Kalau mikir bisa teleportasi gue kedengaran kekanakan, ya? Hum, pas bocah, sih, sering mikir gitu, pasti hidup bakal lebih mudah kalau teleportasi beneran ada.
Gue sekarang bersiap pergi keluar rumah. Mau ke apartemen seperti apa yang Gama minta. Gue kayaknya rajin banget nurutin dia, tapi dahlah, udah terlanjur ganti baju juga. Yah, meski tentu aja gue nggak mandi karena sayang air.
Gue keluar dari walk in closet setelah merubah penampilan rumahan gue jadi penampilan ala muda-mudi kalau mau jalan ketemu mertua. Errr, gue ngasal, sih, intinya sekarang gue pake baju yang modelnya sedikit lebih repot daripada kaos lengan pendek atau lengan panjang anti ngetat yang biasa gue pake sehari-hari.
Drrrttt ddrrrttt ddrrrttt
Ponsel gue yang di atas kasur bergetar panjang. Hm, kalau gini ceritanya, berarti ada yang telepon gue. Melangkah ke dekat kasur, gue ngambil hp yang tergeletak dengan tragisnya itu. Lihat layarnya yang nyala memuat nomor Kak Ruby yang udah ada di hp sejak Adela B menempati tubuh ini.
Omong-omong, gue suka nggak nyaman kalau pake nada dering, jadinya cuma gue setel pake getaran aja. Lagian kepekaan gue ini sangat bagus. (Mungkin ( ╹▽╹ ))
Meski agak malas, tapi gue tetap jawab panggilan Kak Ruby. Tempelin hp di telinga kemudian mengucap salam. Wahh, biasanya gue suka lupa ucap salam, ternyata sekarang bisa ingat. Good, Diriku!
"Kenapa, Kak?" tanya gue setelah Kak Ruby balas salam dan bilang halo.
"Lo ternyata gila, ya?" Paling-paling, sih, kenalan gue bilang gue aneh. Belum pernah tuh ada yang nyebut gila. Gue 100% waras (。•̀ᴗ-)✧.
"Kenapa Kak Ruby bilang gitu?" Nyehh, gue akhirnya drama bareng Kak Ruby lagi setelah sekian lama.
"I know what you're hiding, Adela. Gue nggak nyangka. Benar-benar nggak nyangka."
Gue sembunyiin apaan? Fakta kalau gue datang dari dunia lain? Kayaknya bukan, deh. Mana mungkin Kak Ruby tahu itu.
"Aku nggak ngerti, deh, Kak," balas gue.
"Meski sekarang gue tahu pengkhianatan Gama nggak sebesar itu, tapi gue tetap nggak akan ambil dia lagi. Hanya aja... sebagai orang yang tahu sebaik apa Gama, gue nggak bisa tinggal diam atas ini. Lo bisa anggap ini sebagai jawaban kenapa gue nyuruh lo hati-hati waktu itu."
Gue harus ngapain, nih? Ngereog? Lagian apa, sih, yang dibicarain Kak Ruby? Dia biasanya juga kalau ngomong suka jelas, kenapa sekarang malah penuh misteri gini? Affah iya Kak Ruby ganti genre hidup?
"Terserah Kak Ruby aja. Aku bingung dan nggak paham apa maksud Kakak. Nggak ada hal serius yang aku sembunyiin, kok." Dahlah, suka-suka Kak Ruby aja.
Sebelum Kak Ruby kembali ngomong, gue bisa dengar hembusan napas tipis dari dia. "Gue harap lo cepat sadar, Adela. Jujur, gue prihatin sama lo."
Setelahnya panggilan diakhiri sama Kak Ruby. Errr, rasanya hati gue patah karena dua kali dalam satu hari sambungan telepon diputus oleh pihak lain tanpa konfirmasi. Kak Gea ada bilang, sih, tapi kan... ah, dahlah.
•••
"Kak, gue matiin, ya? Jelek banget vc sambil jalan."
Entah kerasukan apa, tapi saat gue masih di taksi, si buaya bwengshake satu ini video call gue. Gue chat dia dan bilang nggak bisa angkat, tapi si manusia nggak jelas itu tetap maksa hingga akhirnya begini.
Untung aja gue bawa airpod, jadinya gue nggak akan ngundang perhatian yang nggak perlu.
"Kenapa jelek? Suka-suka kita, dong, mau vc di manapun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantic [END]
Подростковая литература"Astaga, adegan sinetron macam apa ini?!" Adela itu pengurung diri level tertinggi yang tidak berniat membuat kisah romansa di hidupnya. Sejak dulu julukannya adalah si 'anti romantic'. Dia cantik tapi malas mandi. Lalu, entah sebab apa si anti rom...