Ini bermula saat gue berada di pertengahan kelas 7, saat dimana gue menemukan peluang kalau WeTube bisa membuat gue punya penghasilan tanpa harus pergi keluar. Sejak itu gue memikirkan dan coba banyak hal untuk konten gue hingga di suatu titik, di acara ulang tahun nenek gue dari pihak ayah, sepupu gue yang mengaku mirip Lee Jong-suk menyumbang sebuah penampilan. Dia nggak sendiri, tapi dengan bandnya. Gue emang sempat dengar kalau sepupu gue yang satu itu suka musik dan bentuk band yang namanya nggak akan gue kasih tahu demi kehormatan sepupu gue. Gimana ya, bilangnya? Nama bandnya super payah gehhh T_T.
Itu adalah band yang fokus di genre blues dan cukup terkenal karena suka live di manapun ada peluang. Saat itu kebanyakan tamu yang hadir nggak kasih respon bagus buat sepupu gue itu, apalagi teman-teman nenek gue yang emang udah nenek-nenek dan nggak senang musik. Namun, gue yang mojok seorang diri mendapatkan lampu terang di atas kepala. Itu dia! Musik adalah peluang yang bagus untuk cari uang di WeTube. Akhirnya gue coba beberapa alat musik hingga gue cukup suka dengan gitar dan drum. Singkat cerita gue terlalu malas dengan gitar hingga akhirnya hanya tersisa drum. Gue konsisten belajar drum, gue rajin upload video di WeTube sejak gue masih belajar. Menurut gue itu hal yang menarik. Udah banyak profesional yang upload video di WeTube dan gue ingin jadi orang yang berbeda. Maksudnya, upload video dari gue amatir sampai gue pro. Sebenarnya setengah dari alasan gue lakuin itu karena pengen WeTube gue cepat berkembang, he.he.he.
Meski di awal-awal banyak komentar yang nggak enak dibaca, tapi jejeng~~!! Seiring waktu WeTube gue membesar sampai video terakhir yang gue upload punya banyak penonton. Gue penasaran nasib WeTube gue sekarang gimana.
Ah, iya, asalnya gue main drum cuma karena pengen penghasilan, tapi seiring waktu gue jatuh cinta sama drum. Bisa dibilang, sekarang ini bermain drum adalah salah satu hobi gue.
Omong-omong, gue cover lagu-lagu terkenal dari manca negara untuk konten gue <( ̄︶ ̄)> itu salah satu hal yang buat gue terkenal.
Sekarang ini gue ada di depan gedung yang cukup mencolok, studio musik yang ditunjukkin Mbak Nurul. Gue sempat ngira Mbak Nurul bakal nolak, tapi ternyata dia mengiyakan permintaan gue. Hohoho, Mbak Nurul mulai menyukai gue, ya? Semoga aja gitu.
Gue masuk ke studio itu, melakukan pendaftaran yang untungnya tersedia satu studio kosong. Keberuntungan gue agaknya lagi baik <( ̄︶ ̄)>.
"Adela?" Eeh? Gue? Namun... suara cowok? Hm, agaknya salah dengar, deh, siapa juga yang bisa kenal gue saat gue super tertutup kayak gini.
"Bener. Lo Adela, kan?"
Gue menghempaskan tangan yang seenaknya cekal gue itu, lihat siapa orang kurang ajar yang tiba-tiba pegang lengan gue. Dia cowok. Betulan cowok. Tinggi dan penampilannya kayak anak gaul manly. Bawa case atau tas gitar di punggungnya. Terus... wajahnya, hm, ham, him, hom, Azriel?! EEEH? AZRIEL? Tunggu, tunggu, tunggu, biar gue perhatikan lebih jeli, dia ini... argh, betulan Azriel dari mimpi gue! Dia kenapa bisa kenalin gue? (-_-;)
"Gue bukan Adela!" Nah, oke, ayo kita beracting sekejap. Kalau ngomong kasar kayak gini nggak mungkin dia masih ngira gue Adela, kan?
"Bukan? Lo menghindar, Del? Kita udah lama nggak ketemu padahal." Permisi Azriel-ssi, saya sudah mengaku bukan Adela, loh, kenaffah Anda masih bersikeras begini?
"Gue kenal sepatu lo. Sepatu favorit lo. Gue juga kenal cara jalan lo. Barusan, gue juga kenal suara lo meski gaya bicaranya berbeda."
Whahh, dia ini fans berat atau apa? Kenapa tahu hal nggak penting kayak gitu?
"Kak Azriel, bisa tolong abaiin aku? Aku lagi nggak pengen di ganggu." Nggak ada pilihan lain. Semoga aja Azriel ini tipe cowok yang lunak kepala. Ayo, Azriel, jangan ganggu orang yang nggak mau diganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantic [END]
Teen Fiction"Astaga, adegan sinetron macam apa ini?!" Adela itu pengurung diri level tertinggi yang tidak berniat membuat kisah romansa di hidupnya. Sejak dulu julukannya adalah si 'anti romantic'. Dia cantik tapi malas mandi. Lalu, entah sebab apa si anti rom...