(Author POV)
Suasana kantin sekolah tampak lebih ramai dari biasanya. Adegan luar biasa berhasil mengguncang seluruh murid di jam istirahat pertama.
Tepat di tengah-tengah kantin, seorang siswa berlutut di hadapan siswi yang tengah membawa sebuah nampan.
Sesaat lalu siswa itu sukses meluncurkan pernyataan cinta penuh ketulusan pada sang siswi yang kini mematung tidak tahu harus melakukan apa.
"Beneran, nih?
"Azriel sat set banget jadi cowok."
"Mereka nggak pernah kelihatan dekat, kan?"
"Meski begitu siapa, sih, yang bisa nolak pesona gitaris NOBZA? Gea yang primadona aja naksir sama dia."
"Oh, iya, Kak Gea, dia pasti patah hati banget."
"Bukan cuma Kak Gea kali, semua siswi Tunggal Jaya patah hati gara-gara Kak Azriel nembak cewek."
Bisik-bisik memenuhi kantin karena bagaimanapun siswa yang masih berlutut satu kaki itu adalah lelaki paling diminati di sekolah ini. Azriel namanya, Kelio Azriel Mahardika. Seorang gitaris dari NOBZA 29, band sekolah yang namanya terkenal di SMA manapun.
"Yah, Adela cantik, sih, tapi dia sama sekali nggak terkenal. Kutu buku membosankan."
"Dia Adela? Adela yang bolos sama Gama?"
"Beruntung banget dia. Bolos sama Kak Gama, terus sekarang ditembak Kak Azriel. Iri gue."
"Emang cakep, sih, si Adela itu. Ada manis-manisnya lagi."
Di sisi lain, Adela gugup setengah mati. Dia tak menyangka lelaki sepopuler dan setampan Azriel menyatakan cinta padanya yang bukan siapa-siapa. Apalagi sebelum ini keduanya sama sekali tak pernah berkomunikasi. Aneh sekali, pikirnya.
"Lo... nggak mau?" tanya Azriel masih belum bangkit dari posisinya.
"Bu... bukannya gitu, ki-kita nggak saling kenal, Kak," balas Adela kesulitan mengendalikan rasa gugupnya. Apalagi sekarang dirinya tengah menjadi pusat perhatian.
"Lo nggak kenal gue?" tanya Azriel yang akhirnya bangkit.
Adela spontan menggelengkan kepala. Bukan seperti itu maksudnya. "Kak Azriel, aku kenal Kakak. Kakak populer banget soalnya. Maksudku, kita nggak saling kenal lebih dari itu," jelasnya.
Azriel membentuk senyum menawannya, membuat Adela memalingkan wajah salah tingkah. Ini adalah kali pertamanya mendapatkan pengakuan cinta.
"Gue mengenal lo lebih dari yang lo kira," ucap Azriel. Tangannya terulur, mengambil alih nampan berisi makanan yang Adela bawa. "Gue udah suka sama lo sejak lo masih kelas 10," lanjutnya seraya berjalan menuju meja kosong dan Adela mengikuti di belakangnya.
Kini dua orang itu duduk di meja yang sama, saling berhadapan dengan orang-orang yang masih tak ingin melepaskan perhatian dari keduanya.
"Jadi gimana? Gue perlu ngumpulin banyak keberanian buat nembak lo. Setidaknya tolong jawab gue dengan baik, Adela," papar Azriel yang membuat rasa tidak enak menelusup pada hati Adela.
Adela sendiri selalu membayangkan tentang menjalin hubungan dengan seorang lelaki seperti gadis-gadis kebanyakan. Namun, dia tidak terlalu pandai bergaul, dia seringkali membuang jauh-jauh pikiran itu karena sadar kalau orang sepertinya tidak mungkin memiliki pacar.
Namun, di luar bayangannya, pria paling populer mengajaknya berpacaran. Dia harusnya senang bukan? Namun, entah kenapa, sejak dia menatap punggung Gama waktu itu, kepala dan hatinya hanya diisi oleh namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantic [END]
أدب المراهقين"Astaga, adegan sinetron macam apa ini?!" Adela itu pengurung diri level tertinggi yang tidak berniat membuat kisah romansa di hidupnya. Sejak dulu julukannya adalah si 'anti romantic'. Dia cantik tapi malas mandi. Lalu, entah sebab apa si anti rom...