13. Sastra yang Jengah

179 31 5
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Akan ada acara ragam televisi dengan konsep retret sekolah.

Setelah meeting menentukan konsep besar dan jumlah bayarannya, aku harus undur diri lebih dulu.

Masih ada pekerjaan yang menanti. Aku perlu menemui Sarah untuk mengurus beberapa hal.

Urusan tersebut bisa di handle langsung Fay dan Lingga yang nanti akan dilaporkan kepadaku.

Akhirnya aku terbebas dari lirikan mata anggota grup tujuhbelas ketika aku menutup pintu di belakangku.

Refleks, aku menghela napas lega.

Aku lantas melangkah cepat ke ruangan Sarah, urusan kali ini cukup pelik.

"Beberapa sponsor berhenti karena tau Ketua Manajemen SDM diganti," lapor Sarah.

Aku membuka lembar demi lembar dokumen kontrak.

"Mereka kan terikat kontrak, gimana bisa berenti gitu aja?"

Sarah mengambil alih lembar dokumen itu dari tanganku. Lalu, memilahnya dan membentangkan semua lembaran tersebut di atas meja.

"Dua sponsor ini kontraknya abis bulan ini, terus tiganya lagi masih terikat kontrak sama kita. Jadi dua dari lima sponsor ini bakal cabut," jelas Sarah.

Aku mengangguk. Mengerti.

"Muka lo kenapa santai gitu sih? Kalau kita kehilangan dua sponsor, mau jadi apa perusahaan ini?"

Ah, Sarah terlalu khawatir.

Aku kira masalah pelik seperti kehilangan semua sponsor, nyatanya hanya dua.

Masih bisa dicari.

"Gue bakal temuin dua sponsor ini besok. Terus, gue punya kenalan yang gak tau mau dipake buat apa duitnya saking banyaknya punya duit, gue bisa bujuk dia buat jadi sponsor di sini."

Seketik wajah kusut Sarah berubah cerah. Ia memekik lantas merangsek ke depan untuk memelukku erat.

Tiba-tiba pintu ruangan Sarah diketuk dari luar, sesi pelukan kami terhenti.

Kepala Fay muncul dari celah pintu. Tampak kaget melihat aku dan Sarah dalam jarak dekat.

"Eh, maaf Mbak Sarah saya ganggu ya?"

Aku melambaikan tangan. "Enggak kok Fay. Masuk aja."

Fay mengangguk lantas membuka pintu lebih lebar dan membiarkan dua orang lainnya juga masuk.

Fay ternyata membawa Wira dan Sastra.

Kedatangan mereka adalah untuk membahas soal kartu debit Wira yang pernah dipakai Ketua Manajer.

Sarah mengembalikannya dengan nominal penuh sesuai dengan yang pernah dipakai Ketua Manajer.

Urusan tersebut sepenuhnya ada di tangan Sarah, bukan wewenangku. Jadi, aku hanya diam memperhatikan.

Lost You Again! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang