26. Ledakan Adela

964 134 2
                                    

"Eh, eh, yang di tv itu perempuan itu, kan?"

"Iya, iya, dia."

"Harus telepon polisi, nih, Bu."

"Eh, saya saja, Bu, yang telepon."

"Ahh, Bu Andin pasti ngincer hadiahnya, kan? Dia orang kaya banget kayaknya sampai hilang dua hari aja rame satu negara."

😨😨😨 Omonak! Gue beneran jadi bintang! Kalau gini ceritanya gue pasti bakalan segera dijemput sama orang rumah.

Gue nggak apa-apa, sih, kalau pulang ke Gundopo, tapi masalahnya gue jadi viral senegara ini😱 Mama Tia juga kenapa, sih, pake gunain kekuatan orang terkenalnya. Argh, nanti kalau gue keluar rumah gimana kalau pada kenal? Gimana kalau pada minta tanda tangan? Oke, Del, kembali pada kewarasan lo. 

Ah, tengkiyu batin gue yang selalu mengedepankan kewarasan🙏.

"Kak Deldel itu artis, ya?" Elfan malah tanya begitu. Gue ini anak ilang, Fan, bukan artis T_T.

"Bukan, Fan, cuma sekarang kayaknya Kakak bakal jadi artis." Krak. Hati gue patah ಥ‿ಥ. Gue nggak mau viral.

"Saudari Adela."

Mampus, polisi datang! Heh, gue jadi kayak kriminal, dong?!

"Benar dengan saudari Adela?" tanya polisi itu tepat di hadapan gue. Kedatangannya buat Elfan sembunyi di balik kaki gue.

"Iya, Pak," balas gue lesu. Oke, waktunya pulang, Del.

"Keluarga saudari──"

"Adela!"

Wahh, apa, nih? Si Gama bwengshake tiba-tiba panggil gue dan lari. Sesaat kemudian ini orang sialan peluk gue tanpa malu sama orang-orang. Heh, lo gegar otak atau kenapa? Nggak inget lo semalam maki-maki gue? Cih, gue nggak akan luluh cuma karena pelukan bodoh lo ini.

"Del, sorry, sorry banget. Gue salah karena nuduh lo yang nggak nggak," ucap Gama tanpa lepasin pelukannya.

Ha.ha.ha, bahkan semesta tertawa~~ ha.ha.ha...

Apa, sih, dia ini? Level ke nggak jelasan Gama pasti lebih tinggi dari level pengurung diri gue.

"Gue cariin lo semaleman tapi nggak ketemu-ketemu. Maafin gue, Del, gue salah."

Lo emang salah! Modal maaf doang Elfan aja bisa. Maaf Elfan bahkan lebih tulus daripada si Gama ini.

Gue dorong paksa Gama. Entahlah, ogah banget rasanya dipeluk orang macem dia. "Udah waras lo?" tanya gue.

Gue rasa Gama kaget, tapi apa peduli gue? Mau dia kaget sampe pingsan pun bodo amat. Tolong ingat orang ini semalam maki-maki gue parah banget. Gue juga punya hati.

"Del, gue tahu lo marah, tapi, pliss, pulang, ya?" bujuk Gama coba raih tangan gue.

"Jangan kekanakan, Kak. Jangan buat keributan di sini. Stop bertingkah kayak gini. Aku ikut Kakak pulang sekarang," ucap gue setelah mendinginkan kepala. Oke, meski gue benci sama Gama, tapi gue lebih benci jadi bahan tontonan saat Gama drama kayak gini.

"Elfan, Ilham, Kakak pulang dulu, ya. Salam sama Esti dan yang lainnya," ucap gue memaksakan senyum saat acak-acak rambut Elfan. Beralih ke Mbak Nurul, gue berkata, "Mbak, aku pulang dulu, ya. Maaf semalam ngerepotin."

Mendapat anggukan Mbak Nurul dan duo bocil, gue berjalan menjauhi mereka diikuti Gama dan beberapa polisi yang seolah kawal kami. Ayolah, para polisi ini bikin gue makin malu karena kami jadi bahan perhatian. Hih, semua gara-gara Gama!

Anti Romantic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang