24. With Para Bocil

880 128 4
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Entahlah kenapa, tapi sekarang gue ada di depan pasar tradisional yang udah sepi. Alih-alih pulang ke rumah bunda atau keluarga Gundopo, gue malah minta taksi untuk antar gue ke sini.

Beruntung pasar tradisional juga punya penerangan yang bagus, jadi, ya, gue nggak takut datang ke sini. Kaki gue bergerak, melangkah lebih dalam ke pasar hingga menjelajahi tiap bloknya yang betulan sepi. Bener-bener nggak ada orang, toko pun udah tutup semua. Gue agak takut, takut kalau ada hantu yang tiba-tiba nongol atau apa. Namun, gue berusaha biasa aja, gue harus hadapi ini karena gue adalah Adela.

Nggak apa-apa diriku, kamu hafal ayat kursi, kok. Santai, tenang, nggak ada yang menakutkan dari pasar yang terang.

Mungkin cuma firasat, tapi, ergh (༎ຶ ෴ ༎ຶ) gue ngerasa ada yang ngikutin. Bulu kuduk berdiri dan gue bisa dengar suara detak jantung gue sen── "Aaaaaaaa."

Apa itu? Bunda, plis, tolongin Adela. Astaga, harusnya gue nggak kesini. Harusnya gue pulang aja ke tempat bunda.

"Kakak ngapain ke sini?"

Suara? Anak kecil? Ahh, tanpa sadar gue barusan jongkok sambil tutup muka pake tangan, begitu kembali lihat lagi, ada seorang anak kecil berbaju lusuh di depan gue. Hm, dia, ya, yang barusan tusuk-tusuk punggung gue.

"Eh, Dek, anu, itu..."

"Kakak takut sama hantu, ya?"

Dasar bocil kematian. Ini salah kamu, sih, harusnya kalau kamu orang jangan malah toel-toel tanpa suara gitu.

"Maaf, Kak, kalau Kakak takut karena aku tadi." Hohoho, sopan juga ini anak satu. Kalau menurut pengamatan gue, sih, dia pasti umurnya belum sampe 10 tahun. Ngapain bocil di tempat kayak gini? Pakaiannya juga lusuh, apa dia tunawisma, ya? Tahu Mbak Nurul nggak, ya, dia?

"Santai aja, Dek. Omong-omong, kamu kenal Kak Lifa nggak? Yang suka ada di sini?"

Iya, tujuan gue ke sini adalah Mbak Nurul. Kata perempuan yang waktu itu gue temui di rumah Mbak Nurul, Mbak Nurul nggak pernah pulang dan ada di pasar, jadi, ya, kemungkinan besar Mbak Nurul kalau malam juga di sini. Dia mungkin tidur di sini juga.

"Kak Lifa? Kenal dong, aku ini mau ke tempat Kak Lifa. Kakak ikut aku aja kalau mau ketemu Kak Lifa juga."

Lucky. Gue ada teman jalan dan nggak perlu takut hantu lagi. Hohoho, rezeki istri yang tersakiti yang gini.

•••

Di salah satu blok pasar, di depan toko yang udah tutup, ada beberapa orang duduk-duduk beralaskan kardus. Hm, satu... dua... empat anak kecil dan satu orang dewasa. Kabar baiknya, orang dewasa itu adalah Mbak Nurul! Dia di dunia ini juga suka anak kecil juga ternyata. Sayang, meski udah nikah dua tahun, Mbak Nurul A nggak kunjung hamil. Sekarang dia udah hamil belum, ya? Aergh, kalau hamil rasanya senang dan nyesek di waktu yang bersamaan. Maksud gue, nanti gue nggak bisa ketemu ponakan gemoi gue itu karena nyasar ke bumi ini.

Anti Romantic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang