35. Ketemu, sih, Tapi...

785 111 0
                                    

Malam ini gue ada di depan kamar kos Naraya. Huft, lagi-lagi harus menelan fakta pahit karena Naraya masih nggak ada di tempat ini. Ayolah, apa-apaan dia? Apa iya gue harus seret kardus ke depan kos Naraya dan nungguin dia siang malam? (╥﹏╥) Mama Tia 100% nggak akan ngizinin. Bisa-bisa gue masuk acara gossip lagi kayak waktu itu.

Dengan perasaan agak kesal, gue balik badan, jalan lunglai pergi dari depan kamar kos Naraya. Huh... jangan nyerah, Del, lo wajib ketemu Naraya dan boom!! Di ujung jalan sana gue lihat dua orang perempuan yang salah satunya Naraya! Iya, Naraya! Gue nggak punya riwayat buta soalnya. Hm, kayaknya Naraya belum sadar dengan keberadaan gue, itu sebabnya gue jalan cepat ke arah dia dan harus kaget karena nggak menyangka cewek lain di sebelah Naraya adalah orang yang gue kenal. Apa? Kenapa? Bisa-bisanya dunia sesempit ini.

"Adela?"

Ah, gue nggak sadar ngelamun sampe suara Naraya menyapa telinga gue. Dari suaranya dia jelas kedengaran kaget, apalagi ditambah rautnya itu yang beneran kayak nggak percaya gue di sini. Dibandingkan itu, orang di sebelah Naraya malah biasa aja. Dia cuma natap gue... errr, gimana, ya, jelasinnya? Gue nggak tahu itu eskpresi macam apa👁️👄👁️.

"Hai, Ray, lama nggak ketemu," ucap gue senyum kecil. Mode Adela B : On.

"Lo... kenapa di sini?" tanya Naraya. Hoho, kayaknya bener pertengkaran beberapa bulan lalu itu belum selesai.

"Ketemu kamu," balas gue yang setelahnya ngerasa Naraya jadi marah.

"Kenapa? Mau balas dendam? Semuanya salah lo, Del, lo yang mulai."

Inilah masalahnya, gue nggak tahu penyebab Naraya dan Adela B berantem.

"Kenapa kamu selalu nyalahin aku?" Oke, pancing aja dulu.

Gue bisa lihat kedua tangan Naraya mengepal. "Karena lo jahat!"

Gue kaget. Naraya bilang gitu sambil teriak di depan wajah gue. Semarah apa dia? Separah apa konflik antara kami?

"Cuma lo satu-satunya yang mau deket sama gue. Gue kira lo tulus, tapi nyatanya lo cuma jadiin gue badut. Lo cantik, lo pintar, lo sempurna. Kehadiran gue buat lo cuma sebagai alat biar lo makin menonjol, kan? Jahat banget lo."

Chottomatte, apa katanya? Adela B nggak tulus temenan sama dia? Kok, kalimatnya meragukan. Yang gue bicarain Adela B, loh. Ibu peri yang bahkan sabar banget saat dimaki-maki.

"Kenapa kamu mikir gitu?" tanya gue. Sejauh ini gue tetap tenang meski agak terganggu dengan keberadaan Kak Ruby di samping Naraya. Iya, Naraya jalan sama Kak Ruby.

"Karena lo emang kayak gitu. Gue selalu sakit hati kalau jalan sama lo. Kita selalu dibanding-bandingin. Si cantik dan si jerawatan!"

Ah, benar, soal itu. Saat gue dapat ingatan Adela B tentang Naraya dari mimpi, gue rasa orang yang namanya Naraya ini amat sangat terganggu dengan jerawat di wajahnya. Kalau diperhatikan, dia emang berjerawat. Dia pakai make up sekarang, tapi itu masih bisa gue lihat. Hm, agaknya udah membaik, yang di kedua pipinya udah tinggal bekas kemerahan dan sisa yang di kening. Naraya kayaknya minder parah karena jerawatnya itu.

Namun, apa iya cuma karena berjerawat dia sampe nggak ditemenin? Ayolah, gue rasa dunia nggak sekejam itu. Orang-orang baik masih berkeliaran, kan? Wong orang yang bisa bikin gue sakit perut mendadak aja punya teman meski dikit🤜🤛.

"Tapi aku nggak pernah masalah dengan itu, Ray. Aku seneng temenan sama kamu," papar gue masih belum puas sama dia.

"Seneng? Iya seneng karena lo emang suka jadiin badut orang-orang buangan kayak gue. Pura-pura baik padahal munafik. Sejak SMA lo, kan, gitu. Andai aja Gea nggak buka mata gue, gue pasti sekarang masih haha hihi bareng cewek muna kayak lo."

Anti Romantic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang