**
Aku menatap horor pisau lipat yang dikeluarkan pria gempal di sebelah Fay. Segera aku menyikut perut pria gempal di sebelahku dan menarik Fay ke arahku.
Sayangnya, karena gerakan yang tiba-tiba itu dan memang aku yang lemah. Aku dan Fay berakhir tersungkur di aspal dengan tangan kananku mendarat lebih dulu.
Namun, karena hal itu kami bisa terbebas dari kedua pria gempal yang lari ke sisi lain mobil.
"Astaga Hana tangan lo!" seru Fay panik.
Seseorang keluar dari mobil jeep hitam besar itu, kontan memakai topi koboi yang sejak tadi tersangkut di lehernya.
Dua orang lagi keluar dari pintu lain mobil jeep hitam itu. Merangsek maju dengan pistol di tangan.
Aku dibantu Fay berdiri menuju mobil jeep hitam tersebut.
Fay menatapku ragu.
"Gak papa Fay, gue kenal yang punya mobil jeep ini." Semoga saja kalimatku bisa menenangkan Fay yang pucat pasi.
Tiba-tiba, si supir taksi tergelak. Tawanya terdengar meremehkan. Membuat aku urung membuka pintu mobil.
"Gees, look who they are, turns out the fucking Viz is coming." Ia mengangkat ponselnya dan menopang benda tersebut di atas kap mobil taksi. Entah apa yang ada di layar ponsel tersebut, aku punya riwayat mata minus jadi tidak bisa melihat begitu jelas.
Namun, kalimat yang terucap setelahnya dari mulut kotor si supir taksi tersebut seketika membuat nyeri di tanganku sirna.
"No wonder that girl has a fimiliar bitch face, i can't help but want to taste her pussy."
Tanpa menunggu lebih lama, aku merebut pistol dari pria bertopi koboi di sebelahku lantas membidik tepat ke atas kap mobil taksi.
Si sopir taksi tersentak, hingga ponselnya terlempar ke udara dan mendarat tragis di atas aspal.
"Your trash dick can never taste my pussy, damn it!"
Aku belum puas. Sungguh.
Aku melangkah cepat, melupakan rasa nyeri di tangan kananku dan melayangkan tinju di wajahnya. Serta satu tendangan pada pisak celananya.
"Wah, good job baby girl. Enough and let's treat your hands."
Pria bertopi koboy langsung merangkulku dan membantu aku dan Fay masuk ke dalam mobil jeep hitam itu. Dua pria lain yang tadi turun dari mobil jeep hitam tetap berada di sana. Tampak menelpon seseorang dan meringkus dua pria gempal itu dengan mudah.
"Kamu jadi lebih berani ya, aku bangga telah membesarkan gadis pemberani. Andai saja kau tidak merebut pistol ditanganku, sudah aku pastikan kepala sialan itu akan punya lubang."
Fay berjengkit kaget di sebelahku.
Aku sampai lupa mengenalkan keduanya.
"Fay, dia Daddy aku. Dia ayah kandungku. Daddy, kenalin Fay, dia temenku sekaligus manajer grup tujuhbelas."
Yap, benar. Pria bertopi koboi ini adalah Daddyku.
Daddy melirik sekilas lewat rearview mirror di mobil. Senyum simpul terbit di wajahnya. Daddy bukanlah pemilik wajah ramah tapi lebih terkesan cuek dan maskulin.
"Halo Om, saya Fay, temennya Hana."
Daddy mengangguk, lalu kembali fokus ke jalanan. "Salam kenal ya Fay, terimakasih sudah menjaga anak gadisku."
Senyum canggung Fay terbit sebagai tanggapan. Aku melepas arm sling dan meluruskan tangan. Rasa nyerinya mulai berkurang.
"Tapi kenapa Daddy yang datang? Bukannya Om Kevin?"
"Daddy baru sampai di rumah Kevin yang di Kanada. Kau tau bukan dia punya rumah pohon yang ada di daerah Saunders Farm. Daddy ingin mencoba hidup bagai koboi di area itu."
Aku mangut-mangut, sudah mahfum dengan kebiasaan Daddy yang suka tak terduga.
"Lalu, ketika kebetulan Daddy ingin makan siang di dekat area bandara Ottawa Macdonald-Cartier, Daddy mendapat telpon darurat dari Kevin kalau kau dalam bahaya. Dari pelacak lokasi di ponsel, ternyata kau berjarak lebih dekat dengan Daddy, makanya Daddy langsung tancap gass," jelas Daddy.
Aku sangat bersyukur dengan kebetulan itu, karena jika lebih lama, mungkin saja aku sudah habis dicicipi para berandalan tadi.
"Kau beruntung sayang, Daddy berada cukup dekat," lanjut Daddy.
Yah, benar. Aku beruntung.
Fay memeluk lengan kiriku. Wajahnya sudah tidak sepucat tadi. Ia lalu berbisik. "Bokap lo keren, Hana."
**
Date : 19 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You Again! (REVISI)
RomanceLagi revisi ya! Completed! (Fiction about S.Coups) Menjadi korban taruhan memang tidak enak. Aku terpaksa bekerja sebagai manajer grup tujuhbelas demi membuang lintah darat di perusahaan. Namun, aku malah jatuh hati dengan Sastra yang dengan tulus...