•••
"Abis ketemu Kak Ruby, ya?"
Pelukan Gama lepas. Hehehe akhirnya gue bebas. Apa gue marah? Kesal? Oh, tentu tidak. Masalahnya gue masih anggap Gama sebagai suami bwengshake meski level bwengshakenya bagi gue udah berkurang. Gue juga udah ngira kalau masih ada kemungkinan Kak Ruby dan Gama balikan. Namun, keheula, tadi katanya Kak Ruby nggak mau ngambil Gama lagi? Heeeee, dia nggak konsisten, ya? Apa ini semacam rencana? Gue disuruh hati-hati soalnya.
"Kok..." Gama agaknya kaget. Maaf-maaf aja, nih, ya, Gam, kalau nggak mau ketahuan lain kali jangan peyuk-peyuk Kak Ruby sampe parfumnya nempel begini.
"Nyaman, ya, peluk Kak Ruby? Kayaknya asik banget sampe parfumnya nempel," ucap gue. Gue bodo amat, sih, tapi penasaran sama reaksi Gama kalau gue bilang gitu.
Gama kelihatan gugup. Hm, santai aja, santai, gue ini sangat toleran terhadap buaya bwengshake macam Anda. "Maaf, Del."
"Gue nggak marah, sih. Bodo amat juga. Seperti yang gue bilang waktu itu, Adela yang lemah lembut, Adela yang dulu lo kenal udah pergi sama rasa cinta buat lo. Sekarang gue hanya Adela egois yang membenci lo. Jadi, santai aja," papar gue.
Hm, berhubung kami saling menatap, gue bisa lihat raut Gama yang jadi aneh. Sedih, kah? Muram? Ah, pokoknya gitu, deh.
"Gue nggak tahu, Del. Gue udah bertekad pengen mencintai lo, pengen bangun rumah tangga paling indah dan sempurna sama lo. Tapi saat Ruby nyamperin gue, saat dia nangis di depan gue, perasan gue jadi berantakan." Itulah yang dinamakan cinta. Gama bertahan selama 9 hari syarat gue pasti hanya karena Kak Ruby nggak nyamperin dia dan Kak Gea bisa Gama cegah dekat dengan gue. Maksudnya, andai aja gue terlibat konflik dengan Kak Gea atau Kak Ruby datang saat itu, kemungkinan Gama untuk penuhi syarat cukup kecil. 9 hari itu berhasil hanya karena kebetulan dan sedikit usaha Gama.
"Terus, sekarang lo pengen gimana?" tanya gue dan Gama menggelengkan kepala.
"Gue nggak ada apa-apa sama Ruby. Gue juga nggak mau kehilangan lo. Bantuin gue untuk fokus hanya pada lo, ya, Adela? Gue yakin, dengan lo gue cukup."
Huh, salah, harusnya dengan Allah lo cukup. Hehehe, itu kalimat Mbak Nurul, sih, tapi karena berkesan jadi gue inget terus <( ̄︶ ̄)>.
•••
Gue menghadap Kak Gea. Kali ini Gama nggak ada di rumah dan nggak bisa ganggu kami lagi. Terlebih Gundopo yang ada di rumah ini sekarang hanya Kak Gea dan Mama Tia yang entah ada di rumah bagian mana. Kalau kami berdua, gue yakin Kak Gea akan tunjukin sifat aslinya.
Kabar buruknya, saat gue nyamperin Kak Gea dan bilang pengen bicara, dia bawa gue ke area kolam renang samping rumah. Hm, oke, nggak apa-apa, cuma kolam renang nggak akan buat gue kejang-kejang.
"Apa?" tanya Kak Gea begitu dia berbalik ke arah gue.
"Sebenci apa Kak Gea sama aku?" tanya gue langsung.
Gue bisa lihat senyuman miring sinis yang Kak Gea buat. Dia masuk mode queen bully karena sekarang tangannya dia silangin di depan dada. "Emangnya apa yang berubah kalau lo tahu?" tanyanya.
"Apa ini semua karena Kak Azriel? Karena Kakak nggak bisa dapetin cinta Kak Azriel, Kakak jadi pengecut sampah kayak gini?" Hohoho, asal kalian tahu, gue ini sangat pandai mengumpat. Yah, meski caci maki gue biasanya cuma tertuju pada para fiksi meresahkan doang.
Ohoo, saat gue bilang dia pengecut sampah, wajah Kak Gea berubah. Ekspresinya kelihatan ma uji ULrah dan sama sekali nggak cocok kalau Galaksi lihat. "Lo tahu apa soal gue?" tanya Kak Gea.
"Nggak banyak, sih, tapi aku tahu kalau Kak Gea dalang dari kecelakaan Hexagon." Alih-alih kaget, Kak Gea malah tersenyum remeh sampai giginya kelihatan.
"Cuma satu aja yang aku bingungin, kenapa Kak Gama? Dia saudara Kakak, kan? Apa itu semacam... kesalahan?" tanya gue.
Iya, itu yang nggak gue ngerti. Gama dan Kak Gea itu tipikal saudara adem ayem yang akur kapanpun dan di manapun. Gama bahkan secara terang-terangan ngaku kalau dia sayang Kak Gea lebih dari apapun. Begitupun Kak Gea, dari sikapnya, gue yakin kalau Kak Gea anggap Gama sebagai kembaran yang berharga.
Kak Gea tertawa sumbang. Kenapa, sih? Dari tawanya yang mengandung kesedihan, gue semakin nggak ngerti dengan Kak Gea. Apa dia sedih karena emang terlibatnya Gama nggak masuk dalam perhitungan dia?
"Itulah kesalahan lo, Adela. Lo nggak tahu apapun soal gue," ucap Kak Gea.
"Karena aku nggak tahu apapun, makanya aku tanya. Kenapa, Kak? Kenapa Kak Gea sejahat itu sama Adela? Kakak setengah nggak waras atau gimana? Gimanapun, buat orang terlibat pemerkosaan adalah hal yang sangat bejad," papar gue. Oke, Del, kalem, tenang. Mulut aja yang meledak, hati dan kepala gue usahakan tetap dingin.
"Lo beneran pengen tahu?" tanya Kak Gea.
"Karena aku berhak tahu," balas gue.
Lagi-lagi Kak Gea tersenyum remeh sebelum berkata, "Karena lo berhak untuk terpuruk, Adela. Lo adalah alasan pertama kenapa gue bisa menderita saat itu. Kenapa cuma gue yang menderita? Kenapa hanya gue yang harus sakit hati karena Azriel yang terobsesi sama lo sampai-sampai jadiin gue sebagai lo. Saat itu gue sadar gimana rasa dari yang orang-orang sebut sebagai penderitaan. Gue berpikir, oh, ternyata gini rasanya sakit hati. Oh, ngerasa hidup nggak ada gunanya ternyata gini. Penderitaan ternyata menakjubkan. Penderitaan bisa bikin orang kehilangan kewarasan. Gue jadi mikir, gimana kalau orang-orang yang bikin gue menderita juga ngerasain penderitaan? Kayaknya bakal seru, kan? Menarik banget, kan? Hahahahah, saat gue coba, ternyata beneran seru. Saat lo nangis-nangis nggak tahu harus apa, saat lo frustasi karena hamil diluar nikah, gue bahagia, Del. Gue sangat bahagia sampai-sampai gue lupa pernah menderita."
Oh, saus tartar! Ternyata OniGea beneran setengah nggak waras.
•••
23.04.2023
Satu kata buat OniGea ada?
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantic [END]
Fiksi Remaja"Astaga, adegan sinetron macam apa ini?!" Adela itu pengurung diri level tertinggi yang tidak berniat membuat kisah romansa di hidupnya. Sejak dulu julukannya adalah si 'anti romantic'. Dia cantik tapi malas mandi. Lalu, entah sebab apa si anti rom...