Gue pulang ke rumah pukul 8 malam, disambut Pak Satpam yang bukain gerbang dan setelahnya sosok Gea, atau... mulai sekarang mari kita sebut Kak Gea biar gue kelihatan muda. Iya, Kak Gea juga nyambut kedatangan gue tepat di depan pintu utama sambil menyilangkan tangan di depan dada. Kali-kali taro tangan itu di belakang kepala, Kak, biar mirip Pak Kades alias Ninja kuning.
"Kenapa pulang?" tanya Kak Gea yang gelagatnya mirip banget sama perundung di sekolah gue dulu.
"A-ano, a-aku abis ketemu bunda." A-ano, wa-watashi abis ketemu haha. Nah, gue tadinya mau ngomong gitu, tapi gue kira Kak Gea malah bakal anggap gue gila, jadi, ya, gue cuma bisa pake nadanya aja. Nggak, nggak, gue bukan wibu, itu cuma bercandaan aja biar hidup ini agak berwarna :)
"Gue nggak nanya itu!" ucap Kak Gea setajam silet.
"Maaf, Kak." Hm, gue kayaknya udah jadi duta minta maaf. Sejak pertama kali kesasar di tubuh ini, gue jadi sangat sering minta maaf ke orang.
"Lo lakuin apa ke Gama sampai dia nggak mau gue ajak nongkrong?"
Ibwayo, kenaffah tanya saya? Saya mana otteoke. Lagipula, Kak, bukannya Kakak ini harusnya istirahat, ya? Besok kuliah, Kak, jangan malah mau nongkrong. Elo itu bukan pengangguran kayak gue soalnya.
Fyi, Gama sama Kak Gea memang masih kuliah, entahlah semester berapa. Namun, seminggu ini gue lihat mereka berdua emang ada beberapa kali berangkat kuliah. Harusnya, sih, si kembar itu ada di semester akhir, tapi melihat betapa leha-lehanya mereka, gue meragukan itu.
"Aku nggak lakuin apapun, Kak. Mungkin Kak Gama lagi nggak mood aja," balas gue sok tahu.
"Dia nggak pernah nolak permintaan gue."
Terus apa urusannya sama gue? Lagian kalian udah tua heh, jangan bertingkah kayak anak SMA gitu napa. Aneh tahu, nanti jalan ceritanya jadi nggak relate.
"Ooh, kalau itu bukan urusan aku, Kak. Coba tanya aja sama rumput yang bergoyang. Bye, Kak Gea." Cuss kabur. Iya, gue betulan kabur, melesat melewati lembah, nggak, cuma melewati Kak Gea dan pintu rumah, lalu lari ke lantai dua, masuk kamar dan malah ketemu Gama yang lagi rebahan di atas sofa.
"Malam, Kak Gama," sapa gue setelah menutup pintu dengan anggunly dan slayyy.
Gama nggak jawab apapun, dia cuma lirik gue sekilas sebelum kembali fokus sama hp-nya. Bodo amat juga, sih, gue nggak peduli dia jawab apa nggak.
Setelah ganti baju di walk in closet, gue kembali menampakan diri di radar pandangan Gama. Naik ke ranjang dan ngambil ponsel. Errrr, gue rindu nonton tapi nggak mau nonton di depan Gama. Hambatan lainnya, ini hp Adela B nggak ada aplikasi nontonnya woy. Bisa, sih, download, tapi nanti daftar premiumnya gimana? Gue nggak punya uang T_T. Keluarga ini emang ngasih gue uang, tapi kalau nanti gue diintrogasi uangnya dipake apa aja, gue harus jawab apa? Gue punya skill nipu, tapi untuk ini susah. Maksud gue, gue nggak pernah keluar sebelum tadi, artinya gue nggak pernah belanja. Offline atau pun online. Arghh, gue kangen jadi Wetubers sukses!! Apa kabar, ya, channel gue di bumi A? Fiks, gue harus mulai cari uang sendiri.
"Lo."
Gama manggil gue, nih? Pura-pura nggak dengar dulu, ah :-D
"Lo."
Nggak dengar, gue pakai masker ƪ(˘⌣˘)ʃ
"Ck, budeg."
Iya, budeg di sini ◉‿◉
"Adela!"
Wahh, nama gue bagus, ya (✯ᴗ✯)
"Adela!"
"Eh, kenapa, Kak?"
Iya, gue akhirnya nyaut. Malas juga terus dengar suara Gama.
"Lo nggak mandi?"
Hah? Gue udah mandi dua hari lalu, kok. Maunya jawab gitu, tapi gue sadar kalau kebanyakan orang mandinya tiap hari. Hey, hey, hey, kalian ini senang sekali pemborosan.
"Sebelum ketemu bunda aku udah mandi, Kak. Sekarang udah malam dan aku nggak kuat kalau mandi lagi." Nah, Gama-ssi, terima aja jurus ngibul gue, oke?
"Tapi handuk lo nggak pindah tempat tuh."
Permisi, Gama-kun, niat sekali Anda memperhatikan handuk punya cewek. Affakah Anda ini seorang mesum? Astaghfirullah.
"Kakak merhatiin handuk aku?" tanya gue.
Gama mendengus. "Kelihatan, Bego!" makinya.
"Ooh, gitu," balas gue tak acuh. "Handuk, kan, nggak cuma satu. Aku pakai handuk yang lain."
"Lo berubah sejak itu."
W-what?! Gue ketahuan? Apa iya? Gue sangat profesional dalam memerankan peran Adela B, loh.
"Berubah? Emangnya apa yang berubah, Kak?" tanya gue.
Gama merubah posisi dari rebahan jadi duduk bersila. "Sejak seminggu lalu lo nggak masak. Biasanya lo bersikeras masak. Lo nggak siapin baju gue, lo kelihatan biasa aja saat Mbak Siska ganggu lo, lo kelihatan lebih santai saat gue cuekin, dan barusan, lo kelihatan nggak masalah waktu gue marahin lo. Lo juga cuekin gue dan Ruby saat biasanya lo ngintip kami."
Wahai Adela B, apa maksud dari ngintip orang pacaran? Affakah Anda betulan secinta itu sama Gama bwengshake? Tapi, tapi, tapi, ini gawat! Ternyata gue sama sekali nggak profesional. Lagian gue mana tahu Adela B biasa masak dan nyiapin baju Gama. Ingatan semacam itu nggak gue terima. Kalaupun gue masak, gue 100% yakin masakan gue nantinya malah berevolusi jadi racun (༎ຶ ෴ ༎ຶ)
"Maaf, Kak. Aku pikir Kakak terganggu dengan masakan aku dan aku takut baju yang aku siapin nggak sesuai sama mau Kakak. Kalau urusan Kak Gama sama Kak Ruby, aku takut Kak Ruby curiga kalau aku terus-terusan merhatiin kalian." Gue bersyukur pernah baca novel tentang pernikahan tanpa cinta. Nih, ya, di sana biasanya si suami pasti nggak suka kalau istrinya ngurusin dia. Nah, berhubung Gama juga benci gue, jadinya gue 98% yakin Gama juga nggak suka sama apapun yang gue lakuin.
"Bagus. Lebih baik lo emang jangan lakuin apa-apa. Kalau bisa jangan keluar kamar sekalian!"
Whahh, boleh, nih? Makan sama minum disodori, kan? Terus kalau mau beli sesuatu dibeliin juga, kan? Hahaha, surga itu, mah.
"Boleh, Kak?" tanya gue yang agaknya buat Gama kaget. Lihatlah ekspresi jeleknya itu.
Menetralkan ekspresi yang kayaknya nggak sengaja dia nunjukin, Gama menggidikan bahu. "Terserah."
YES! Senangnya dalam hati~~ kalau diam di kamar~~. Hm, tapi gue kangen sesuatu. Gue juga pengen hasilin duit buat langganan premium aplikasi nonton. Ah, gue juga mesti beli koin buat baca Nettoon favorit gue. Izin aja kali, ya, pakai uang pemberian keluarga Gama? Gama yang nyuruh gue nggak keluar kamar, artinya dia harus siap penuhin segala mau gue.
"Kak," panggil gue pada Gama yang sekarang udah balik rebahan lagi di sofa.
"Hm," sahutnya tak ramah. Cowok bintang satu dasar.
"Boleh aku pakai uang dari Papa buat sesuatu?" Ini diaaaaaaa, Gam, ayo izinin! Izinin dan jangan tanya buat apa!
"Terserah lo, gue nggak peduli."
YES! Uhh, akhirnya gue bisa mengobati rasa rindu.
•••
31.03.2023
Pengen kaya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantic [END]
Teen Fiction"Astaga, adegan sinetron macam apa ini?!" Adela itu pengurung diri level tertinggi yang tidak berniat membuat kisah romansa di hidupnya. Sejak dulu julukannya adalah si 'anti romantic'. Dia cantik tapi malas mandi. Lalu, entah sebab apa si anti rom...