32. Pengkhianatan

974 115 1
                                    

Iyoy Ramen. Tempat yang gue tahu menjadi ladang Adela B mencari pundi-pundi rupiah. Hm, namanya lucu nggak sih? Menurut gue lucu banget😭.

Siang ini gue ada di depan tempat itu, perlahan masuk sampe suara seseorang menyambut gendang telinga gue. "Adela? Beneran lo?"

Saat noleh, seseorang yang gue nggak kenal bisa gue lihat. Pake baju kaus hitam biasa dengan celemek khas tempat ini. "Iya." Hanya itu yang bisa keluar dari mulut gue (╥﹏╥). Gue beneran nggak tahu siapa lanang berambut keriting yang diikat ini.

"Lama banget nggak liat lo. Gimana kabar?" tanya lanang keriting.

"Eh, iya, Kak, aku udah lama nggak mampir. Aku baik sih, Kakak sendiri gimana?" Yosh, kemampuan adaptasi gue memang patut diberikan emas batangan.

"Kakak? Biasanya juga manggil Mas." Gaaaah 😨. Ada yang krak tapi bukan dahan ༎ຶ‿༎ຶ. Apa sih, Adela B, konsisten dong kalau manggil orang yang lebih tua kakak yaudah kakak aja biar gue nggak salah.

"Hehe, maaf, Mas, coba-coba aja tadi, siapa tahu cocok." Dahlah, gue emang udah sering nipu. Kalau punya skill bagusnya emang digunakan.

"Ada-ada aja. Kabar gue gini-gini aja, masih berburu pendamping hidup," balas Mas tanpa nama ini. Namanya pasti ada, tapi gue, kan, nggak tahu. "Btw, mau pesen?" tanyanya.

Gue pun mengangguk kecil, sebutin makanan dan minuman apa yang gue mau tanpa lihat buku menu. Bukannya apa-apa, tapi gue ini, kan, mantan pegawai kedai ini, masa iya mantan pegawai harus lihat menu dulu kalau mau pesen.

"Maaf, Mas, boleh nggak, tanya sesuatu?" tanya gue belum beranjak dari depan counter. Bodo amat lah, ya, nggak ada yang datang lagi ini. Jam makan siang udah lewat soalnya.

"Boleh aja sih. Kenapa emang?"

Heee, hatur nuhun 🙏. "Naraya masih kerja di sini?" Inilah alasan kenapa gue datang ke sini. Naraya a.k.a sahabat Adela B yang menghilang gitu aja.

"Hm, Raya, ya? Setelah kamu keluar dia juga ikut keluar. Tunggu, jangan bilang kalian masih musuhan? Astaga, Del, udah berbulan-bulan."

Musuhan? Kok? Udah gue duga ada yang nggak beres soal Adela B dan Naraya ini. "Mas tahu kami berantem?" tanya gue mancing fakta lebih jauh.

Mengangguk, Mas-mas ini kemudian berkata, "Mas denger dari Pian. Sebelum kamu keluar, kan kamu buat kehebohan di sini. Sampai viral ke cabang sebelah lagi."

Sebelum Adela B keluar? Si Adela B keluarnya kapan? Apa pas mau nikah, ya? Atau pas tahu hamil? Ayolah Adela B, setidaknya kasih semua ingatan penting lo sama gue kek. Naraya, Naraya, Naraya. Ayo, Del, apa yang terjadi?

Saat gue nggak sengaja nyentuh meja, Sambaran listrik lewat dengan super cepat di mata gue. Tunggu, ahh, apa ini? Kepala gue tiba-tiba pusing dan sakit. Telinga gue juga jadi berdengung seketika. Suara Mas keriting terdengar kayak dari dimensi yang lain.

"Kak Gama?"

Itu... gue. Adela B? Gama? Namun... kamar? Gelap. Kamarnya gelap dan asing. Gue... satu selimut dengan Gama.

"Kak Gama? Ke-kenapa?"

Gama tidur. Dia tidur tanpa gerak sedikitpun.

Tunggu. Tunggu. Gue takut. Gue dan Gama... Nggak. Bukan. Argh, kepala gue sakit.

Tok... tok... tok...

Pintu? Suara pintu di ketuk? Gelap. Pintunya di mana? Gama? Gama tetap nggak bangun.

Clak.

Suara kunci pintu terbuka. Apa gue selamat? Namun ini... nggak ada baju yang gue pake.

"Raya? Itu kamu?"

Raya? Naraya? Argh, telinga gue... tapi itu... it-itu Naraya. Wajah dan posturnya masih gue ingat.

"Ray, tolong aku..." Perasaan terluka apa ini? Bukan, gue sangat takut, ya? Raya, tolongin gue.

"Ray..."

Eh? Kenapa Naraya senyum? Kenapa dia kelihatan senang? Sakit. Seluruh tubuh gue sakit. Argh, Mas keriting? Nggak, bukan, Raya? Gama? Kepala gue....

"Raya, kamu...."

"Lo suka, Del?"

Suara Raya kedengaran aneh. Dia... apa dia senang? Tapi gue....

"Selamat karena lo kehilangan hal yang sangat berharga."

Eh? Kenapa Raya ketawa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Apa yang dia lakuin? Apa yang gue lakuin? Apa yang terjadi?

"Kamu... jahat, Ray."

Aah, kepala gue terlalu sakit. Kuping gue juga sakit. Bunda...

Apa ini? Kenapa sakit banget? Tolong, tolongin Adela, Bunda.

"Adela!" Mas keriting, ya? Aku... nggak kuat.

•••

Naraya!

Huh... huh... huh...

Sakit. Rasanya sakit banget. Nggak mau, gue nggak mau gitu. Kenapa gue kayak gini? Kenapa takdir gue buruk banget? Kenapa? Kenapa? Kenapa harus gue?! Ah, semuanya sakit. Sakit banget. Gue mau bunda. Gue cuma mau bunda. Nggak. Nggak. Nggak. Nggak.

"Adela."

Gue mau bunda. Gue... gue... Gama dan gue? Ah, nggak mau. Nggak mau. Tolongin Adela, Bunda.

Raya jahat banget. Kenapa Raya giniin gue? Bukannya kami teman? Sakit. Sakit banget.

"Adela."

Aaaa, Bunda... Bunda di mana? Gama jahat. Gue nggak mau. Gue... kenapa gue bisa kayak gitu? Apa maksudnya?

"Adela."

Enggak. Harusnya gue nggak gitu. Bunda...

"ADELA!"

Eh? Ah, dada gue sakit. Gama? Kenapa gue...

Huh, hidung gue mampet.

"Nggak apa-apa, Del, nggak apa-apa. Tenang, lo nggak apa-apa."

Itu suara lembut Gama. Gue... Adela. Gue Adela A. Gue bukan Adela B. Iya, itu bukan gue. Gue nggak kenal Naraya. Tadi itu, tadi itu cuma ingatan Adela B. Bukan gue, bukan gue yang sama Gama.... Tapi hati gue perih.

"Gue di sini, Del, nggak apa-apa. Tenang, ya, Dela..."

Ini... rumah sakit? Gue ada di rumah sakit? Lalu sekarang... sekarang gue dipeluk Gama. Sebentar, gue nangis? Apa yang gue lakuin barusan? Apa gue nangis brutal? Kalau dirasa-rasa, ada yang usap-usap kepala belakang gue. Tunggu, tunggu, tunggu sebentar. Tarik napas, hembuskan. Nggak bisa, hidung gue mampet🙆. Oke, tarik napas lewat mulut, hembuskan lewat mulut. Sekali lagi, tarik napas, hembuskan. Sip. Terus, nama gue Adela, secara ajaib gue berpindah ke bumi B dan merasuk ke tubuh Adela B yang merupakan sosok gue di dunia ini. Beragam cerita dan fakta gue jalani hingga akhirnya gue sampai di Iyoy Ramen karena cari orang yang namanya Naraya. Setelah itu gue dapat info kalau Adela B dan Naraya berantem, lalu... ting! Oke, gue kayaknya menggila karena dapat ingatan kelam Adela B dan merasa seolah Adela B itu gue. Hm, meski memalukan, gue harus mengakui kalau sesaat lalu gue kayaknya emang nangis brutal. Gahhhhhhh! Harga diri gue anjok! (༎ຶ ෴ ༎ຶ).

OMG, gue sekarang harus apa? Tapi asli, serem banget ingatan Adela B. Gue nggak bisa bayangin sesakit hati apa Adela B saat itu. Naraya sialan! Apaan sih dia?! Apa maksudnya coba? Hm, kalau nangkap percakapan Naraya sama Adela B dan informasi dari Mas Keriting, kemungkinan besar Naraya terlibat dengan insiden buruk antara gue dan Gama. Jahat banget nggak sihNaraya, kalau beneran kayak gitu? Apa salah Adela B? Hm, sebelum gue menghujat lebih jauh, gue agaknya harus tahu faktanya dulu. Sekarang gue punya misi, membuat hidup gue damai dengan menyelesaikan konflik dari masa lalu dan menumpas konflik yang mungkin terjadi di masa depan. Ini rahasia, tapi insting gue yang nggak sebaik hewan buas bilang, kalau ada Kak Gea di sekitar semua ini. Itu cuma firasat, tapi gue ingin memastikan.

•••

18.04.2023

Anti Romantic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang