69. Rapat Ceritanya

426 77 2
                                    

Gue dan sederet orang sore ini berkumpul di ruang rawat gue. (─.─||)Pembicaraan serius datang silih berganti. Namun, gue yang minta ini, jadi, gue nggak bisa protes meski pengen.

Untung aja Kak Ruby dan Naraya mau datang, gue jadi lega. Kalau Azriel, hm, dia kayaknya disuruh ke Solo juga mau kalau gue yang minta. Jangan protes kenapa ketemunya di ruang rawat, gimanapun gue ini seorang pasien yang nggak dibolehin pergi ke tempat nongki yang lebih baik.

"Harusnya lo ngabarin orang rumah kalau mau ke suatu tempat, Gam. Jangan bikin Mama khawatir." Usut punya usut, setelah Gama gue usir dari rumah sakit malam itu, dia katanya ngilang. Gue belum tanya, sih, sama Gama, jadi nggak tahu dia ilang ke mana. Yang jelas, orang rumah nyariin dia. Gue juga baru tahu kalau ternyata selama tiga minggu gue koma, ada orang suruhannya Pak Arya yang mantau ruangan gue. Entahlah ngapain, yang jelas Yang Muli── nggak, nggak, nggak, gue masih dendam gara-gara ditampar waktu itu. Dih, gue nggak mau lagi sematin gelar yang mulia buat orang aneh macam dia. Hm, balik ke topik. Jadi, gue nggak tahu apa tujuan orang suruhan Pak Arya, tapi gue yakin itu bukan buat mastiin keadaan gue. Kayaknya dia mana peduli gue sakit atau nggak.

"Sorry. Gue banyak pikiran kemarin," Nah, itu Gama yang balas tanpa dosa. Kasihan Mama Tia, dia pasti kepikiran.

Omong-omong, tadi sempat ada sedikit masalah, Azriel yang menerobos nyaris baku hantam sama Gama. Namun, untung aja hati selembut sutra gue ini bisa tenangin Azriel hingga konferensi meja bundar bisa terlaksana. Fyi, meja di sini emang bundar.

"Jadi, ada apa? Kenapa gue disuruh ke sini?" Itu Kak Ruby.

"Mau ngelurusin soal tragedi Hexagon." Bahasa gue jelek banget pake ngomong tragedi segala.

"Naraya, maaf, bisa kalau kamu ceritain soal kecelakaan aku dan Kak Gama?" Gue agak nggak enak minta Naraya lakuin itu, tapi mau gimana lagi? Semuanya harus lurus sekarang. Masalah Adela B, gue ingin bisa selesai tanpa sisa.

Gue bisa lihat Naraya menelan ludah kasar. Kepalannya juga terbentuk di atas paha dia. "By, sorry. Gue nggak tahu orangnya bakal Gama. Yang jebak Adela malam itu, yang bikin dia berakhir kena musibah berat adalah gue. Gue penyebab utama lo putus sama Gama." Menatap Kak Ruby, Naraya kayaknya bertekad nggak mau lari.

Kak Ruby mengernyit, menatap Naraya heran dan berucap, "Lo ngomong apa?"

"Gue tahu gue jahat. Gue nggak pantes dimaafin. Gue waktu itu buta sama kenyataan. Iri dan benci sama Adela padahal dia baik banget," papar Naraya sarat akan emosi.

Brakkk

"Jadi lo yang udah bikin Adela sengsara?!" Oh, gawat. Azriel tahu soal insiden Hexagon? Sejak kapan? Siapa yang kasih tahu?

"Gue minta maaf." Gue 100% yakin Naraya nggak kenal Azriel, tapi dia tetap bilang gitu.

"Nggak akan gue maafin." Tatapan Azriel jadi tajam. Kalau aja Naraya cowok, udah pasti dia bakal kena pukul Azriel. Huh, Azriel, ada apa dengan Anda? Lo nggak ada hubungannya sama insiden Hexagon, nggak cocok juga dapet permintaan maaf Naraya. Yah, oke, karena insiden Hexagon dia jadi kehilangan kesempatan memiliki Adela B, tapi, kan,... itu, loh, pada dasarnya dia nggak terlibat.

"Sadar diri posisi lo di mana, El. Lo nggak pantes bilang gitu." Whahh, Gama jadi pandai menusuk orang.

"Bajingan lo. Ceraiin Adela sekarang! Pernikahan kalian nggak seharusnya terjadi." (ー_ー゛) Gue jadi takut Gama meledak. Gue juga takut karena sekarang gue kesel disuruh cerai sama Gama.

Namun, untungnya Gama nggak meledak. Dia malah keluarin tawa mengejek dan berkata,  "Dasar nggak tahu malu." Nice, Gama-kun. Aduh, astaghfirullah, jangan gitu, Adela. Gimanapun si Azriel ini udah tolongin lo waktu kecebur. 

Anti Romantic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang