•••
Gue ngerasa bersalah. Harusnya Adela B yang ada di posisi gue sekarang. Harusnya Adela B yang dapat perhatian dari Gama karena dia yang mencintai Gama, bukannya gue. Meski datang ke tubuh ini bukan keinginan gue, tapi gue tetap merasa jahat karena udah rebut apa yang seharusnya Adela B dapat.
Kenapa nasib Adela B sangat tragis? Maksud gue, dia selama ini hanya dapat caci maki Gama dan saat Gama melunak dia malah pergi entah kemana.
Gue sama Gama masih di tempat yang sama, masih di posisi yang sama. Gama kayaknya udah tidur. Atau mungkin pura-pura tidur. Sedangkan gue nggak bisa tidur. Gue kepikiran Adela B sampai suara bel yang terdengar buat gue bergerak.
Entah karena pergerakan gue atau suara bel, tapi Gama sekarang bangun. Gue bisa tahu karena gue emang sempat mendongak lihat dia.
"Siapa, Del?" tanya Gama setengah nggak sadar. Ayolah, gue mana tahu.
"Nggak tahu," balas gue.
Gama kembali narik gue ke pelukannya, menenggelamkan kepala gue ke dada dia, dan tangannya berakhir mainin rambut belakang gue. "Biarin aja, lah," ucapnya.
Ya- ya, gimana, ya? Masa iya tamu dibiarin? Gimana kalau itu Pak Anwar? Gimana kalau Pak Anwar batal beli lukisan Gama karena dicuekin. Kan Gama gagal dapat cuan.
"Kak, mending lihat, deh," pinta gue. Uang itu penting! Sangat penting! Kalau Gama nggak punya uang, gue nggak bisa beli koin (༎ຶ ෴ ༎ຶ).
"Paling cuma yang salah alamat. Nggak banyak yang tahu ini apart gue," balas Gama.
Namun, kan... hih, padahal tinggal turun dan lihat apa susahnya, sih? "Gue aja yang buka, deh," ucap gue berniat bangkit. Namun, alih-alih berhasil, pelukan Gama malah menguat. "Nggak usah, Adelaaa," ucapnya memperpanjang nama gue.
"Lo menang. Tapi kalau bunyi sekali lagi, gue akan keluar," putus gue akhirnya. Pak Anwar, jangan kabur dulu, ya🙆🙏.
1 detik...
2 detik...
3 detik...
7 detik...
Apa iya yang salah alamat?
10 detik...
Dan, sip! Gue seketika bangkit saat bel kembali terdengar. Turun dari kasur dan keluar dari kamar. Berjalan ke arah pintu, gue sukses buka pintu dan -_- hm, apa tutup lagi aja, ya? Namun, kesannya nggak sopan banget, tapi tamunya bukan sekutu gue. Bukan juga Pak Anwar.
"Ternyata dia ajak lo ke sini," ucap si tamu tak diundang ini.
Gue pun mau tak mau tersenyum manis agar kesan Adela B tak hilang buat orang-orang. "Iya, Kak."
"Gamanya mana?"
Padahal gue nggak mempersilahkan dia masuk, tapi dia malah melenggang masuk bahkan melewati gue. Bintang dua sekali Anda ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantic [END]
Teen Fiction"Astaga, adegan sinetron macam apa ini?!" Adela itu pengurung diri level tertinggi yang tidak berniat membuat kisah romansa di hidupnya. Sejak dulu julukannya adalah si 'anti romantic'. Dia cantik tapi malas mandi. Lalu, entah sebab apa si anti rom...