•••
Rasanya malu banget. Harga diri gue benar-benar runtuh karena nangis brutal di depan Gama. Waktu itu juga, waktu gue balik ke bumi A dan ketemu fakta kalau gue ternyata udah mati, gue juga bertingkah menyebalkan. Apa sih Adela, kenapa lo nggak bisa ngendaliin diri kalau hal-hal kayak gitu datang?😭😭
"Nggak mau cerita?" Gama duduk di kursi yang ada di sisi brankar. Katanya, Mas Keriting telepon dia saat gue pingsan di kedai, itulah kenapa Gama ada di sini sekarang. Nggak, bukan, Mas Keriting nggak tahu kalau Gama itu suami gue, dia cuma telepon nomor terakhir dihubungi yang ada di hp gue.
Kepalang malu, gue milih nggak jawab Gama dan sama sekali nggak berani natap dia. Huwaaa, sekarang otteoke? Gue harus ngapain biar rasa malu ini hilang? Ayolah, nangis brutal itu bukan lelucon (。ŏ﹏ŏ).
"Del, maaf banget." Saat ngomong gitu, Gama raih tangan gue. Dia genggam di atas brankar dan hm, lumayan. Itu anget soalnya. "Maaf kalau ini nyinggung lo. Mau coba konsultasi ke psikiater?"
GAHHHHHHH! ADA YANG KRAK LAGI T_T. Gue nggak ada masalah mental ಥ‿ಥ, gue cuma jiwa asing yang nyasar ke sini. "Setelah kematian bayi kita, yang gue rasain lo jadi sedikit berbeda, Del. Emosi lo juga semakin nggak karuan. Gue akan temenin lo kalau lo mau ketemu psikiater," ucap Gama. Y-ya, gimana, ya? Gue tentu aja akan beda karena pada dasarnya gue bukan Adela B ༎ຶ‿༎ຶ.
"Maaf, Kak, tolong jangan singgung psikiater lagi. Aku sama sekali nggak butuh." Yang gue butuhkan hanyalah hidup tenang dan uang yang melimpah buat langganan premium aplikasi nonton.
"Hm, oke, kalau gitu." Heeeee, gue kira dia bakal maksa. Apa dia beneran bertekad, ya, mau bertahan sama gue? Ini hari pertama dari 9 hari omong-omong.
"Kak, boleh tanya sesuatu yang agak ekstrim?" tanya gue yang sekarang udah bisa lihat mata Gama. Rasa malu akhirnya perlahan bisa sirna juga.
"Boleh aja," jawab Gama ringan.
Gue menelan ludah sampe ada suara gleknya meski cuma gue yang dengar. Semangat diriku, semuanya perlu kejelasan. "Waktu itu, waktu insiden buruk itu... tempatnya di mana?" tanya gue yang dibalas Gama dengan kerutan dahi.
ಥ‿ಥ Gue sadar itu nggak jelas. Namun, gimana? Masa iya gue harus gamblang? Big Mom── eh, BIG NO!
"Kecelakaan itu... errr, penyebab kita nikah." Gam, pliseu, paham dong :').
He.he.he, kayaknya dia paham sekarang. Dia langsung memalingkan muka soalnya, eskpresinya juga jadi aneh. "Kenapa lo tanya itu?" tanya balik Gama.
"Aku lupa tempatnya," jawab gue bohong.
Gama menghela napas sebelum kembali bisa natap gue. Hoo, cepat juga dia balik. "Hexagon, nightclub di selatan."
Club, ya? Gue 100% yakin Adela B nggak akan mau mencicipi club. Kalau dia sayang bunda seperti gue sayang bunda, Adela B jelas nggak akan berani melangkah sedikitpun ke tempat kayak gitu.
•••
Saat gue sampe di rumah, gue chat Mas Keriting yang ternyata namanya Ibran. Gue minta alamat rumah Naraya dari dia yang untungnya dia tahu. Hm, keberuntungan istri yang berbakti, ya, gini ( ꈍᴗꈍ).
Omong-omong, soal perceraian, gue dan Gama udah jelasin kalau kami udah baik-baik aja dan wow syekalih, guys, Kak Gea kelihatan senang banget sampai-sampai dia peluk gue. Mama Tia juga nangis terharu. Apalagi saat Gama bilang mau fokus terhadap gue dan bertekad mau lupain Kak Ruby. Meski gue nggak pernah punya mantan, tapi, hey, melupakan nggak segampang itu, kan? Gama ini emang sok-sok'an.
Syarat 9 hari yang gue ajuin nggak diungkap ke Gundopo atas permintaan gue. Gimana, ya? Agaknya aneh aja kalau keluarga ini tahu gue kasih syarat Gama yang begituan. Jadi, biarlah, biarkan gue dan Gama aja yang tahu itu. Lagipula ini rumah tangga kami.
Dalam 9 hari ini jujur gue nggak tahu apa yang bakalan terjadi. Tapi 80% gue yakin kalau Kak Gea akan berulah dan reaksi Gama nggak bisa gue prediksi. Maksud gue, dia bilang dia bertekad, kan? Jadi, masih ada kemungkinan Gama sabar dan nggak maki-maki gue saat Kak Gea bikin konflik.
Hm, apa iya, ya? Gama itu bucin banget sama Kak Gea. Tapi kayaknya seru kalau nanti Kak Gea berulah dan Gama nggak ikut campur. Hohoho, se-shock apa, ya, Kak Gea? Gue jadi penasaran.
Ini udah malam. Gue lagi nonton drama di kamar sendirian. Makan malam udah masuk ke perut gue, sholat isya juga udah gue laksanakan, dan karena gue nganggur, gue memilih bergulat dengan para fiksi ini. Menghabiskan waktu sambil nunggu ngantuk yang suka tiba-tiba datang.
Nggak kerasa sekarang udah jam 10 malam. Kantuk yang udah menyerang buat gue matiin laptop dan taruh benda kotak itu di atas meja. Baru aja gue rebahan, pintu kamar dibuka dan sosok Gama masuk ke dalam kamar dengan setelan santainya.
"Udah mau tidur?" tanya Gama. Gue udah rebahan ini, kalau nggak tidur ngapain? Ngelamun? Ya, bisa aja sih ngelamun, tapi, ayolah, basa-basinya jelek banget.
"Hm," balas gue singkat. Gue masih suka bingung kalau balas basa-basi kayak gitu🙏. Gue lebih suka topik yang jelas dan berbobot soalnya. He.he.he, bercanda deng (◠‿・)—☆.
"Gue tidur sama lo lagi, ya?" tanya Gama yang buat gue melotot. Oy, oy, oy, kayak nggak ada sofa aja.
"Kalau bisa sih jangan," balas gue yang sekarang terlentang dan bisa lihat Gama. Plis, ya, jangan sampe Gama ngomong kalimat kayak 'Gue nggak nerima penolakan!' 😭😭 nanti gue nggak bisa nahan ngakak dan jijik kalau dia gitu.
"Yang lo pake kasur gue loh Del."
Alhamdulillah 🙏🙆
Namun, hmmmm. Dia ngomong gitu artinya dia mengklaim hak atas kasur? Oke kalau gitu. Bangkit dari acara rebahan, gue turun dari kasur dengan bantal dan selimut yang gue peluk. Agak susah tapi masih bisa lah. Gue nggak lemah-lemah amat soalnya.
"Mangga pake, Kak, gue aja yang minggat dari kasur," ucap gue saat jalan menuju sofa panjang tak jauh dari ranjang.
Namun, agaknya ini nggak akan berjalan mulus. Si Gama malah hadang gue dengan rentangin satu lengannya. Eh, Anda, ini saiya jadi nyaris kejungkel ke belakang gara-gara nabrak itu tangan pake bantal+selimut.
"Gue wangi, kok, Del. Sekarang juga gue mau mandi lagi."
😱😱😱😱😱😱😱😱 Mandi jam 10 malam?! Dia ini udah mandi dua kali hari ini!! Apaan sih Gama? Kaya sih kaya, tapi boros air itu nggak banget (ノ゚0゚)ノ~.
Namun, huh, Indonesia emang suka banget boros air. Apa kabar nanti anak cucu di masa depan? Gue jadi prihatin.
"Gue beneran mau mandi, Del. Nggak usah pindah. Oke?" kata Gama sambil berusaha ngambil alih selimut dan bantal dari pelukan gue. Hohoho, nggak semudah itu Ferjuned, jangan remehkan kekuatan pelukan gue.
"Terima nasib aja, Kak." Komentar gue.
Gama berhenti berusaha ambil alih selimut bantal. Namun, dari ekspresi mencurigakannya itu, gue nggak yakin dia nyerah. "Mau biarin gue pindahin selimut dan bantalnya aja, atau mau gue paksa pindahin selimut, bantal, dan lo sekalian? Gue nge-gym kalau lo mau tahu."
GAAAHH?! Tanpa babibu gue balik badan, kembali ke kasur mandiri dan Gama malah cekikikan. Cosplay jadi kunti, Anda?
•••
19.04.2023
◉‿◉
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantic [END]
Teen Fiction"Astaga, adegan sinetron macam apa ini?!" Adela itu pengurung diri level tertinggi yang tidak berniat membuat kisah romansa di hidupnya. Sejak dulu julukannya adalah si 'anti romantic'. Dia cantik tapi malas mandi. Lalu, entah sebab apa si anti rom...