut dengan gue yang berani berdebat dengan Pak Arya. Maaf, Bu Tia, ini Adela A soalnya, kalau Adela B kayaknya dia bakal manut aja. Anak itu super taat sama orang tua. Berhubung Pak Arya itu mertua, jadinya, Adela B pasti taat juga sama Pak Arya.
Omong-omong sekarang gue ada di kamar, sendirian karena Gama udah berangkat kuliah. Tahu nggak apa yang sekarang gue lakukan? Salah! Gue lagi nonton woy! Akhirnyaaa, akhirnya gue bisa melepas rindu dengan para fiksi ini. Gama izinin gue pakai uang yang gue dapat, jadi gue udah punya aplikasi nonton super lengkap.
Ketawa dan sedih-sedihan sepuas jiwa, tanpa sadar hari menggelap begitu aja. Oh, bisa-bisanya gue nggak jeda pelototi laptop kecuali buat ke kamar mandi dan lakuin kewajiban. Gue bahkan melewatkan makan siang dan makan malam. Untung aja Mama Tia nggak di rumah, dia katanya ikut Pak Arya ke sebuah acara yang entah apa, jadinya nggak ada yang panggilin gue makan.
Ceklek
Pintu kamar terbuka dan sialnya gue malah keasikan nonton sampai-sampai Gama dengar suara dialog berdamage dari tontonan gue. Gue nggak nonton hal yang buruk, kok, gue udah janji sama Bu Rinjani untuk memiliki batasan tontonan mana yang boleh gue lihat dan nggak soalnya. Gue emang udah 22 tahun, tapi menonton yang iya-iya tetap nggak boleh, kan, setua apapun gue?
Yang gue lihat sekarang adalah anime psychological yang kalau berdialog suaranya suka bikin candu. Salah satu genre favorit gue apapun jenis tontonannya.
Gue sadar Gama udah pulang, suara pintunya kedengaran soalnya, tapi argh, gue nggak bisa pause ini anime. Lagi seru-serunya. Oke, Gama-kun, tolong abai── hah? Tunggu, seriusan? MC lakuin trik murahan, tapi jadinya berkelas banget? Wow, udah gue duga MC satu ini otaknya terlalu over power. Astaga, sial, gue jadi kedengaran kayak wibu.
Huh, akhirnya episode 12 alias ending berhasil gue tamatin dengan jantung dag dig dug. Bukannya apa-apa, ya, dari episode pertama udah seru banget ( ꈍᴗꈍ) Kek, wow, gue kagum sama yang buat jalan ceritanya. Bisaan banget membuat karakter jenius di luar nalar macam itu.
Oke, waktunya tutup laptop dan tidur-!
"Lo suka nonton yang begituan?"
Eh? Sejak kapan Gama ada di samping gue?! Dia ikut nonton? Tunggu, Gama udah pulang, ya? Kok gue nggak ta── gue lupa T_T. Emang, ya, hobi itu kadang menyesatkan.
"Kakak nonton?" tanya gue yang sesaat setelahnya menyesal. Oy, oy, oy, Del, udah jelas, kan, si Gama ikut nonton?
"Nggak," balas si saudara Delta cuek. Minggat dari samping gue dan menghilang di balik pintu kamar mandi.
•••
Ini jam 11 malam dan dengan niatnya gue sekarang ada di dapur. Lapar, guys, gue nggak makan apapun sejak sarapan tadi. Huft, gagal ngurung diri di kamar.
Pertanyaannya, gue mesti makan apa, nih? Mama Tia dan Pak Arya makan di luar, Kak Gea dan Gama juga sama, terus pria Agam dan keluarga kecilnya kayaknya juga begitu. Lihatlah, nggak ada makanan jadi apapun sekarang. Miris sekali keluarga kaya satu ini.
Bangunin Bi Endah? Big no! Ini waktunya Bi Endah istirahat setelah seharian kerja. Begini-begini gue itu perhatian. Tehe (。•̀ᴗ-)✧
Apa iya gue pesan online aja? Simple dan dijamin lebih aman daripada gue masak sendiri.
Saat gue berniat balik ke kamar, suara langkah kaki membuat gue melihat ke sumber suara. Hoho, adik ipar gue muncul, nih. Kebagian dialog juga, ya, Kak? Eh, wajar nggak, sih, panggil Kak sama adik ipar? Lagian suruh saha umurnya lebih tua daripada gue.
"Ngapain lo di sini?" Ini dia! Wajah jutek yang nggak gue rindukan berhasil keluar dari Kak Gea.
"Em, nggak ngapa-ngapain," balas gue ogah banget harus jujur.
"Ganggu pemandangan aja," ucap Kak Gea seolah tubuh gue segede gunung. Lagian nggak ada pemandangan apapun, Kak, di dapur sini.
Kak Gea lewatin gue, sengaja tabrakin bahunya sama bahu gue kayak adegan di sinetron-sinetron anak SMA. Gue pun membalikan badan dengan dramatis, nyanyi ala-ala film Bolly── cut! CUT! Nggak, bukan gitu, gue hentiin langkah Kak Gea dengan panggilan gue.
"Apa?!" Kak Gea super sewot sambil balikan badannya kasar ke arah gue.
Gue senyum. Iya, betulan senyum, melangkah satu kali ke arah Kak Gea, kemudian bertanya, "Kak Gea kenapa dorong aku dari tangga?" Ingatan soal itu menghantui gue. Meski wajah Kak Gea kayak disensor, tapi gue tahu, sesaat sebelum Adela B pingsan, dia lihat seorang cewek berdiri di ujung tangga. Berhubung sebelum gue nyasar ke tubuh ini Adela B bilang itu Gea, berarti yang dorong betulan Gea, kan? Gue 100% yakin Adela B nggak pandai bohong.
"Gue nggak dorong lo!" Kalau marah kayak gitu, lo makin mencurigakan, Kak.
Lagi-lagi gue senyum, mendekat ke arah Kak Gea dan Kak Gea mundur dengan gelagat yang membuat gue bersorak dalam hati. Hehe, apa intimidasi yang gue pelajari dari drama berhasil, ya? Yang paling penting itu percaya diri (*˘︶˘*).
"Tapi aku lihat, Kak," ucap Gue akhirnya berhenti. Kini, jarak kami ada sekitar tiga langkah kaki normal gue. "Outer cream, baju putih, rambut panjang yang digerai. Oh, iya, kita udah lama saling perhatiin, Kak Gea."
Hoo, akhirnya mau lepas topeng lapis kesekian, ya, Kak Ge? Senyum miring Kak Gea buat gue makin bersemangat. Apalagi sekarang dia menyilangkan tangan di depan dada, mode kang bully, kah?
Namun, di luar dugaan, sesaat kemudian bulir air mata keluar dari mata Kak Gea. Dia mendekat ke arah gue dengan tangan yang masih diposisikan di depan dada, tepat saat dia benar-benar dekat dengan gue, dia mengangkat tangan, nampar pipinya sendiri dan itu sungguhan buat gue kaget.
Suara gedubrak yang cukup keras terdengar bersamaan dengan Kak Gea yang menjatuhkan dirinya sendiri ke lantai. Dia yang asalnya cuma ngeluarin air mata, sekarang malah keluarin suara tangisan hingga Bi Endah yang kamarnya paling dekat dengan dapur, keluar. Saat gue sadar, Bi Endah udah ada di depan gue. Di belakang Kak Gea yang nangis meraung kayak anak kecil.
OniGea, plot FTV murahan apa ini? Memalukan.
•••
01.04.2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantic [END]
Teen Fiction"Astaga, adegan sinetron macam apa ini?!" Adela itu pengurung diri level tertinggi yang tidak berniat membuat kisah romansa di hidupnya. Sejak dulu julukannya adalah si 'anti romantic'. Dia cantik tapi malas mandi. Lalu, entah sebab apa si anti rom...