•••
Gue nggak tahu ini kenapa, gue di mana, atau ngapain. Intinya saat gue kembali sadar setelah tumbang di kamar rawat waktu itu, pemandangan yang gue lihat sepenuhnya berbeda.
Alih-alih kamar, gue sekarang ada di taman hijau luas dan sejauh mata memandang hanya hamparan rumput hijau dengan pepohonan indah yang terlihat. Mimpi, kah? Rasanya bukan.
Gue menoleh ke sana-sini, tapi gue nggak nemuin siapapun di luasnya taman. Berjalan-jalan sebentar, gue berakhir memetik buat apel yang anehnya bisa gue gapai dengan mudah. Ini... pasti mimpi, kan?
"Adela."
Ada yang manggil gue. Suaranya dari belakang dan saat gue noleh, sesosok perempuan dengan dress putih yang panjangnya melebihi kaki bisa gue lihat. Itu dress tanpa lengan, modelnya simple tapi tetap cantik. Rambut orang yang pake dress itu digulung. Eh, apa dicepol, ya? Pokoknya gitu, deh. Ada anak rambutnya yang keluar-keluar, buat dia kelihatan nggak terlalu kaku. Gue... kenal wajah itu.
"Adela B?" panggil gue masih berdiri di depan pohon apel.
Gue bisa lihat senyuman manis Adela B yang sepenuhnya mirip dengan gue. Apa senyum gue kayak gitu juga, ya? Kalau dilihat-lihat gue ini ternyata cantik. Hehehe, jangan-jangan gue beneran cantik?
"Hai," sapanya sambil melambaikan tangan. Kami berdua sama-sama nggak ada yang bergerak dari posisi.
"Apa lo mau ambil kembali tubuh lo? Situasinya lagi jelek, si OniGea berulah," papar gue. Entah kenapa gue ngerasa udah kenal lama sama Adela B. Gue bahkan bisa bicara sesuai isi hati sama dia. Apa ini karena kami sama-sama Adela?
"Nggak mungkin." Eeeeee? Terus ngapain dia temuin gue?
"Terus ngapain? Tunggu, apa mungkin rasa sakit sebelum gue pingsan itu gara-gara lo, Del B?" tanya gue yang lagi-lagi dibalas senyuman lembut Adela B.
"Maaf. Itu bukan kehendak aku," jawabnya yang buat gue ngangguk-ngangguk sambil gigit apel. Nggak dicuci dulu nggak bakal apa-apa, kan, ya?
"Adela," panggil si Adela B untuk kedua kalinya. "Maaf, ya," ucap dia.
"Untuk?"
"Membuat kamu berada di tubuhku," balasnya.
"Gue yakin bagian itu bukan kehendak lo juga, kan?" Mana mungkin orang waras berharap jiwanya terbang dari tabuh sendiri.
"Iya. Aku terlalu capek saat itu. Aku nggak kuat lagi dan tiba-tiba aku sampai di sini. Di sini menyenangkan, perlahan aku bisa mengobati hatiku di tempat ini," paparnya.
"Sekarang udah sembuh? Lo boleh, kok, kalau mau kembali. Pada dasarnya gue itu udah mati. Jadi, nggak apa-apa," ucap gue meski ada sedikit perasaan aneh yang menelusup di dada. Yah, gimanapun mati itu menyeramkan. Apalagi kalau ada notifikasi macam gue ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantic [END]
Teen Fiction"Astaga, adegan sinetron macam apa ini?!" Adela itu pengurung diri level tertinggi yang tidak berniat membuat kisah romansa di hidupnya. Sejak dulu julukannya adalah si 'anti romantic'. Dia cantik tapi malas mandi. Lalu, entah sebab apa si anti rom...