22. Cerita Tentang Kak Gea

917 118 2
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Gue di dalam mobil. Perjalanan pulang ke rumah setelah seharian menguras tenaga. Argh, kayaknya gue harus mandi setelah ini padahal tadi pagi gue udah mandi. Seorang Adela mandi dua kali sehari rasanya menyakiti mental gue ಥ‿ಥ.

Lihatin jalan yang nggak menarik, gue tiba-tiba kepikiran sama pertemuan dengan Azriel siang tadi. Nggak, bukan, gue kepikirannya bukan bagian si Azriel, tapi malah Kak Gea dan Gama.

"Kak, boleh tanya?" Gue iseng bilang gitu dan kalau Gama masih Gama yang sama dengan saat di taman hiburan tadi, dia pasti bakal izinin gue.

"Apa?" Nah, kan, sip.

"Kak Gea itu... berharga banget, ya, buat Kakak?" Gue nggak betulan super penasaran, sih, tapi iseng aja. Siapa tahu jawaban Gama bisa buat perjalanan ini nggak membosankan. Hehehe, gimanapun liatin jalan terus-terusan bikin mata gue sakit (bohong).

Lagian, ya, kalau dilihat-lihat Gama sama Gea itu tipikal saudara yang nggak terpisahkan. Inget pas gue baru datang dan katanya Gama nggak pulang gara-gara gue tuduh Gea dorong gue sampai Gea kabur dari rumah? Menurut pandangan superior gue, saudara yang jenis itu, tuh, langka. Gimana, ya, jelasinnya? Gama kayak anggap Gea segalanya.

"Kenapa tanya itu?" Ergh, harusnya jawab langsung aja, sih.

"Penasaran aja. Kalian kan kembar, di hidup Kak Gama, Kak Gea itu ada di posisi apa?" Hoo, ayo jawab, Gam, menunda-nunda jawaban cuma bikin gue bernafsu cakar lo.

Menyalip mobil di depan, Gama akhirnya jawab, "Kalau gue sama Gea terjebak di pulau es dan dia kedinginan, gue rela kasih semua yang gue pakai ke dia. Setinggi itu posisi dia di hidup gue."

Woahh, kakak penyayang, ya?! Emangnya bisa ada kakak macem gitu? Gue anak tunggal, jadi gue nggak tahu. Namun, gue punya banyak abang sepupu, kok, tapi, ya, kenyataan hidup memang pahit, abang sepupu gue cuma bisa bilang nyenyenye doang sambil pose sok ganteng.

"Dulu..." Eh? Kalau udah ada kata dulu dan nadanya begitu, pasti selanjutnya wisata masa lalu. Gahhh😨. Namun, tunggu, agaknya menarik juga dengerin kisah lampau seorang Gama Arian dan kembarannya. Oke, kawan-kawan, siapkan popcorn dan pasang baik-baik telingamu-!

"Waktu kecil gue sakit. Cukup parah sampai gue nggak bisa keluar rumah. Saat itu Gea yang suka main di luar sama anak-anak lain rela temenin gue di rumah. Kak Agam sibuk sekolah dan les, Papa di kantor, dan Mama waktu itu masih aktif jadi model dengan schedule yang padat."

Tunggu, tunggu, tunggu, maaf, nih, maaf, bukannya nggak fokus sama titik utama, tapi Mama Tia pernah jadi model?! Heee? Mertua gue model? Gue nggak tahu (╥﹏╥) Ternyata Gundopo itu beneran bukan kaleng-kaleng.

"Gue ngabisin paling banyak waktu sama Gea. Dia selalu temenin gue main segala macam yang nggak bikin gue lelah. Monopoli, ular tangga, puzzle, lego, nonton film bareng, main mobil-mobilan padahal dia lebih suka main boneka. Dia juga bacain gue dongeng meski harus dieja karena dia baru belajar baca."

Anti Romantic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang