65. Obrolan

495 91 22
                                    

Gue... Adela.

Berbulan-bulan lalu gue tiba-tiba ditransfer ke bumi B dan jadi Adela B yang udah nikah. Serangkaian kejadian mirip sinetron telah gue lalui dan terakhir gue tenggelam. Diselamatin sama fans berat Adela B a.k.a Azriel, lalu gue masuk rumah sakit. Ketemu Adela B dan dia bilang gue akan mati lagi kalau Gama nggak menginginkan gue.

Gue bangun, ketemu Gama, ngobrol sama dia, dan dia bilang benci gue. Gue merasa ditarik ke perosotan gelap, terus tiba-tiba gue baringan di ranjang pasien dengan segala macam alat. Ah, sekarang sebagian alatnya udah dilepas dari gue.

Nah, yang jadi poin pentingnya, Gama yang usut punya usut adalah suami gue, sejak tadi natap gue dalam banget. Tadi gue kira dia zombie, tapi ternyata setelah diperhatiin dia Gama. Bukannya kurang ajar, tapi dia beneran mirip zombie. Mukanya terlalu kusut dan nggak manusiawi, rambutnya juga udah kaya tunawisma aja. Dia lebih kurus daripada terkahir kali gue ingat. Mata pandanya mirip kayak narapidana newbie yang susah tidur gara-gara diganggu orang satu sel. Mana itu wajah jelek pake lebam sana-sini lagi. Abis tawuran apa gimana, sih?

Dia duduk di kursi dan sejak tadi tangannya terus menggenggam tangan gue. Sesekali mengecup itu tanpa bilang apapun. Cuma natap gue, abis itu kecup tangan, abis itu lihatin gue lagi, cup-cup lagi. Poin buruknya, gue nggak bisa ngelak! Lemes, heh, gue kayak udah nggak makan sembilan hari sembilan malam.

Omong-omong, kayaknya Gama udah nggak marah, kayaknya juga dia masih bertekad pengen mencintai gue sampe akhirnya gue nggak jadi mati part 2. Hm, padahal gue udah mengatakan hal menyedihkan sebelum ini. Sekarang... apa? Ah, iya, kayaknya mudah aja, GUE NGGAK BISA GERAK, JADI, YA, GUE DIEM!!

•••

Udah tiga hari berlalu sejak gue bangun waktu itu. Tiga hari ini pandangan gue dipenuhi Gama. Maksudnya, dia nggak pergi-pergi dari ruangan ini. Palingan pergi juga nggak nyampe satu jam udah balik lagi. Kayak pengangguran aja dia ini. Oh, dia juga udah mandi, keramas sampe rambutnya bisa disebut normal lagi. Wajahnya juga udah nggak sekusut tiga hari lalu, lebih fresh meski lingkaran hitam di bawah matanya masih ada. Ah, kondisi gue udah lebih baik, gue bisa gerakin lengan, kepala, pinggang── pokoknya seluruh tubuh selain kaki yang masih berat. Katanya, sih, gara-gara tiga minggu gue baringan. Iya, TIGA MINGGU! Waktu itu gue tanya bunda yang mampir ke sini, bunda bilang gue koma tiga minggu ke belakang. Shock berat, loh, gue.

Usut punya usut, alasan gue masuk dalam kondisi itu karena kekurangan oksigen yang terjadi gara-gara tenggelam. Yah, gue rasa itu cuma diagnosis medisnya doang karena pada nyatanya penyebab gue hilang kesadaran adalah kenyataan kalau gue bukan Adela dari bumi ini. Gue yakin soal itu. Lagian gue tenggelamnya bentaran doang, nggak mungkin sampe koma segala.

Tiga hari ini Gama ajak gue ngobrol dan gue cuma bales singkat seadanya aja. Bingung, loh, gue terus berpikir tentang apa yang sebaiknya gue lakukan sekarang. Maksud gue, masalah gue sama Gama. Dia berulang kali meminta maaf sama gue, bilang kalau dia nggak keberatan tentang video itu. Katanya gue emang salah udah lakuin itu, tapi dia sejak tiga minggu lebih tiga hari lalu udah bisa menerima tindakan buruk Adela B karena katanya gimanapun alasan itu yang membuat dia dan gue bersama.

Poin penting dari ucapan Gama : Dia menerima kesalahan palsu Adela B, bukannya percaya omongan gue yang bilang kalau video itu cuma tipuan.

Gue nggak lari, gue jelas mencintai dia. Definisi cinta sendiri masih belum gue pahami, tapi jujur, keberadaan Gama gue anggap lebih berarti daripada keberadaan laki-laki lain yang selama ini gue kenal. Contohnya Azriel dan sepupu yang mirip Lee Jong-suk.

Kalau ditanya apa gue mau terus sama Gama? Jawaban gue jelas iya. Namun, masalah video mengganggu gue. Bukan soal videonya, tapi soal sikap Gama. Dia terlalu berpikir pendek── dari saat Adela B masih di sini. Yah, oke, orang di video bisa dikatakan mirip banget sama gue, gue maklum waktu Gama marah dan merasa dikhianati saat lihat video itu. Namun, waktu itu gue bersikeras membantah, sebagai suami gue, sebagai Gama Arian yang ingin mencintai gue, dia harusnya mempertimbangkan apa yang gue bilang. Dia harusnya dengar omongan gue dan mulai cari tahu kebenaran, tapi dia nggak gitu. Kesimpulannya, hubungan kami krisis kepercayaan. Hal yang gue rasa sangat penting dalam hubungan apapun.

Membuang napas berat lewat mulut, gue melirik ke arah pintu yang dibuka dari luar. Ada Gama di sana. Masuk ke ruangan setelah kembali tutup pintu.

"Kak." Biasanya gue mengabaikan dia, tapi sekarang nggak.

Senyuman cerah Gama memasuki pandangan gue, mendekat, dia berkata, "Kenapa? Butuh sesuatu?" Dia kedengaran semangat.

Tadi gue nggak lihat, tapi ternyata ada paper bag dengan logo tak asing yang Gama jinjing. "Makan dulu aja, abis itu gue mau bicara," papar gue. Meski ada raut penasaran di wajah Gama, dia tetap mengiyakan. Jalan ke arah sofa dan mulai makan ayam lengkap dengan nasinya. Omong-omong, ini udah malam banget, waktu makannya Gama agaknya berantakan akhir-akhir ini.

Hm, akhirnya selesai. Gama udah duduk di kursi samping ranjang gue. Natap gue yang setengah baringan.

"Ada apa?" tanya Gama.

Basa-basi hanya akan buat gue capek dan pembukaan dengan kalimat manis sama sekali bukan gaya seorang Adela. "Kenapa lo nggak mau percaya kalau orang di video itu bukan Adela lama?" tanya gue langsung.

Yah, agak aneh nyebut Adela lama, tapi gue udah kasih tahu soal jati diri gue sama dia sebelum koma waktu itu dan meski gue belum jelasin lebih rinci, dari obrolan dia tiga hari ini, gue rasa Gama percaya. Dia bilang gue emang berubah sejak Lahana meninggal.

"Karena mi──"

"Wajahnya nggak kelihatan. Lo nggak buta, kan?" Gue memotong kalimat dia agak kejam. Sengaja dan dibuat-buat. Gue sebenarnya nggak tega karena ketololan dia bukan salah Gama. Dia pasti dipengaruhi Kak Gea. Namun, kalau gue terus memaklumi, gimana jadinya hubungan kami?

Gama bungkam. Belum membalas meski detik pada jam dinding udah berubah banyak. "Kak, apa pernikahan ini bakal terus berjalan?" tanya gue dan gue bisa lihat perubahan ekspresi Gama. Dia... kaget. Namun, sesaat setelahnya, wajah pasrah Gama yang tergambar.

"Kamu pasti capek, kan, selama ini? Datang tiba-tiba dan dihadapkan sama orang kayak aku. Pernikahan kita── aku nggak akan lagi maksa kamu pertahanin. Tapi, Del, aku jujur soal mencintai kamu. Bukan lagi ingin, tapi udah. Daripada sebelumnya, aku lebih ingin mempertahankan pernikahan kita. Aku ingin jadi orang yang wujudin impian kamu," papar Gama. Seperti biasanya, dia selalu bebas mengutarakan apa yang dia mau.

"Lo anggap gue siapa?"

Kerutan kecil muncul di alis Gama. "Seseorang yang lebih berharga daripada aku sendiri. Adela Novianka Agandi. Aku nyebut nama itu waktu ijab kabul," jawabnya.

Rasanya gue jadi pengen senyum miris. Namun, ini bukan saatnya meratapi hal itu. Lagipula, gue harusnya nggak tanya dia anggap gue siapa. Kayaknya gue jadi melenceng dari tujuan awal gara-gara terbawa suasana. "Gue berharga, kan? Apa selama tiga minggu ini lo ada dengerin omongan dari orang yang lo anggap berharga ini? Lo pernah cari tahu kebenaran dari video yang Kak Ruby kasih? Apapun bisa nipu lo, Kak. Lo harus dengerin semua orang dan pilah mana yang bener dan mana yang nggak," papar gue.

Tanpa perlu denger kalimat dari mulut Gama, ekspresi wajahnya udah menjelaskan jawaban atas pertanyaan gue barusan. "Boleh pinjam hp lo sebentar?" tanya gue. Seharusnya gue sanggup pegang hp.

"Tapi──"

"Ini penting. Soal kita." Lagi-lagi gue sela ucapan Gama.

Menurut, Gama keluarin hpnya dari saku jaket dan kasihin benda persegi itu ke gue. Mengutak-atik ponsel Gama, gue berakhir kirim pesan ke seseorang setelah masukin sederet nomor yang gue hapal terlebih dahulu. Menunggu beberapa saat, tiga buah pesan masuk ke hpnya Gama.

Lo baik-baik aja?

Itu pesan pertama, sisanya dua buah rekaman suara yang dulu sempat gue titipin ke dia. Gue... nggak seceroboh itu.

Sebelum jatuhin meteor ke Gama, gue balas dulu pesannya Mbak Nurul pake kalimat bohong dan sebaris permintaan tolong yang semoga mau dijawab sama anak punk satu itu. "Putar rekamannya, Kak. Abis itu tolong keluar dari ruangan ini dan jangan temuin gue sebelum lo tahu caranya minta maaf sama Adela lama. Nggak ada satupun perkataan Adela lama yang isinya kebohongan. Termasuk tentang Lahana."

•••

13.05.2023


Ayo polooo Instagramku biar aku senang :)

Ig : Esqueen_12

Anti Romantic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang