23 tahun itu udah dewasa, kan? Kenapa bisa si OniGea ini bertingkah macam bocil SMP? Berperan sebagai pihak yang paling menderita padahal gue nggak lakuin apa-apa sama dia.
Di tengah malam yang harusnya sunyi sepi ini, seluruh keluarga Gundopo minus Galaksi berkumpul di dapur. Bukannya untuk makan, tapi untuk sidang gue yang udah dorong, nampar, dan buat Kak Gea nangis. Itu laporan Kak Gea, karena nyatanya gue sama sekali nggak nyentuh dia.
"A... aku udah minta maaf, Mah, Pah, karena Ad-adela ngira ak-aku udah bu-bunuh bayinya, tap-tapi Adela... Adela malah marah."
OniGea, kemampuan actingmu 8/10. Jangan-jangan dirimu itu anak teater, ya? Nope, nope, ini bukan saatnya bercanda! Gue ada di medan perang sekarang!
"Adela, bukankah saat di rumah sakit kita sudah sepakat untuk tidak membahas masalah itu lagi? Kamu sendiri yang mengatakan kalau itu adalah kecelakaan?"
Eh? Gitu, ya? Itu Adela B, Pak, saya Adela A. Hm, Adela B nggak konsisten banget, sih, kalau udah bilang si Gea pelakunya kenapa malah bilang itu kecelakaan? Ekhem, gue tahu, kemungkinan besar si Adela B nggak mau buat keluarga ini kacau balau, dia pasti mau Kak Gea yang katanya kabur setelah Adela B sebut dia sebagai pelaku, kembali pulang lagi. Apalagi Gama juga ikut nggak pulang karena insiden itu. Adela B yang berhati ibu peri pastinya merasa nggak enak.
"Setiap lihat Kak Gea aku selalu keinget bayi aku, Pah, maaf," balas gue lirih. Sad : Mode on.
Mama Tia yang kayaknya sama sekali nggak marah gue 'nampar dan dorong' Kak Gea merangkul gue, mengelus bahu gue seolah memberikan kekuatan. Permisi, Mama Tia, baik, sih, baik, tapi affakah Anda nggak kesal saya jahatin Kak Gea? Itu anakmu, loh, Mah.
"Ad-adela, ang-anggap aja gue em-emang dor-dorong lo, gu-gue min-minta maaf, Del. Gu-gue... gim-gimanapun... ba-bayi lo po-ponakan gue."
Whahh, dia bersikeras nggak mau ngaku. Lagian, dia kok jadi lembut gini? Apa ini sikapnya kalau ngomong sama gue di depan orang lain? Iya, ini kali pertama kami berkomunikasi saat ada orang lain. Biasanya cuma saling lirik aja.
"Adela, lo keterlaluan banget! Gea tulus minta maaf sama lo meski dia nggak salah, tapi lo malah kayak gini? Lo emang cewek rendahan, ya?"
Gama join the game.
"Gam, jangan kasar gitu, lah, Adela kan istri lo." Oh, pria Agam, Anda belain saya untuk kesekian kalinya, ya?
"Mas, adik kamu dikasari, kamu kenapa malah bela pelakunya? Ngertiin perasaan Gea, dong."
Mbak Siska join the game.
"Kamu istirahat aja, Sis," pinta pria Agam yang ajaibnya diturutin Mbak Siska, dia langsung pergi meski kakinya dihentak-hentakin ke lantai.
Mbak Siska left the game.
"Minta maaf lo sama Gea." Gama bwengshake main perintah-perintah aja. Iya, sih, lo suami gue, tapi, nggak usah nyuruh-nyuruh kayak begitu!
"Nggak, Gam, gue yang salah, gue yang harusnya minta maaf. Mungkin gue emang kelihatan jahat di matanya Adela." Whah, sesenggukan Kak Gea udah berhenti. Gue turut bersuka cita, Kak. Mengganggu pemandangan tahu lihat orang 23 tahun sesenggukan sebrutal itu.
"Nggak, jangan minta maaf lagi, Ge, Adela yang salah. Dia fitnah lo dan tampar lo, dia emang jahat."
Oy, oy, oy, kata-kata lo nggak berkelas banget, Gam. Namun, apa boleh buat, gue nggak bisa balas kata-kata si Gama dengan keren, gue yang sekarang cuma bisa masang wajah sendu sambil berusaha keluarin air mata yang sayangnya nggak keluar-keluar. "Aku... jahat, ya?" tanya gue memperpanjang dialog tidak bermutu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantic [END]
Teen Fiction"Astaga, adegan sinetron macam apa ini?!" Adela itu pengurung diri level tertinggi yang tidak berniat membuat kisah romansa di hidupnya. Sejak dulu julukannya adalah si 'anti romantic'. Dia cantik tapi malas mandi. Lalu, entah sebab apa si anti rom...