30. Nyeh😒

959 121 3
                                    

Terluka dan sakit kalau dia ngelepas gue, ya? Ha.ha.ha. Dia ngomong gitu seolah gue ini berharga aja di hidupnya.

"Padahal lo nggak cinta sama gue. Dahlah, keluar sana, Gam, gue mau tidur lagi." Padahal gue pengen menyelesaikan masalah ini, tapi entah kenapa kalimat itu malah keluar dari mulut gue. Mana gue langsung merebahkan diri lagi. Apa iya gue ngantuk parah? Perasaan nggak, loh.

Gue merem. Iya, merem. Gue berusaha untuk tidur lagi tapi malah terganggu karena nggak merasakan pergerakan dari Gama. Itu, loh, kalau orang pergi dari kasur pasti kerasa, kan?

Argh! Mana bisa gue tidur! Gue ngerasa Gama terus perhatiin gue. Kembali buka mata, gue pelototin Gama semampu gue. "Mau lo apa, sih? Tinggal bilang, Del, sekarang juga gue talak lo. Lo bukan istri gue lagi. Tamat, Gam. Lo balikan sama Kak Ruby dan bebas." Gue baru sadar setelahnya😱, itu bener nggak, sih? Kata FTV hidayah gitu soalnya🙆.

Gama menggeleng. "Gue tahu lo benci gue. Itu wajar. Tapi biarin gue jadi egois, ya, Del? Gue nggak mau ngelepas lo. Boleh kalau gue minta buat mulai semuanya dari awal?" Ada, ya, orang modelan Gama?

"Alasannya?" Iya, alih-alih nolak dia dengan tegas, gue malah nanya itu. Hm, bukannya apa-apa, tapi gue penasaran. Maksudnya, kenapa Gama tiba-tiba begini? Apa yang Gama mau dan harapkan dari gue? Dia benci gue, kan? Kami sama-sama saling membenci.

"Mama, Gea, dan yang paling penting gue sendiri." Nyeh😒, katanya keputusan sepenuhnya ada di dia.

"Lo benci gue, kan? Gue yang hancurin hidup lo. Lo nggak mungkin tiba-tiba cinta sama gue dalam semalam." 

Mungkin rambut gue nggak enak dipandang. Gue bisa merasakan Gama rapiin ujung rambut gue soalnya. "Sejak pertama kali kita ketemu di lapangan waktu itu, gue nggak pernah benci lo, Del."

Kalimat sapi macam apa itu?! Jelas-jelas dia pernah bilang benci gue. Benci kehadiran gue. "Mana ada orang nggak benci rajin maki-maki. Lo bahkan pernah tampar gue." Agaknya emosi gue udah terlalu banyak keluar kemarin. Nggak diduga sekarang ini gue amat sangat tenang. Kepala gue juga dingin meski bukan secara harfiah.

Tangan Gama yang asalnya rambut beralih ke pipi gue. Hey, hey, hey, tangan ini orang bintang satu banget. "Dulu yang ini, kan? Maaf, ya, gue terlalu emosi waktu itu."

Ada apa dengan tatapan Gama hari ini? Lebih lembut daripada saat dia balikin kalung yang jatuh di cafe waktu itu. Mana ini gue tiduran sedangkan Gama duduk lagi. Kek, posisinya astaghfirullah banget. Sekarang ini beneran nggak lagi syuting sinetron, kan, ya?

"Gue emang sering marahin lo, Del, tapi itu bukan karena benci. Jujur, tiap liat lo gue inget kelakuan bejad gue dan itu buat gue benci sama diri gue sendiri. Gue ngerasa amat sangat bersalah sampai nggak bisa mikir dengan baik saat berhadapan dengan lo. Itulah kenapa gue milih cuek dan menghindar. Lo juga sering terlibat masalah sama Gea dan gue terlalu sayang sama Gea hingga nggak bisa ngontrol emosi karena lo selalu bikin Gea nangis. Tapi setelah itu, rasa bersalah gue memuncak. Gue nggak seharusnya marahin lo. di tiap konflik lo sama Gea, kalian sama-sama terluka," papar Gama.

Gue ini terlalu cupu, ya? Masa cuma karena kalimat begituan gue jadi ngerasa bersalah pernah nyebut dia sebagai goblin tolol. Lagian apa-apaan Gama? Kenapa, sih, dia harus tunjukin sisi beginian? Harusnya tetap jadi Gama si antagonis aja biar gue nggak bingung.

"Tatap gue sini coba, Del." Gama merubah posisinya jadi rebahan menyamping. Ya, tentu aja dia menghadap gue dan dengan mengerikannya tubuh gue gerak sendiri hingga menghadap dia. Eh, nggak, bukan bergerak sendiri seutuhnya, tapi emang si Gama yang arahin gue buat menghadap dia.

"Gue emang belum cinta sama lo. Yang gue rasain sekarang mungkin hanya rasa memiliki dan iba. Tapi, Del, gue udah selesai sama Ruby, gue mau mencintai lo. Impian lo pengen punya pernikahan dengan cinta yang melimpah, boleh, ya, sama gue?"

Gama ini buaya? Maksud gue, dia baru aja putus sama Kak Ruby pagi tadi dan sekarang bilang pengen mencintai gue? Apa cowok emang begini?

"Kenapa diem aja?" tanya Gama.

Ya, gimana, ya? Bagi gue situasi yang begini sama sekali nggak pernah terpikirkan. Ayolah, Gama itu suami bwengshake ಥ‿ಥ.

"Oke, nggak apa-apa, lo boleh nggak jawab sekarang. Tapi satu hal yang harus lo tahu, kalaupun lo maksa gue ceraiin, gue nggak akan pernah lakuin itu." Gama bergerak. Dia peluk gue dan errrrr, merinding part 2 (╥﹏╥).

Nope, nggak bisa. Nggak boleh! Sekuat tenaga gue dorong Gama, nggak sampai dia terjun bebas dari kasur, tapi cukup untuk buat gue lepas dari dia. Berguling ke sisi lain kasur, gue menenggelamkan diri di balik selimut. Apa tadi? Apa tadi? Bencana kelas galaksi, kah? Ewhh, dada gue jadi sakit.

"Lo kok jadi lucu, sih, Del?"

Gama sialan!

•••

16.04.2023

Feelnya kurang, ya? Aku ngerasa gitu soalnya. Aku paling kesulitan kalau urusan romance (╥﹏╥). Hikseu, semoga aja nggak terlalu mengecewakan ಥ‿ಥ.

Omong-omong, ternyata penyakit lupa updateku masih belum sembuhಥ‿ಥ

Anti Romantic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang