**
Deru mobil yang lalu lalang di jalanan terdengar jelas sesaat aku membuka pintu mobil.
Aku turun, lalu melangkah menuju ke tepian jembatan sungai Han.
Memegang pagar jembatan dan membiarkan angin sungai Han yang dingin membuat wajahku hampir beku.
"Hana, tunggu sebentar ya, sorry gue kelupaan hp gue lagi."
Aku hanya melambaikan tangan tanpa menoleh.
Bintang tampak gemerlap di langit malam. Heboh sekali seakan mereka sedang berpesta di angkasa sana.
Ah, kalau sekarang sedang hujan rasanya pas.
Aku merogoh saku jaket dan mengambil satu bungkus permen karet yang Wira berikan padaku tadi.
"Kala!"
Seruan itu membuatku langsung menoleh.
Mobil van hitam di jalanan tampak berbelok lantas berhenti di tepi jembatan di dekatku.
Pintunya terbuka bersamaan dengan Yuma yang melompat turun.
Wajahnya tampak panik sembari melangkah cepat ke arahku.
"Kala ngapain di sini?" tanyanya cepat.
"Aku? Berdiri."
Ah, astaga. Jawaban macam apa itu.
"Kala semuanya bakal baik-baik aja. Please jangan kayak gini. Bang Sastra bakalan sedih."
"Hah? Kenapa Sastra jadi sedih?"
"Kalau lo lompat terus mati nanti Bang Sastra sedih."
Hah, masa iya?
Tapi, tunggu dulu. Apa Yuma mengira kalau aku akan bunuh diri?
Astaga. Bener-bener deh.
"Kamu kira aku mau bunuh diri ya?"
Yuma menggangguk dengan wajah polos.
Sontak, aku tergelak.
Untuk sesaat, Yuma hanya diam dan membiarkan aku memukul-mukul bahunya sembari tertawa.
Mobil sedan kuning ngejreng milik Sarah kembali. Aku melirik ke arah Sarah yang mengemudi dan menyuruhnya agar kembali melaju lewat tatapan mata.
"Aku cuma mau nyari angin aja sambil liat bintang. Cuacanya lagi bagus tau."
Aku lantas menunjuk ke arah langit yang penuh bintang.
Yuma mendongak sebentar ke langit lalu menatapku lagi.
"Kenapa belum pulang?"
"Gak mau pulang cepet-cepet."
"Maaf ya, lo pasti sakit hati denger omongannya bang manajer."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You Again! (REVISI)
RomantikLagi revisi ya! Completed! (Fiction about S.Coups) Menjadi korban taruhan memang tidak enak. Aku terpaksa bekerja sebagai manajer grup tujuhbelas demi membuang lintah darat di perusahaan. Namun, aku malah jatuh hati dengan Sastra yang dengan tulus...