Tiga hari ini Kak Gea nggak pulang ke rumah. Kata Mama Tia dia nginep di kosan temennya yang deket dari kampus. Dia begitu bukan karena pundung atau apa, tapi gara-gara ngurusin dunia kuliahnya yang katanya lagi gawat darurat. Yah, akhirnya orang itu kelihatan kayak mahasiswi tahun terakhir yang sesungguhnya.
Lain Kak Gea, lain Gama. Kalau Kak Gea nggak pulang, jadwal Gama masih kayak hari-hari sebelumnya. Berangkat pagi pulang malam dan abis itu rusuhin gue. Err, bukan rusuhin, deh, namanya, tapi gimana, ya? Pokoknya akhir-akhir ini Gama lebih sering sama gue dan hubungan kami makin baik. Berkah anak Sholehah, ya, gini. Kalau Gama nggak ada di komplotan Kak Gea, hidup gue jadi lebih tentram.
Pernah suatu waktu Gama bilang gini, 'Del, masih benci gue? Gue harap bukan hanya gue yang pengen bangun rumah tangga paling istimewa.' Nah, gue jadi bertanya-tanya dalam hati, apa gue nggak apa-apa terus gini? Gue udah nggak benci Gama. Itu semakin gue sadari dalam tiga hari ini di mana gue yang entah kenapa menantikan kepulangan Gama. Bukannya kangen atau apa, gue mana mungkin kangenin cowok yang bukan Pak Agandi. Namun, gitu, deh. Pokoknya gitu. Hal yang gue sendiri nggak tahu. Yang pasti bukan kangen, ya. Nggak mungkin. Nggak gue banget.
Nah, kembali lagi ke urusan rumah tangga. Ini... nggak apa-apa, kan? Maksud gue, apa gue termasuk mempermainkan Gama? Gini, loh, gue sama sekali nggak cinta Gama dan nggak niat untuk itu, tapi Gama bertekad mencintai gue. Katanya pengen realisasiin rumah tangga impian gue yang penuh dengan cinta. Gue bilang gitu waktu minta cerai. Kalau dipikirin lagi sekarang rasa-rasanya jadi malu ( ・ั﹏・ั).
Rumah tangga ini... mau dibawa kemana? Menurut gue ini nggak jelas. Pernikahan adalah tentang tujuan yang sama, kan? Tujuan gue dan Gama apa? Gama katanya ingin rumah tangga sempurna dan gue? Jujur, selama gue bisa makan, tidur, dan nonton, gue cukup dengan itu. Namun, itu nggak baik. Gue ngerasa jahat sama Gama. Argh, perasaan gue jadi berantakan sekarang. Gue merasa bersalah sama Gama. Tolong, apa yang harus lakuin?
Asalnya gue berniat selesaiin konflik Adela B dengan para antagonis agar gue bisa hidup tenang sebagai istri Gama, tapi sikap Gama akhir-akhir ini terlalu perhatian, gue nggak enak kalau egois kayak gini. Bukannya artinya gue manfaatin Gama? Gimana ini? Gue jadi gelisah sekarang.
Drrttt drrttt drrttt
Saus tartar! Kenapa hp gue bisa bunyi di saat begini, sih? Kan gue jadi kaget. Lihat ponsel, kegelisahan gue yang belum reda malah ditambah dengan rasa kesal.
Ayolah, nomor asing. Kalau gue angkat, pasti suara Azriel yang gue dengar. 3 hari ini, setelah kejadian di pernikahan pria William waktu itu, Azriel selalu telepon dan kirimin gue pesan. Tentu aja gue langsung blokir nomor dia di hari pertama, tapi Azriel itu nggak waras! Dia tetap teror gue pakai nomor baru. Ayolah, ini beneran kayak sinetron. Boleh nggak, sih, gue melambai pada kamera? (╥﹏╥).
Back to topik. Gama gimana? Gue beneran gelisah sekarang gara-gara itu orang satu. Konsultasi sama Mbak Nurul? Errrrr, gimana, ya?
Gue ini lagi cosplay jadi slime di meja makan. Kening gue bertumpu ke meja persis seperti orang introvert suram. Sekarang ini telinga gue yang masih normal dengar bunyi langkah kaki dan gue bisa merasakan hawa kehadiran seseorang. Itu... Gama. Gue tahu dari parfumnya.
"Adela, kenapa?" Beneran Gama. Itu suara Gama soalnya.
Gue pun membawa kepala buat mendongak ke arah Gama yang emang tinggi. "Pengen naik zebra."
Zebra itu... bisa dinaikin, kan? Tapi, kenapa zebra? Kenapa zebra yang muncul di pikiran gue?! Argh, gue pasti udah mendekati level Azriel. Dalam kurung nggak waras. Astaghfirullah.
Gue bisa lihat raut Gama yang kayak 'Hoh, orang ini gila.' atau 'Dia bukan istri gue.'.
Bukannya kabur karena gue udah gila, Gama malah naik ke atas meja. "Naik kuda aja gimana? Zebra kayaknya agresif."
Sesama orang gila, ayo salaman, Gama Arian. Begitu gue nyodorin tangan buat salaman, Gama nyambut itu. Aliansi sesama orang gila sukses terbentuk. Gimana kalau kita nangkap Zebra? Hm, agaknya nanti bisa wisata ke penjara.
Eh! Bisa nggak, sih, lembutan dikit? Maksud gue, kami salaman tuh, bukannya segera lepasin tangan gue, Gama malah tarik gue berdiri dan setelahnya rentangin tangan. Stretching, kah? O! Apa itu salah satu gejala gila Gama?
"Sini," ucap Gama peluk gue part sekian. Fiks, hobi dia itu peluk gue. "Kalau lagi banyak pikiran itu samperin gue dan bilang, Kak, pengen peluk."
😱😱 Gue belum 100% gila sampai mau bilang kayak gitu ke Gama. Lagian, ya, kenapa bisa Gama kepikiran bilang gitu. Gue ini Adela, loh, Adela yang sangat mandiri dan berkharisma. Minta peluk orang saat stress? Big no🙅, harga diri gue nanti tercoreng.
"Mau jalan-jalan sambil jajan?" tawar Gama yang buruknya gue entah kenapa langsung ngangguk. Gue beneran gila. Gue bahkan sadar udah ngangguk sesaat setelahnya. Kemana Adela si anak rumahan? (༎ຶ ෴ ༎ຶ).
•••
Kami mau ke street food deket rumah yang waktu itu gue datengi bareng Kak Gea, tapi saat keluar rumah, sesosok orang yang bawa case gitar malah muncul di pandangan gue. Ayolah, dia ini apa-apaan, sih? Kenapa juga bisa masuk ke sini?
"Del," panggil dia natap gue dengan pandangan penuh harap (?) Kayak kucing yang minta ikan di kartun-kartun itu, loh.
"Ngapain lo ke sini, Bajingan?" Yah, tentu aja reaksi Gama nggak akan baik.
Alih-alih menanggapi Gama, Azriel malah mendekat ke arah gue, gerak tubuhnya bilang kalau dia mau raih tangan gue dan gue jelas menghindar. Dibilang dosa juga. "Del, si brengsek ini ancam lo, kan? Bilang kalau plo mau keluar dari rumah ini, gue bisa bunuh si brengsek ini kalau lo suruh."
Gaahhhh, memalukan. Gue yang kebanyakan nonton drama aja nggak pernah bayangin ngomong kalimat kayak gitu༎ຶ‿༎ຶ.
"Kak, lo kurang asupan gula? Apapun yang lo pikirin tentang pernikahan gue, semuanya salah," ucap gue. Bodo amat ngomong pake mode Adela A, gue udah males woy sama Azriel. Dia tiga hari ini keterlaluan.
"Del, Gama nggak cinta sama lo."
Masalahnya gue udah tahu itu sejak pertama kali kesasar di tubuh ini.
"Gama nggak berhak jadi suami lo."
Masalahnya berhak atau nggaknya bukan urusan elo.
"Lo diapain aja sama Gama? Dia nyiksa lo?"
Dulu, sih, nyiksa batin.
"Azriel!" sentak Gama dari samping gue. "Lo udah nggak waras! Lo terobsesi sama Adela. Lo gila, El. Pergi lo dari rumah gue!"
Hohoho, gue suka kalimat kasar itu (人 •͈ᴗ•͈).
"Diem lo, Bang*at! Gue nggak punya waktu buat orang bejad kayak lo!"
Azriel nggak sadar diri. Layak dilemparin bola dunia.
"Ngajak berantem lo?!" Gama maju, dia udah cengkeram kerah bajunya Azriel. Plis, deh, gue benci keributan.
"Kalau mau berantem silahkan, tapi gue masuk dulu." Telinga gue terlalu estetik buat dengar orang pukul-pukulan.
"Del."
"Del."
Gama dan Azriel sama-sama panggil nama gue dan sama-sama juga cekal tangan gue. Gama kanan dan Azriel kiri. Gue bukan protagonis FTV tolongggg.
Menghela napas, gue kaget saat gue mendadak di tarik ke belakang. Mana kenceng banget lagi, ini tangan gue jadi sakit. Poin bagusnya tangan kiri gue udah lepas dari Azriel.
"Jangan berani-beraninya sentuh Adela dan jangan sekali-kali lo berani ke sini lagi! Lo yang udah nyakitin Gea nggak akan gue lepasin kalau sampai ganggu Adela juga," desis Gama kedengaran serius.
Azriel... gue harap dia nggak jadi antagonis yang harus gue basmi di kehidupan sinetron ini. Wong Kak Gea aja belum selesai-selesai, frustasi gue kalau ini masalah nambah lagi.
•••
27.04.2023
Ayo follow Instagram dan Tiktokku yang penuh sarang laba-laba itu-!
Ig : esqueen_12
TT : mooosuarasapi
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantic [END]
Novela Juvenil"Astaga, adegan sinetron macam apa ini?!" Adela itu pengurung diri level tertinggi yang tidak berniat membuat kisah romansa di hidupnya. Sejak dulu julukannya adalah si 'anti romantic'. Dia cantik tapi malas mandi. Lalu, entah sebab apa si anti rom...