64. Akhirat

491 93 15
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Ada saat-saat di mana seorang Adela putri Pak Agandi yang budiman sangat menyukai langit. Kalau nggak salah itu terjadi saat gue masih SMA dulu. Gue beneran suka sama langit. Entahlah, tapi saat itu langit kelihatan indah banget. Lukisan sang Pemilik Semesta yang tiap harinya selalu buat gue berdecak kagum. 

Gue bahkan sempat berkeinginan pengen punya tempat pribadi di mana gue bisa melihat langit paling indah dalam posisi nyaman, aman, dan tentram.

Nah, sekarang ini gue jadi berpikir, apakah impian masa lalu gue terealisasi? Maksudnya, sekarang gue berbaring di atas kasur super nyaman tempat terbuka dengan langit paling menakjubkan yang belum pernah gue lihat. Cuacanya bagus. Adem dan sama sekali nggak panas. Nggak, bukan mendung, langitnya cerah soalnya. Hm, gue ngapain, ya, di sini? Ini, loh, gue nggak inget kenapa tiba-tiba baringan di sini. Harusnya, kan, gue sibuk ngedit video gara-gara udah hampir satu bulan WeTube gue terbengkalai. Untung aja stok uang gue masih banyak. Nyehehehe ( ╹▽╹ ).

Gue suka sepi, sih. Namun, apa di sini nggak terlalu mencurigakan, ya? Maksud gue, cuma ada gue seorang diri sekarang padahal ini sabana indah yang cocok sebagai tempat liburan. Heeeee, apa Pak Agandi yang beliin gue ini tempat satu? Apa iya? Rasanya nggak mungkin. Bokap gue emang kaya raya, tapi ayolah, ini itu tempatnya super luas. Sejauh mata memandang bahkan cuma hamparan rumput hijau aja tuh. GUE DI MANA?! Ah, molla molla molla, mending rebahan lagi. Nanti juga dijemput ayah.

•••

Bunda-nim, affakah kepiting satu ini sudah matang? Ahh, males banget kalau harus buka cangkang kepiting. Gue maunya langsung makan aja. Bunda~~ eh, nggak boleh nyuruh orang tua. Dahlah, mending nggak usah makan kepiting.

•••

Mbak Nurul nikah😱😱😱😱 Omegatt, kaget banget denger Mbak Nurul tiba-tiba nikah. Calon suaminya Gus, loh, keren banget. Cocok sama kambing sholehah yang satu itu. Yoshh, siapkan mental untuk ketemu orang banyak di nikahan Mbak Nurul wahai diriku!

•••

Kabshakkakamhska, LANGIT TERLALU INDAH! Gue ngerasa udah lama tinggal di sabana ini, tapi, kok, nggak kebelet-kebelet, ya? Nggak bosan juga, tuh. Eh, astaga, awannya lucu banget (༎ຶ ෴ ༎ຶ). Pengen naik awan.

•••

Heeeee? Kembaran gue mau ke mana rapi banget? Pergi ke nikahan, kah? Saha yang nikah? Adela B, lo nggak ngajak gue? Namun, gue ogah juga, sih, meski diajak. Gue lebih memilih bergulung dengan selimut daripada prasmanan di nikahan orang.

•••

Gajah berbentuk jerapah itu ternyata aneh. Gajah jadi kurus (ᗒᗩᗕ). Gajah, gajah, gajah, gajahnya jadi kelihatan kayak hewan sakit. Eeehhh? Mau kacang? Tapi kacangnya udah dimakan bayam. Hm, bagaimana ini? Berpikirlah otak cerdas diriku. Aha! Kasih aja pilus! Eh, ketinggian. Gimana cara kasih makannya? Ah, bodo amat! Gue nggak mau repotin diri sendiri. Bye, gajah.

•••

Tepuk tangan menggema saat gue dinobatkan sebagai juara satu lomba balap mobil. Juara duanya Lee Jong-suk dan juara tiga Nafatar anaknya artis papan atas. Hm, gue terharu karena bisa juara. Sepanjang sejarah hidup ini, gue biasanya cuma juara satu di bidang akademik doang. Sekarang gue juara satu lomba balap. Huhuhu, Bunda... anakmu membanggakan bukan?

•••

"Adela, Sayang, bangun, yuk."

"Kita nanti main ke taman hiburan lagi."

"Kalau kamu bosen ngantrinya, kita nggak perlu naik Zombie River."

"Buka matanya, yuk, sampai kapan mau bercandain aku? Nggak lucu, loh, Del."

Apa, nih? Perasaan gue lagi ngadem di bawah pohon kelapa yang tingginya seukuran Pak Agandi. Enak banget tahu kalau mau kelapa muda, tinggal petik doang. Namun, alih-alih kelapa muda, sekarang ini gue malah makan apel merah pemberian penyihir putri salju. Nggak ada racunnya, kok, katanya gue bukan putri salju, jadi, si penyihir nggak perlu ngasih racun.

•••

Suara... tangisan?! Siapa? Kenapa? Gue nggak bisa gerak. Tolong. Jangan bilang gue diculik lagi?! Semuanya gelap. Gue nggak bisa ngeliat.

Eh? Cahaya? Siapa? Orang itu... gue?

Tunggu, apa hidup gue berubah jadi genre horor? Mana mungkin, kan? Gue ini Adela yang nggak pernah punya pengalaman gaib. Ogah juga, sih, harus mengalami kejadian di luar nalar.

"Adela."

Saha? Suaranya kedengaran kayak dari dimensi lain.

"Maafin aku."

Kenapa?

Nggiiingggg

Ahh, kepala gue sakit dan telinga gue berdenging. Kok? Kok, rasanya aneh, ya? Perasaan gue terasa hampa. Langitnya mana? Gue pelihara gajah bentuk jerapah, kan? Namun...

"Sampai kapan kamu hukum aku, Sayang?"

Kelopak mata gue terasa berat, tapi gue tetap berusaha buka mata. Ini itu... ahh, gue haus. Kenapa udara di sini dingin banget? Terus... suara ini?

Berbahagialah untukku juga Adela A.

Adela B? Gue itu... ah, benar, gue pindah dunia dan... eh? Gue hidup? Apa gue masih hidup? Gue berusaha gerakin jari dan ternyata bisa. Gue sebelumnya bicara sama Gama, kan? Dia bilang akan lebih baik kalau gue hilang. Kata Adela B gue akan hilang kalau Gama menginginkannya, terus, apa ini akhirat?

"A-adela. Akhirnya, makasih. Makasih udah bangun." Zombie?

Gue bisa merasakan tangan gue digenggam erat, kecupan bertubi di sana buat gue jadi mikir kalau ini betulan akhirat. Ternyata di akhirat ada zombienya. Kenapa gue ditungguin zombie?

"Zo-zombie?" Aah, ini ventilator pake ngalangin lagi.

Tak lama gue bisa lihat beberapa orang menerobos masuk ke ruangan ini. Dokter-dokter dan beberapa perawatnya. Apa akhirat itu konsepnya rumah sakit? Rumah sakit dan zombie.

Oh, wow. Gue dicek segala macem. Mana nggak bisa komentar lagi. Hm, apakah ini, yang dinamakan kekuasaan mutlak sang Pencipta?

•••

12.05.2023

Makin ke sana makin ke sini nggak, sih? Berhubung ini sudut pandang orang pertama jadi diriku bingung harus bangunin Adela kayak gimana ( ≧Д≦).

Ayo follow Instagram dan Tiktokku-!

Ig : Esqueen_12
Tt : mooosuarasapi

Anti Romantic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang